Minggu, 01 Maret 2015

[FF] Gobaekhaeyo




Title: Gobaekhaeyo (White Day)
Author: Han Rae Hwa
Rating: T
Genre: Romance, Friendship, Songfic (Girl’s Day, White Day)
Main Cast:
-          Jo Youngmin ‘Boyfriend’
-          Soo Jeong ‘Lovelyz’ as Young Ji

Young Ji POV
    ‘Jika kau ingin berterus terang padaku, kalau kau ingin memberikan hatimu, aku akan menerimanya. Karena aku pun menyukaimu.’

    Hari ini aku harus pulang telat untuk mengerjakan tugas kelompok. Hanya berdua, bersama Jo Youngmin. Namja yang sedang duduk berhadapan denganku. Ia tengah sibuk mengerjakan tugas kelompok kami yang diberikan oleh Songsaengnim tadi pagi dan harus diserahkan besok pagi juga. Seharusnya ia bisa memberikan kami dispensasi waktu lagi untuk mengerjakan tugas ini. Tapi untungnya aku satu kelompok dengan Youngmin yang notabene adalah murid pintar kebanggan kelas bahkan kebanggaan sekolah. Entah makanan apa yang diberikan oleh orang tuanya hingga ia memiliki kecerdasan  yang begitu tinggi.
    Tak hanya pintar, Youngmin pun memiliki paras yang sangat memukau. Tampan? Menurutku iya. Tapi bagi sebagian besar murid-murid yeoja disini lebih memilih menyebutnya cantik. Bahkan mereka sampai iri. Bagaimana bisa namja setampan Youngmin bisa memiliki postur tubuh yang proposional, bulu mata yang lentik juga senyuman yang sangat manis. Banyak yang menyebutnya dengan sebutan ‘baby doll’. Mereka itu ada-ada saja. Tapi aku lebih suka menyebutnya ‘Youngpooh’. Karena Youngmin sangat fanatik dengan kartun berwarna kuning, selaliu memakai baju berwarna merah yang suka makan madu, Winnie The Pooh. Ia memiliki sebuah boneka boneka Winni The Pooh berukuran kecil yang selalu tergantung di tasnya. Dan dia pernah bilang padaku kalau boneka itu adalah boneka keberuntungannya. Bahkan ia membuktikan sendiri kalau ia akan sial satu hari penuh jika boneka itu tidak terbawa ditasnya. Ada-ada saja. Tapi itulah salah satu keunikan yang aku suka darinya.
    Tak!
    Aku memukul kepalanya dengan pulpen yang ada digenggamanku. "Ya! Youngmin-ah.. Jangan terlalu serius! Seorang yeoja tidak akan senang jika berada di situasi seserius ini."
    Youngmin menoleh ke arahku. "Kita kan sedang mengerjakan tugas. Jadi sudah sewajarnya jika aku serius. Memangnya kau yang selalu menganggap remeh dan tidak peduli dengann tugas-tugas sekolahmu!?"
    Aku terbelalak. Bisa-bisanya ia menggerutu seperti itu. Hhfft. Sifatnya memang seperti itu. Jika ia sedang berada di situasi yang mengharuskannya untuk serius, ia akan serius. Tapi jika situasinya berlawanan, seperti sedang bermain atau bercanda, ia akan melupakan keseriusannya dan ikut bersenang-senang. Ia akan menjadi namja yang penuh keceriaan.
    Aku merapihkan poniku. Tak sadar kalau Youngmin tengah memandangiku dengan raut wajah serius. Dan hal itu membuatku salah tingkah. Padahal sebenarnya aku senang jika dipandangi seperti itu olehnya. "A-ada apa? Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa ada yg salah dariku?"
    "Ternyata jika dilihat-lihat, kau ini cantik juga ya!?"
    Aigoo aigoo aigoo.. Aku semakin salah tingkah setelah dia memujiku seperti itu. Ya! Youngmin tidak pernah memujiku. Bukan tidak pernah, tapi jarang. Sangat jarang. Itupun terkadang ia sering membuat candaan atas pujiannya itu.
    "Hey! Jangan memujiku seperti itu. Bilang saja kau ada maunya."
    Youngmin tak menjawab pertanyaanku. Ia justru melanjutkan tugasnya.
    Aku menopang dagu ditelapak tanganku. Sementara sikutku menahannya dimeja. Sambil tersenyum memperhatikan namja yang lebih tua sedikit dariku terus menulis dibuku tugasnya. Kalau Youngmin sedang serius seperti ini, ketampanannya makin meningkat. Karismanya makin membuat aku seakan meleleh. Sungguh, aku sangat suka.
    Jika dipikir, sebenarnya aku ini adalah yeoja yang beruntung. Bahkan sangat beruntung. Karena aku selalu bisa dekat dengannya. Entah apa yang membuatnya selalu berada disisiku. Dibilang sahabat, sepertinya tidak. Karena kami baru bertemu dikelas 1 SMA. Sementara sekarang kami baru saja menginjak semester pertama kelas 2 SMA. Apa temannya hanya aku saja ya!? Ah, tidak juga. Ia kan digemari banyak murid. Tidak mungkin ia tidak memiliki teman selain aku. Apa dia menyukaiku? Ah, sepertinya itu lebih tidak mungkin lagi. Aku nya saja yang terlalu berharap. Hihi. Padahal sekarang aku sedang berkhayal kalau Youngmin tengah berterus terang kalau ia akan memberikan hatinya padaku. Tentu saja aku tidak akan menolaknya. Aku kan menyukainya. Senyumku seketika merekah saat membayangkan tentang hal itu.
    "Young Ji-ah!"
    "Iya aku mau!" Ujarku dengan lantang saat Youngmin memanggilku dan langsung membuyarkan lamunanku. Aku memperhatikan ke sekelilingku. Teman-teman kami yang belum pulang pun lantas memperhatikanku sambil bertanya-tanya pada diri mereka sendiri. Aku segera menutup mulut dengan kedua tanganku. Malu. Ya, malu rasanya. Huuhh.. Aku ini ada saja sih!?
    "Ada apa? Apa yg kau inginkan?" Tanya Youngmin sambil memperhatikanku,
    "Hatimu." Hap! Aku segera melayangkan kedua tanganku untuk menyekap mulutku yang tidak bisa dikontrol ini. Young Ji-ya! Pabo!
    "Mianhae, aku ke toilet dulu." Ujarku langsung meninggalkan kelas.

    Aku membuka pintu toilet dan menutupnya rapat-rapat. Untungnya didalam toilet hanya ada aku saja. Aku berdiri menghadap cermin besar sambil memandang kasihan diriku lewat cermin.
    "Uuhh, pabo! Bisakah kau mengontrol apa yang akan kau ucapkan, Young Ji-ya!" Aku memukuli kepalaku lalu memperhatikan wajahku di cermin. "Huaahh, wajahku bahkan lebih terlihat pabo!" Kugigit bibirku bagian bawah sambil menghela napas panjang, kemudian aku beranjak dan kembali ke kelas.

    ‘Kau kan juga menyukaiku. Hari ini kesempatanmu. Jelaskan saja, akui padaku. Kau tak tau arti kehadiranmu bagiku. Kau tak tau, tak tau, tak tau hatiku. Kau tak tau hatiku, tak tau.’

    Saat melongok, ternyata kelas sudah sepi. Hanya ada Youngmin yg masih terpaku dgn buku paket tebal miliknya. Aku segera menghampirinya lalu kembali duduk dikursiku. Kuhela napas panjang lagi untuk menenangkan diriku sendiri, lalu mengeluarkannya sambil mengeluarkan suaraku dalam alunan sebuah lagu.
    "Deo isang chinguneun sirheo.. Neodo nal johahajanha.. Oneuri gihoeya..Jom deo hwaksilhage naege gobaekhae..”
    "Bahkan suaramu mampu membuatku tidak konsentrasi." Ujarnya tanpa menoleh.
    Aku membulatkan kedua mataku. Mungkin dua bola mataku sudah hampir keluar. Sungguh, kata-katanya langsung dapat menusuk tepat ke hatiku. Youngmin memang selalu bisa menikam orang-orang dengan perkataannya. Mwo? Orang-orang? Ah, kurasa hanya aku saja yang diperlakukan seperti itu olehnya. Hhfftt, sungguh tidak adil.
    "Neon naege eotteon jonjaenji.. Neoneun molla molla naemam molla.. Neoneun geureon naemam molla.. Neoneun molla.." Aku melanjutkan lirik lagu yang sempat terputus. Tak peduli kata-kata apa lagi yang akan terlontar dari bibirnya yang tipis dan menggoda itu.
    Kuakhiri nyanyianku yang hanya sepenggal. Lalu menunggunya memberi komentar. Tapi ia hanya diam saja. Padahal aku sengaja menyanyikan sepenggal lagu milik Girl's Day untuk memberikan sebuah pengakuan. Hhfft sungguh Youngmin benar-benar tidak peka.

    ‘Aku suka kalimat "Aku suka
kamu". Akupun suka kalimat "Aku cinta kamu" ‘

    Aku mulai bosan karena tidak melakukan apapun. Tepatnya tidak diizinkan oleh Youngmin untuk membantunya mengerjakan tugas kelompok. Jelas-jelas ini adalah tugas kami berdua. Tapi dia tidak ingin tugas kami mendapatkan hasil jelek karena aku turut membantunya. Sesempurna itukah seorang Jo Youngmin!? Namun walaupun dia sangat menyebalkan, bahkan aku tidak dapat menyembunyikan perasaanku kalau aku tetap menyukainya.
    Aku meraih pulpen kesayanganku yang berwarna merah muda, dengan pita berwarna senada diatasnya. Lalu ku ambil juga selembar kertas dan menuliskan beberapa kata.
    Johahandan maldo joha ye~
   Saranghandan maldo joha~
    Kuberikan hiasan-hiasan kecil di sudut kalimatnya.

    ‘Akuilah, terus terang padaku. Sekarang adalah kesempatanmu.. Perasaan hatimu tentangku. Seluruh perasaanmu, seluruhnya.. Hari ini 'White day' ku yang putih..’

    Lalu kembali kutulis beberapa kalimat lagi.
    'Baro jigeumi gihoeyeyo
   Nareul saenggakhaneun mamdeul. Neoui maeum modu modu. Oneureun naui saehayan hwaiteudei.'
    Aku menyimpulkan senyum tipis sambil memberikan kertas itu pada Youngmin.
    "Kata-kataku bagus tidak?"
    Youngmin meraih kertas itu lalu membacanya. Aku menunggunya memberikan komentar dengan jantung yang berdegup kencang. Kemudian ia tertawa kecil setelah membaca tulisanku dikertas itu.
    "Kau mengutipnya dari sebuah lirik lagu ya?"
    "Heh?" Aku mengerutkan keningku.
    ‘Bagaimana dia bisa tau? Apa Youngmin tau lagu milik Girl's Day itu? Aigoo aigoo aigoo..’ Teriakku dalam hati.
    "Kau tidak akan bisa membuat rangkaian kata sebagus ini." Ujarnya meremehkanku lalu melempar kertas itu ke meja.
    Aku memanyunkan bibirku. Seharusnya aku tidak perlu menunggunya merespon ungkapanku dikertas itu. Aku juga sudah tau jawabannya akan tidak mengenakan hatiku. Sebenarnya kesal sih.. Tapi bagaimana? Kesal dengan seseorang yang kusukai. Apa itu tidak dilarang? Sudahlah, aku tidak peduli. Padahal Youngmin sering bersikap seperti itu padaku. Dan aku tidak kesal atau bahkan marah padanya. Entah kenapa sekarang aku sudah tidak tahan. Rasanya ingin langsung mengutarakan semuanya.  Tapi.. Sudahlah, ia tidak akan mengerti juga jika ku utarakan perasaanku ini padanya.
    Aku segera merapikan alat tulisku dan memasukkannya ke dalam tas. "Aku pulang!" Gerutuku yang langsung menyambar tas dengan kasar lalu beranjak keluar dari kelas, meninggalkan Youngmin sendiri.
Young Ji POV end

Author POV
  Youngmin menatap kepergian Young Ji. Sepertinya ia paham kalau Young Ji sedang kesal atau bahkan marah padanya. Ia menyadari kalau sikapnya memang tidak manis terhadap yoja yang selama setahun terakhir selalu berada disisinya.
    Ia kembali membaca kertas dari Young Jialu merekahkan senyumnya lalu menaruhnya dimeja kemudian ia kembali melanjutkan tugasnya.
    "Biar aku sendiri yang menyelesaikannya Young Ji-ya. Aku tidak ingin kau lelah karena mengerjakan tugas yang banyak memerlukan pemikiran yang lebih menyita waktu juga pikiranmu." Gumam Youngmin pelan. Ia melipat kertas itu lalu memasukkannya ke saku baju seragamnya.
Author POV end

Youngmin POV
    Aku melepaskan pulpen dari genggamanku, lalu menyenderkan punggungku sambil menghela napas panjang. Aku membayangkan sosok Young Ji masih ada dihadapanku, sedang tersenyum, tertawa dan membuat sedikit kejahilan untuk mengalihkan perhatianku karena aku yang terlalu serius karena mengerjakan tugas ini. Sebenarnya, aku sengaja untuk serius seperti ini. Aku pasti akan sangat terganggu jika tidak serius dan berkonsentrasi penuh. Karena kau selalu mengalihkan duniaku Young Ji-ya. Hari-hari kita masih panjang. Jadi kukira tidak ada salahnya jika aku meluangkan hanya satu jam saja untuk menyelesaikan tugas ini dengan serius. Dan andai kau tau, kau itu menjadi penyemangat terbesarku. Selalu menjadi energiku. Bayangkan, sekarang kau pergi karena kesal atas sikapku padamu. Konsentrasiku langsung buyar.
    Nam Young Ji, meskipun terkadang sikapmu seperti anak kecil, aku tetap menyukaimu. Karena itu menjadi salah satu daya tarikmu yang membuatku jatuh cinta pada sosokmu. Senyummu yang manis tak pernah hilang dari benakku. Sosoknya selalu terbayang dalam pikiranku. Juga namanya tertera dengan manis didalam hatiku. Dan yang tadi kubilang kalau kau itu terlihat cantik, itu benar Young Ji. Kau memang cantik. Bahkan sangat cantik. Nam Young Ji, saranghae.
    “Tunggu saja waktu yang tepat Young Ji. Aku janji akan mengakui semuanya. Sesuai yang kau inginkan. Mian..” Aku menunduk, termenung dengan pandangan lurus ke tugas yang hampir selesai.
Youngmin POV end

Author POV
    ‘Teman-teman bilang kita bagus jika bersama. Hanya dengan melihatmu dadaku
berdebar. Apa cinta itu seperti ini? Aku tak mau hanya terus jadi teman. Hampiri aku dan akuilah
Katakan kau mencintaiku.Hari ini kesempatanmu. Akuilah padaku..’

    Young Ji terus berjalan di lorong sekolahnya yang sudah hampir sepi , dengan kedua tangannya yang menggenggam erat tali tasnya. Sementara pandangannya terus menunduk ke bawah.
    "Ya, Young Ji-ya.. Kemana Youngmin? Biasanya kalian selalu bersama-sama. Seperti sepasang kekasih. Percaya deh, kalian itu terlihat sangat cocok. Aku setuju kalau kau dengannya memang benar-benar menjalin tali percintaan. Tapi kenapa sekarang kau terlihat sendirian?" Sapa seorang temannya saat tak sengaja bertemu Young Ji dilorong sekolah.
    “Nan molla.." Young Ji menjawabnya dengan malas. Namun sejujurnya, ada sedikit rasa senang yang hinggap dihatinya ketika temannya itu berpendapat kalau ia dan Youngmin sangat cocok jika menjadi pasangan kekasih.
    “Mwo? Kau dan dia bersahabat kan!? Kau ada masalah ya dengannya?” Teman yeoja nya itu menunjuk ke arah Young Ji sambil tersenyum lebar.
    "Mwo? Dan sejak kapan aku memberitahumu kalau kami bersahabat?" Young Ji beranjak pergi melewati temannya itu yang agak terkejut dengan jawaban Young Ji. Kemudian ia memperhatikan kepergian Young Ji.
    "Aneh.. Ada apa yaa sebenarnya antara mereka?" Ujar Yeoja itu sambil berlalu.

    Sebenarnya masih banyak teman-temannya yang bilang kalau Young Ji dan Youngmin cocok menjadi sepasang kekasih. Nama panggilannya saja sama-sama ‘Young’. Dan hal itu mejadi kesenangan sendiri bagi Young Ji. Tapi meskipun begitu, masih banyak yang tidak menyukai mereka. apalagi dengan ada yang bilangkalau mereka itu cocok. Namun Young Ji tak pernah mempedulikannya. Karena hal itu tidak membuat hubungan mereka sebagai teman jadi retak.

    Young Ji benar-benar meninggalkan Youngmin sendirian, mengerjakan tugas kelompok mereka. Ia terus berjalan ditrotoar, dengan kedua tangan yang masih saja menggenggam erat tali tasnya.
    "Kenapa sih Youngmin selalu tidak pernah peka terhadap apa yg kulakukan padanya!? Sedingin itu kah ia terhadap yeoja!?" Gerutu Young Ji ditengah perjalanan pulang. "Tunggu.." Ia menghentikan langkahnya, "Apa jangan-jangan Youngmin tidak menyukai seorang yeoja, melainkan suka dengan seorang namja? Aigoo, itu tidak boleh terjadi. Andwae andwae!!" Young Ji memukul kepalanya beberapa kali sambil memejamkan kedua matanya. Pendapat yang baru saja ia katakan membuatnya pusing sendiri. Akhirnya ia melanjutkan langkahnya, beranjak pergi.
    Namun pandangannya beralih ke sebuah taman dengan banyak pohon rindang yang seakan menghipnotsnya untuk datang ke sana. Langkahnya pun terus melaju menyeberangi jalan dengan mobil dan motor yang berlalu lalang. Ia memilih untuk menghampiri sebuah danau didalan taman. Angin sepoi-sepoi menyambutnya. Ia mengenggam pagar pembatas yang sudah dilapisi cat besi berwarna hitam. Young Ji pun benar-benar terhipnotis oleh suasana taman yang sejuk dan tenang. Dengan pemandangan yang dapat mencuci matanya. Bahkan secara perlahan dapat melupakan masalahnya.
    Kedua matanya perlahan terpejam lalu menghirup udara dalam-dalam dan mengeluarkannya bersamaan dengan suara merdunya.
    "Neon naui jeonbuingeol neoneun jeongmal. Molla molla molla molla, naemam neoneun jeongmal jeongmal jeongmal molla.. Johahandan maldo joha ye, saranghandan maldo joha, gobaekhaeyo gobaekhaeyo, baro jigeumi gihoeyeyo.. Nareul saenggakhaneun mamdeul, neoui maeum modu modu, oneureun naui saehayan hwaiteudei.. Ireoke seororeul akkyeojwogamyeo gyesok barabwa, geugeomyeondoeyo.. Sarangeun jalmolla  geureochiman ireoke ttatteutan, mari ni sarangiramyeon, nan neolsaranghae.."

    "Johahandan maldo joha ye, saranghandan maldo joha, gobaekhaeyo gobaekhaeyo, baro jigeumi gihoeyeyo, nareul saenggakhaneun mamdeul neoui maeum modu modu oneureun naui saehayan hwaiteudei..." Lanjut seseorang dari belakang.

    Young Ji menoleh. Dengan terkejut ia menemukan sosok Youngmin yang sedang berjalan menghampirinya. Sumber suara yang menyanyikan sepenggal lanjutan dari lirik lagu yang dinyanyikannya baru saja.
    "Kenapa kau meninggalkanku sendirian dikelas, eoh!?"
    Young Ji membalikkan badannya menghadap ke arah Youngmin sambil menyenderkan punggung ke pagar pembatas. Ia menunduk. Sebenarnya ia enggan untuk melihat Youngmin. Padahal biasanya tak ada sedikitpun waktu yang terbuang untuk melihatnya. Entah kenapa sekarang menjadi berbeda.
Youngmin mendekati Young Ji. Kedua tangannya menggenggam erat pagar pembatas dengan wajah yang berdekatan. Hanya berjarak beberapa senti dari wajah Young Ji. Dan hal itu membuat Young Ji gugup. Jantungnya berdegup sangat kencang. Belum pernah ia sedekat itu dengan Youngmin selama mereka berteman.
    "Kau pikir aku tidak tau apa maksudmu memberikan kertas dengan tulisan-tulisan itu!? Kau kira aku tidak mengetahui maksud dari semua yang telah kau lakukan padaku selama ini!?" Youngmin tertawa kecil, "Kau salah.."
    Young Ji mengalihkan pandangannya pada Youngmin, "Heh!? A-apa maksudmu?"
    "Hanya dengan melihatmu dadaku berdebar. Apa cinta itu seperti ini? Aku juga tak mau hanya terus jadi teman. Hampiri aku dan akuilah.. Katakan kau mencintaiku. Hari ini kesempatanmu. Akuilah padaku.. Kau sungguh segalanya bagiku. Bahkan kau tak tau isi hatiku seperti apa." Youngmin tersenyum sangat manis.
    ‘Aigoo.. Bahkan aku tidak kuat untuk menatap kedua mata matamu, juga senyummu yang manis itu hampir melumpuhkanku.’ Batin Young Ji.
    Ya, kedua mata Youngmin memang sedang menatap kedua mata Young Ji yang kini mulai berbinar.
    ‘Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk mengakui perasaanku padamu, Young Ji-ya..” Batin Youngmin.
    “Aku.. Mencintaimu.. Nam Young Ji.” Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Young Ji. Bibir kecilnya Youngmin menyentuh bibir kecilnya Young Ji. Hembusan angin, pohon Cherry yang bertengger kokoh tak jauh dari mereka, juga danau yang berada dihadapan mereka menjadi saksi apa yang tengah dilakukan oleh Youngmin. Young Ji yang bahkan tak menyangka kalau Youngmin akan menciumnya pun dibuat sangat terkejut. Ia tidak tau lagi mesti berbuat apa selain diam terpaku di tempatnya berdiri.
1 detik..
5 detik..
10 detik..
Satu menit..
    Youngmin melepaskan bibirnya dari bibir Young Ji. Ia mengalihkan pandangannya. Kini secuil rasa bersalah pun hinggap dihatinya.            “Mianhae..” Gumamnya pelan.
    Perlahan senyum manis Young Ji mengembang, tersipu malu, lalu berucap dengan manja, “Jika kau ingin berterus terang padaku, kalau kau ingin memberikan hatimu, aku akan menerimanya. Karena aku pun menyukaimu.”
    Youngmin menoleh, “Aish, jinjja! Kau ini memang yeoja yang agresif! Tapi ku akui perjuanganmu sangat hebat. Bahkan kau tahan berada disamping namja yang sangat tidak menyenangkan seperti diriku. Kau memang yeoja yang benar-benar hebat.”
    “Karena kekuatan cintaku sangat besar padamu.” Senyumm Young Ji kembali merekah.
    “Tapi tadi kau sempat kesal kan!?”
    Sambil memainkan jari-jarinya, Young Ji menunduk, “Mian.. Habis aku sudah tidak tahan untuk kau mengetahui perasaanku sebenarnya.”
    Youngmin menunduk, “Mian.. Atas semua sikapku yang dingin dan mungkin agak kasar padamu. Bahkan sepertinya aku tidak pernah membuatmu bahagia ya? Aish jinjja! Aku ini benar-benar namja yang bodoh..”
    Young Ji menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Aniya.. Bahkan aku selalu bahagia disaat kau selalu berada disiku. Disitulah aku merasa senang dan seakan aku ingin menghentikan waktu agar terus bisa bersamamu.”
    Senyum manis pun  ikut merekah diwajah tampan Youngmin. Ia melayangkan salah satu tangannya ke kepala Young Ji lalu mengusapnya perlahan.
    “Aku suka kalimat ‘aku suka kamu’. Aku pun suka kalimat ‘aku cinta kamu’ “ Ujar Young Ji pelan. Pandangannya lurus kebawah, tak berani menatap Youngmin. “Terus melindungi satu sama lain seperti ini. Tetap saling memandangi itulah yang kita butuhkan..” Sambungnya.
    “Aku benar tak mengerti cinta. Namun, bila kau mencintai kata-kata ‘aku mencintaimu’ terasa sangat hangat.” Timpal Youngmin.
    Keduanya tersenyum lalu saling merentangkan tangan untuk mendekap tubuh orang terkasih bagi mereka.

    ‘Akuilah, terus terang padaku. Sekarang adalah kesempatanmu. Perasaan hatimu tentangku. Seluruh perasaanmu, seluruhnya.. Hari ini ‘white day’ ku yang putih.’ – Young Ji.

The end………………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength