Title:
Gobaekhaeyo (White Day)
Author:
Han Rae Hwa
Rating:
T
Genre:
Romance, Friendship, Songfic (Girl’s Day, White Day)
Main
Cast:
-
Jo
Youngmin ‘Boyfriend’
-
Soo Jeong
‘Lovelyz’ as Young Ji
Young
Ji POV
‘Jika kau ingin berterus terang padaku, kalau
kau ingin memberikan hatimu, aku akan menerimanya. Karena aku pun menyukaimu.’
Hari
ini aku harus pulang telat untuk mengerjakan tugas kelompok. Hanya berdua,
bersama Jo Youngmin. Namja yang sedang duduk berhadapan denganku. Ia tengah
sibuk mengerjakan tugas kelompok kami yang diberikan oleh Songsaengnim tadi
pagi dan harus diserahkan besok pagi juga. Seharusnya ia bisa memberikan kami dispensasi
waktu lagi untuk mengerjakan tugas ini. Tapi untungnya aku satu kelompok dengan
Youngmin yang notabene adalah murid pintar kebanggan kelas bahkan kebanggaan
sekolah. Entah makanan apa yang diberikan oleh orang tuanya hingga ia memiliki
kecerdasan yang begitu tinggi.
Tak
hanya pintar, Youngmin pun memiliki paras yang sangat memukau. Tampan?
Menurutku iya. Tapi bagi sebagian besar murid-murid yeoja disini lebih memilih
menyebutnya cantik. Bahkan mereka sampai iri. Bagaimana bisa namja setampan
Youngmin bisa memiliki postur tubuh yang proposional, bulu mata yang lentik
juga senyuman yang sangat manis. Banyak yang menyebutnya dengan sebutan ‘baby
doll’. Mereka itu ada-ada saja. Tapi aku lebih suka menyebutnya ‘Youngpooh’. Karena
Youngmin sangat fanatik dengan kartun berwarna kuning, selaliu memakai baju
berwarna merah yang suka makan madu, Winnie The Pooh. Ia memiliki sebuah boneka
boneka Winni The Pooh berukuran kecil yang selalu tergantung di tasnya. Dan dia
pernah bilang padaku kalau boneka itu adalah boneka keberuntungannya. Bahkan ia
membuktikan sendiri kalau ia akan sial satu hari penuh jika boneka itu tidak
terbawa ditasnya. Ada-ada saja. Tapi itulah salah satu keunikan yang aku suka
darinya.
Tak!
Aku
memukul kepalanya dengan pulpen yang ada digenggamanku. "Ya! Youngmin-ah..
Jangan terlalu serius! Seorang yeoja tidak akan senang jika berada di situasi seserius
ini."
Youngmin
menoleh ke arahku. "Kita kan sedang mengerjakan tugas. Jadi sudah
sewajarnya jika aku serius. Memangnya kau yang selalu menganggap remeh dan
tidak peduli dengann tugas-tugas sekolahmu!?"
Aku
terbelalak. Bisa-bisanya ia menggerutu seperti itu. Hhfft. Sifatnya memang
seperti itu. Jika ia sedang berada di situasi yang mengharuskannya untuk
serius, ia akan serius. Tapi jika situasinya berlawanan, seperti sedang bermain
atau bercanda, ia akan melupakan keseriusannya dan ikut bersenang-senang. Ia
akan menjadi namja yang penuh keceriaan.
Aku
merapihkan poniku. Tak sadar kalau Youngmin tengah memandangiku dengan raut
wajah serius. Dan hal itu membuatku salah tingkah. Padahal sebenarnya aku
senang jika dipandangi seperti itu olehnya. "A-ada apa? Kenapa kau
melihatku seperti itu? Apa ada yg salah dariku?"
"Ternyata
jika dilihat-lihat, kau ini cantik juga ya!?"
Aigoo
aigoo aigoo.. Aku semakin salah tingkah setelah dia memujiku seperti itu. Ya!
Youngmin tidak pernah memujiku. Bukan tidak pernah, tapi jarang. Sangat jarang.
Itupun terkadang ia sering membuat candaan atas pujiannya itu.
"Hey!
Jangan memujiku seperti itu. Bilang saja kau ada maunya."
Youngmin
tak menjawab pertanyaanku. Ia justru melanjutkan tugasnya.
Aku
menopang dagu ditelapak tanganku. Sementara sikutku menahannya dimeja. Sambil tersenyum
memperhatikan namja yang lebih tua sedikit dariku terus menulis dibuku
tugasnya. Kalau Youngmin sedang serius seperti ini, ketampanannya makin
meningkat. Karismanya makin membuat aku seakan meleleh. Sungguh, aku sangat
suka.
Jika
dipikir, sebenarnya aku ini adalah yeoja yang beruntung. Bahkan sangat
beruntung. Karena aku selalu bisa dekat dengannya. Entah apa yang membuatnya
selalu berada disisiku. Dibilang sahabat, sepertinya tidak. Karena kami baru
bertemu dikelas 1 SMA. Sementara sekarang kami baru saja menginjak semester
pertama kelas 2 SMA. Apa temannya hanya aku saja ya!? Ah, tidak juga. Ia kan
digemari banyak murid. Tidak mungkin ia tidak memiliki teman selain aku. Apa
dia menyukaiku? Ah, sepertinya itu lebih tidak mungkin lagi. Aku nya saja yang
terlalu berharap. Hihi. Padahal sekarang aku sedang berkhayal kalau Youngmin
tengah berterus terang kalau ia akan memberikan hatinya padaku. Tentu saja aku
tidak akan menolaknya. Aku kan menyukainya. Senyumku seketika merekah saat membayangkan
tentang hal itu.
"Young
Ji-ah!"
"Iya
aku mau!" Ujarku dengan lantang saat Youngmin memanggilku dan langsung
membuyarkan lamunanku. Aku memperhatikan ke sekelilingku. Teman-teman kami yang
belum pulang pun lantas memperhatikanku sambil bertanya-tanya pada diri mereka
sendiri. Aku segera menutup mulut dengan kedua tanganku. Malu. Ya, malu
rasanya. Huuhh.. Aku ini ada saja sih!?
"Ada
apa? Apa yg kau inginkan?" Tanya Youngmin sambil memperhatikanku,
"Hatimu."
Hap! Aku segera melayangkan kedua tanganku untuk menyekap mulutku yang tidak
bisa dikontrol ini. Young Ji-ya! Pabo!
"Mianhae,
aku ke toilet dulu." Ujarku langsung meninggalkan kelas.
Aku
membuka pintu toilet dan menutupnya rapat-rapat. Untungnya didalam toilet hanya
ada aku saja. Aku berdiri menghadap cermin besar sambil memandang kasihan
diriku lewat cermin.
"Uuhh,
pabo! Bisakah kau mengontrol apa yang akan kau ucapkan, Young Ji-ya!" Aku
memukuli kepalaku lalu memperhatikan wajahku di cermin. "Huaahh, wajahku
bahkan lebih terlihat pabo!" Kugigit bibirku bagian bawah sambil menghela
napas panjang, kemudian aku beranjak dan kembali ke kelas.
‘Kau kan juga menyukaiku. Hari ini
kesempatanmu. Jelaskan saja, akui padaku. Kau tak tau arti kehadiranmu bagiku.
Kau tak tau, tak tau, tak tau hatiku. Kau tak tau hatiku, tak tau.’
Saat
melongok, ternyata kelas sudah sepi. Hanya ada Youngmin yg masih terpaku dgn
buku paket tebal miliknya. Aku segera menghampirinya lalu kembali duduk
dikursiku. Kuhela napas panjang lagi untuk menenangkan diriku sendiri, lalu
mengeluarkannya sambil mengeluarkan suaraku dalam alunan sebuah lagu.
"Deo
isang chinguneun sirheo.. Neodo nal johahajanha.. Oneuri gihoeya..Jom deo hwaksilhage
naege gobaekhae..”
"Bahkan
suaramu mampu membuatku tidak konsentrasi." Ujarnya tanpa menoleh.
Aku
membulatkan kedua mataku. Mungkin dua bola mataku sudah hampir keluar. Sungguh,
kata-katanya langsung dapat menusuk tepat ke hatiku. Youngmin memang selalu
bisa menikam orang-orang dengan perkataannya. Mwo? Orang-orang? Ah, kurasa
hanya aku saja yang diperlakukan seperti itu olehnya. Hhfftt, sungguh tidak
adil.
"Neon
naege eotteon jonjaenji.. Neoneun molla molla naemam molla.. Neoneun geureon
naemam molla.. Neoneun molla.." Aku melanjutkan lirik lagu yang sempat
terputus. Tak peduli kata-kata apa lagi yang akan terlontar dari bibirnya yang
tipis dan menggoda itu.
Kuakhiri
nyanyianku yang hanya sepenggal. Lalu menunggunya memberi komentar. Tapi ia
hanya diam saja. Padahal aku sengaja menyanyikan sepenggal lagu milik Girl's
Day untuk memberikan sebuah pengakuan. Hhfft sungguh Youngmin benar-benar tidak
peka.
‘Aku suka kalimat "Aku suka
kamu". Akupun suka kalimat "Aku cinta kamu" ‘
kamu". Akupun suka kalimat "Aku cinta kamu" ‘
Aku
mulai bosan karena tidak melakukan apapun. Tepatnya tidak diizinkan oleh
Youngmin untuk membantunya mengerjakan tugas kelompok. Jelas-jelas ini adalah
tugas kami berdua. Tapi dia tidak ingin tugas kami mendapatkan hasil jelek
karena aku turut membantunya. Sesempurna itukah seorang Jo Youngmin!? Namun
walaupun dia sangat menyebalkan, bahkan aku tidak dapat menyembunyikan
perasaanku kalau aku tetap menyukainya.
Aku
meraih pulpen kesayanganku yang berwarna merah muda, dengan pita berwarna
senada diatasnya. Lalu ku ambil juga selembar kertas dan menuliskan beberapa
kata.
Johahandan
maldo joha ye~
Saranghandan maldo joha~
Kuberikan hiasan-hiasan kecil di
sudut kalimatnya.
‘Akuilah, terus terang padaku. Sekarang
adalah kesempatanmu.. Perasaan hatimu tentangku. Seluruh perasaanmu,
seluruhnya.. Hari ini 'White day' ku yang putih..’
Lalu
kembali kutulis beberapa kalimat lagi.
'Baro jigeumi gihoeyeyo
Nareul saenggakhaneun mamdeul. Neoui maeum
modu modu. Oneureun naui saehayan hwaiteudei.'
Aku
menyimpulkan senyum tipis sambil memberikan kertas itu pada Youngmin.
"Kata-kataku
bagus tidak?"
Youngmin
meraih kertas itu lalu membacanya. Aku menunggunya memberikan komentar dengan
jantung yang berdegup kencang. Kemudian ia tertawa kecil setelah membaca
tulisanku dikertas itu.
"Kau
mengutipnya dari sebuah lirik lagu ya?"
"Heh?"
Aku mengerutkan keningku.
‘Bagaimana
dia bisa tau? Apa Youngmin tau lagu milik Girl's Day itu? Aigoo aigoo aigoo..’
Teriakku dalam hati.
"Kau
tidak akan bisa membuat rangkaian kata sebagus ini." Ujarnya meremehkanku
lalu melempar kertas itu ke meja.
Aku
memanyunkan bibirku. Seharusnya aku tidak perlu menunggunya merespon ungkapanku
dikertas itu. Aku juga sudah tau jawabannya akan tidak mengenakan hatiku. Sebenarnya
kesal sih.. Tapi bagaimana? Kesal dengan seseorang yang kusukai. Apa itu tidak
dilarang? Sudahlah, aku tidak peduli. Padahal Youngmin sering bersikap seperti
itu padaku. Dan aku tidak kesal atau bahkan marah padanya. Entah kenapa
sekarang aku sudah tidak tahan. Rasanya ingin langsung mengutarakan
semuanya. Tapi.. Sudahlah, ia tidak akan
mengerti juga jika ku utarakan perasaanku ini padanya.
Aku
segera merapikan alat tulisku dan memasukkannya ke dalam tas. "Aku
pulang!" Gerutuku yang langsung menyambar tas dengan kasar lalu beranjak
keluar dari kelas, meninggalkan Youngmin sendiri.
Young Ji POV end
Young Ji POV end
Author
POV
Youngmin menatap kepergian Young Ji. Sepertinya ia paham kalau Young Ji sedang kesal atau bahkan marah padanya. Ia menyadari kalau sikapnya memang tidak manis terhadap yoja yang selama setahun terakhir selalu berada disisinya.
Youngmin menatap kepergian Young Ji. Sepertinya ia paham kalau Young Ji sedang kesal atau bahkan marah padanya. Ia menyadari kalau sikapnya memang tidak manis terhadap yoja yang selama setahun terakhir selalu berada disisinya.
Ia
kembali membaca kertas dari Young Jialu merekahkan senyumnya lalu menaruhnya
dimeja kemudian ia kembali melanjutkan tugasnya.
"Biar
aku sendiri yang menyelesaikannya Young Ji-ya. Aku tidak ingin kau lelah karena
mengerjakan tugas yang banyak memerlukan pemikiran yang lebih menyita waktu
juga pikiranmu." Gumam Youngmin pelan. Ia melipat kertas itu lalu
memasukkannya ke saku baju seragamnya.
Author
POV end
Youngmin
POV
Aku
melepaskan pulpen dari genggamanku, lalu menyenderkan punggungku sambil
menghela napas panjang. Aku membayangkan sosok Young Ji masih ada dihadapanku,
sedang tersenyum, tertawa dan membuat sedikit kejahilan untuk mengalihkan
perhatianku karena aku yang terlalu serius karena mengerjakan tugas ini. Sebenarnya,
aku sengaja untuk serius seperti ini. Aku pasti akan sangat terganggu jika
tidak serius dan berkonsentrasi penuh. Karena kau selalu mengalihkan duniaku
Young Ji-ya. Hari-hari kita masih panjang. Jadi kukira tidak ada salahnya jika
aku meluangkan hanya satu jam saja untuk menyelesaikan tugas ini dengan serius.
Dan andai kau tau, kau itu menjadi penyemangat terbesarku. Selalu menjadi
energiku. Bayangkan, sekarang kau pergi karena kesal atas sikapku padamu. Konsentrasiku
langsung buyar.
Nam
Young Ji, meskipun terkadang sikapmu seperti anak kecil, aku tetap menyukaimu. Karena
itu menjadi salah satu daya tarikmu yang membuatku jatuh cinta pada sosokmu. Senyummu
yang manis tak pernah hilang dari benakku. Sosoknya selalu terbayang dalam
pikiranku. Juga namanya tertera dengan manis didalam hatiku. Dan yang tadi
kubilang kalau kau itu terlihat cantik, itu benar Young Ji. Kau memang cantik. Bahkan
sangat cantik. Nam Young Ji, saranghae.
“Tunggu
saja waktu yang tepat Young Ji. Aku janji akan mengakui semuanya. Sesuai yang
kau inginkan. Mian..” Aku menunduk, termenung dengan pandangan lurus ke tugas
yang hampir selesai.
Youngmin
POV end
Author
POV
‘Teman-teman bilang kita bagus jika bersama.
Hanya dengan melihatmu dadaku
berdebar. Apa cinta itu seperti ini? Aku tak mau hanya terus jadi teman. Hampiri aku dan akuilah
Katakan kau mencintaiku.Hari ini kesempatanmu. Akuilah padaku..’
berdebar. Apa cinta itu seperti ini? Aku tak mau hanya terus jadi teman. Hampiri aku dan akuilah
Katakan kau mencintaiku.Hari ini kesempatanmu. Akuilah padaku..’
Young
Ji terus berjalan di lorong sekolahnya yang sudah hampir sepi , dengan kedua
tangannya yang menggenggam erat tali tasnya. Sementara pandangannya terus
menunduk ke bawah.
"Ya,
Young Ji-ya.. Kemana Youngmin? Biasanya kalian selalu bersama-sama. Seperti
sepasang kekasih. Percaya deh, kalian itu terlihat sangat cocok. Aku setuju
kalau kau dengannya memang benar-benar menjalin tali percintaan. Tapi kenapa
sekarang kau terlihat sendirian?" Sapa seorang temannya saat tak sengaja
bertemu Young Ji dilorong sekolah.
“Nan
molla.." Young Ji menjawabnya dengan malas. Namun sejujurnya, ada sedikit
rasa senang yang hinggap dihatinya ketika temannya itu berpendapat kalau ia dan
Youngmin sangat cocok jika menjadi pasangan kekasih.
“Mwo?
Kau dan dia bersahabat kan!? Kau ada masalah ya dengannya?” Teman yeoja nya itu
menunjuk ke arah Young Ji sambil tersenyum lebar.
"Mwo?
Dan sejak kapan aku memberitahumu kalau kami bersahabat?" Young Ji
beranjak pergi melewati temannya itu yang agak terkejut dengan jawaban Young Ji.
Kemudian ia memperhatikan kepergian Young Ji.
"Aneh..
Ada apa yaa sebenarnya antara mereka?" Ujar Yeoja itu sambil berlalu.
Sebenarnya
masih banyak teman-temannya yang bilang kalau Young Ji dan Youngmin cocok
menjadi sepasang kekasih. Nama panggilannya saja sama-sama ‘Young’. Dan hal itu
mejadi kesenangan sendiri bagi Young Ji. Tapi meskipun begitu, masih banyak
yang tidak menyukai mereka. apalagi dengan ada yang bilangkalau mereka itu
cocok. Namun Young Ji tak pernah mempedulikannya. Karena hal itu tidak membuat
hubungan mereka sebagai teman jadi retak.
Young
Ji benar-benar meninggalkan Youngmin sendirian, mengerjakan tugas kelompok
mereka. Ia terus berjalan ditrotoar, dengan kedua tangan yang masih saja
menggenggam erat tali tasnya.
"Kenapa
sih Youngmin selalu tidak pernah peka terhadap apa yg kulakukan padanya!?
Sedingin itu kah ia terhadap yeoja!?" Gerutu Young Ji ditengah perjalanan
pulang. "Tunggu.." Ia menghentikan langkahnya, "Apa
jangan-jangan Youngmin tidak menyukai seorang yeoja, melainkan suka dengan
seorang namja? Aigoo, itu tidak boleh terjadi. Andwae andwae!!" Young Ji
memukul kepalanya beberapa kali sambil memejamkan kedua matanya. Pendapat yang
baru saja ia katakan membuatnya pusing sendiri. Akhirnya ia melanjutkan
langkahnya, beranjak pergi.
Namun
pandangannya beralih ke sebuah taman dengan banyak pohon rindang yang seakan
menghipnotsnya untuk datang ke sana. Langkahnya pun terus melaju menyeberangi
jalan dengan mobil dan motor yang berlalu lalang. Ia memilih untuk menghampiri
sebuah danau didalan taman. Angin sepoi-sepoi menyambutnya. Ia mengenggam pagar
pembatas yang sudah dilapisi cat besi berwarna hitam. Young Ji pun benar-benar
terhipnotis oleh suasana taman yang sejuk dan tenang. Dengan pemandangan yang
dapat mencuci matanya. Bahkan secara perlahan dapat melupakan masalahnya.
Kedua
matanya perlahan terpejam lalu menghirup udara dalam-dalam dan mengeluarkannya
bersamaan dengan suara merdunya.
"Neon
naui jeonbuingeol neoneun jeongmal. Molla molla molla molla, naemam neoneun
jeongmal jeongmal jeongmal molla.. Johahandan maldo joha ye, saranghandan maldo
joha, gobaekhaeyo gobaekhaeyo, baro jigeumi gihoeyeyo.. Nareul saenggakhaneun
mamdeul, neoui maeum modu modu, oneureun naui saehayan hwaiteudei.. Ireoke
seororeul akkyeojwogamyeo gyesok barabwa, geugeomyeondoeyo.. Sarangeun
jalmolla geureochiman ireoke ttatteutan, mari ni sarangiramyeon, nan
neolsaranghae.."
"Johahandan
maldo joha ye, saranghandan maldo joha, gobaekhaeyo gobaekhaeyo, baro jigeumi
gihoeyeyo, nareul saenggakhaneun mamdeul neoui maeum modu modu oneureun naui
saehayan hwaiteudei..." Lanjut seseorang dari belakang.
Young
Ji menoleh. Dengan terkejut ia menemukan sosok Youngmin yang sedang berjalan
menghampirinya. Sumber suara yang menyanyikan sepenggal lanjutan dari lirik
lagu yang dinyanyikannya baru saja.
"Kenapa
kau meninggalkanku sendirian dikelas, eoh!?"
Young
Ji membalikkan badannya menghadap ke arah Youngmin sambil menyenderkan punggung
ke pagar pembatas. Ia menunduk. Sebenarnya ia enggan untuk melihat Youngmin.
Padahal biasanya tak ada sedikitpun waktu yang terbuang untuk melihatnya. Entah
kenapa sekarang menjadi berbeda.
Youngmin mendekati Young Ji. Kedua tangannya menggenggam erat pagar pembatas dengan wajah yang berdekatan. Hanya berjarak beberapa senti dari wajah Young Ji. Dan hal itu membuat Young Ji gugup. Jantungnya berdegup sangat kencang. Belum pernah ia sedekat itu dengan Youngmin selama mereka berteman.
Youngmin mendekati Young Ji. Kedua tangannya menggenggam erat pagar pembatas dengan wajah yang berdekatan. Hanya berjarak beberapa senti dari wajah Young Ji. Dan hal itu membuat Young Ji gugup. Jantungnya berdegup sangat kencang. Belum pernah ia sedekat itu dengan Youngmin selama mereka berteman.
"Kau
pikir aku tidak tau apa maksudmu memberikan kertas dengan tulisan-tulisan itu!?
Kau kira aku tidak mengetahui maksud dari semua yang telah kau lakukan padaku
selama ini!?" Youngmin tertawa kecil, "Kau salah.."
Young
Ji mengalihkan pandangannya pada Youngmin, "Heh!? A-apa maksudmu?"
"Hanya
dengan melihatmu dadaku berdebar. Apa cinta itu seperti ini? Aku juga tak mau
hanya terus jadi teman. Hampiri aku dan akuilah.. Katakan kau mencintaiku. Hari
ini kesempatanmu. Akuilah padaku.. Kau sungguh segalanya bagiku. Bahkan kau tak
tau isi hatiku seperti apa." Youngmin tersenyum sangat manis.
‘Aigoo..
Bahkan aku tidak kuat untuk menatap kedua mata matamu, juga senyummu yang manis
itu hampir melumpuhkanku.’ Batin Young Ji.
Ya,
kedua mata Youngmin memang sedang menatap kedua mata Young Ji yang kini mulai
berbinar.
‘Aku
sudah berjanji pada diriku sendiri untuk mengakui perasaanku padamu, Young
Ji-ya..” Batin Youngmin.
“Aku..
Mencintaimu.. Nam Young Ji.” Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Young
Ji. Bibir kecilnya Youngmin menyentuh bibir kecilnya Young Ji. Hembusan angin,
pohon Cherry yang bertengger kokoh tak jauh dari mereka, juga danau yang berada
dihadapan mereka menjadi saksi apa yang tengah dilakukan oleh Youngmin. Young
Ji yang bahkan tak menyangka kalau Youngmin akan menciumnya pun dibuat sangat
terkejut. Ia tidak tau lagi mesti berbuat apa selain diam terpaku di tempatnya
berdiri.
1 detik..
5 detik..
10 detik..
Satu menit..
Youngmin
melepaskan bibirnya dari bibir Young Ji. Ia mengalihkan pandangannya. Kini
secuil rasa bersalah pun hinggap dihatinya.
“Mianhae..” Gumamnya pelan.
Perlahan
senyum manis Young Ji mengembang, tersipu malu, lalu berucap dengan manja, “Jika
kau ingin berterus terang padaku, kalau kau ingin memberikan hatimu, aku akan
menerimanya. Karena aku pun menyukaimu.”
Youngmin
menoleh, “Aish, jinjja! Kau ini memang yeoja yang agresif! Tapi ku akui
perjuanganmu sangat hebat. Bahkan kau tahan berada disamping namja yang sangat
tidak menyenangkan seperti diriku. Kau memang yeoja yang benar-benar hebat.”
“Karena
kekuatan cintaku sangat besar padamu.” Senyumm Young Ji kembali merekah.
“Tapi
tadi kau sempat kesal kan!?”
Sambil
memainkan jari-jarinya, Young Ji menunduk, “Mian.. Habis aku sudah tidak tahan
untuk kau mengetahui perasaanku sebenarnya.”
Youngmin
menunduk, “Mian.. Atas semua sikapku yang dingin dan mungkin agak kasar padamu.
Bahkan sepertinya aku tidak pernah membuatmu bahagia ya? Aish jinjja! Aku ini
benar-benar namja yang bodoh..”
Young
Ji menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Aniya.. Bahkan aku selalu bahagia
disaat kau selalu berada disiku. Disitulah aku merasa senang dan seakan aku
ingin menghentikan waktu agar terus bisa bersamamu.”
Senyum
manis pun ikut merekah diwajah tampan
Youngmin. Ia melayangkan salah satu tangannya ke kepala Young Ji lalu
mengusapnya perlahan.
“Aku
suka kalimat ‘aku suka kamu’. Aku pun suka kalimat ‘aku cinta kamu’ “ Ujar
Young Ji pelan. Pandangannya lurus kebawah, tak berani menatap Youngmin. “Terus
melindungi satu sama lain seperti ini. Tetap saling memandangi itulah yang kita
butuhkan..” Sambungnya.
“Aku
benar tak mengerti cinta. Namun, bila kau mencintai kata-kata ‘aku mencintaimu’
terasa sangat hangat.” Timpal Youngmin.
Keduanya
tersenyum lalu saling merentangkan tangan untuk mendekap tubuh orang terkasih
bagi mereka.
‘Akuilah, terus terang padaku. Sekarang
adalah kesempatanmu. Perasaan hatimu tentangku. Seluruh perasaanmu,
seluruhnya.. Hari ini ‘white day’ ku yang putih.’ – Young Ji.
The end………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar