Sabtu, 17 Mei 2014

[CERPEN] Mr. Pou

   Ketika itu, aku masih kelas 2 SMA. Dan aku mendapat teman-teman baru dikelas baruku. Mereka semua teman-teman yang sangat baik. Dan seseorang telah mencuri perhatianku. Seorang teman laki-lakiku. Sebut saja dia Mr. Pou. Awalnya, aku berusaha utk beradaptasi dengannya juga dengan teman-temanku yang lainnya. Dia termasuk laki-laki yang masih pemalu saat itu. Sampai suatu ketika aku berpendapat kalau dia mirip mantan terakhirku. Dari bentuk wajahnya, dari senyumnya. Matanya pun mirip.

   Hingga aku memasuki kelas 3 SMA dengan kelas yang sama. Aku pun masih bisa bertemu dengannya lagi. Awal kelas 3, yaa masih biasa. Tapi saat hampir memasuki semester kedua, semuanya berubah. Seakan ada jarak yg memisahkan aku dengannya sebagai teman. Itu berawal karena aku pernah melakukan hal bodoh saat itu. Padahal, sebelumnya aku sempat lumayan dekat dengannya.
Dia pernah meminta tolong padaku untuk membelikannya makanan dikantin pada saat jam istirahat. Lalu, aku sengaja membeli dua buah minuman. Satu untukku, dan satu untuknya.
   "Mr. Pou, nih pesenannya."
   "Makasih yaa.."
   "Lo mau teh ini gak? Nih buat lo. Ambil aja."
   "Beneran ini buat gue? Thanks ya.."
   Aku mengangguk dan tersenyum melihatnya yang mulai berlalu dari hadapanku.

   Dan pernah beberapa kali aku pernah membantunya untuk mengerjakan tugas bahasa Jepang yang belum ia kerjakan. Memang sih, aku tidak terlalu pintar dalam pelajaran bahasa Jepang. Setidaknya aku mengerti apa yg ditugaskan oleh sensei kepadaku dan teman-temanku.
   "Eh, lo udah selesai ngerjain pr yang ini?" Dia menanyakan padaku saat tugasku sudah selesai dikoreksi dan dinilai oleh sensei.
   "Iya udah. Emangnya kenapa?" Aku balik bertanya.
   "Coba gue liat dong. Gue belom nih."
Aku memberika  buku tugasku kepadanya. Dia menerimanya dan langsung menyalin pr ku.
   "Tapi kata-katanya jangan sama ya. Nanti kalo sensei tau gue bisa diomelin."
   "Udah selow aja. Sensei juga gak bakalan tau kok."
   Aku kembali duduk dikursiku yang berada tak jauh dari meja nya.

   Jadwal pelajaran bahasa Jepang ada di hari sabtu. Dan dengan cepat waktu semaki  berlalu. Meninggalkan hari-hari lain, dan bertemu dengan hari sabtu lagi. Seperti biasa, sensei yang selalu rajin memberi kamu pr, membuat kami agak kesulitan dalam mengerjakannya. Bahkan beberapa temanku justru lupa dengan pr yang diberikan oleh sensei. Mungkin mereka berpendapat kalau pelajaran bahasa Jepang tidak terlalu penting seperti pelajaran yang lainnya. Lagi pula sensei yang mengajar kami kebetulan orangnya baik dan sabar. Juga penuh pengertian. Makanya beberapa dari temanku agak menyepelekan pelajaran ini.
   Mr. Pou lagi-lagi belum mengerjakan pr nya. Dan dia kembali menyalin pr ku yg sudah selesai. Kebetulan aku memang sedang giatnya mempelajari bahasa Jepang. Disamping itu, aku juga menyukai pelajaran ini.
Aku duduk didepan mejanya. Kebetulan temanku yang duduknya didepan Mr. Pou sedang tidak ada.
   "Udah belom?"
  "Bentar lagi." Jawab Mr. Pou yang masih menyalin pr ku.
   "Sini deh biar gue yang tulisin." Aku berusaha meraih pulpen dan bukunya.
   "Yaudah deh, nih." Dengan senang hati Mr. Pou menyerahkan pulpen dan buku tugasnya kepadaku. Lalu dia malah hendak menandatangani buku catatanku dengan pulen yang lain.
   "Jangan disitu. Disini aja!" Aku menyuruh Mr. Pou untuk memindahkan posisi tangannya yang akan -sedikit- mencoret bukuku dengan tanda tangannya itu.
   "Gue juga." Teman sebangku Mr. Pou pun ikut menandatangani buku catatanku. Aku hanya geleng-geleng kepala.
   Sembari menunggu pr nya selesai, Mr. Pou justru membuka obrolan dengan teman sebangkunya, aku dan juga teman perempuanku yang sedang duduk disebelahku. Mr. Pou berusaha membangga-banggakan tempat tinggalnya yang letaknya tak jauh dari sekolah. Kami bertiga menertawakan setiap ucapan yang ia lontarkan kepada kami.


     ***


   Dan aku melakukan hal bodoh.. Sesuatu hal yang hanya aku dan Allah yang mengetahuinya. Bahka  teman-teman dekatku pun tidak ada yang mengetahuinya.  Dan hal bodoh yang kulakukan itu justru membuatku dengannya semakin jauh. Aku sangat menyesal..

   Setiap kali aku melihatnya sedang mengobrol dan bercanda dengan teman-teman perempuanku yang lain, rasanya aku ingin sekali berada diantara mereka. Bisa bercanda, tertawa, mengobrol, membahas ini itu atau sekedar bertatap sapa. Ya, menyapanya pun aku sudah tidak berani. Entah hanya aku saja yang merasakan hal ini atau dia juga merasakannya. Entah hanya perasaanku saja yang takut kalau dia tidak mau berteman denganku atau memang dia juga merasa malas untuk berteman dan dekat denganku seperti ia dekat dengan yang lainnya.


   Hari ini, salah seorang guru Bahasa Indonesia yang mengajar kelasku memberi kami tugas untuk membuat rangkaian puisi dari sumbangan kata dari masing-masing kelompok yang bertema tentang 'cinta'. Aku menyumbangkan beberapa kata yang berhubungan dengan tema itu. Sembari mengerjakan, guru Bahasa Indonesiaku menyebutkan kelompok untuk tugas baru yang ia berikan untuk kelas kami. Satu kelompok terdiri atas dua orang murid. Dan..... Guru Bahasa Indonesia ku memilihkan teman satu kelompok untukku yang.... yah, teman selama ini aku sukai, Mr. Pou. Semua teman-temanku mulai meledek kami berdua. Dan beberapa temanku pun dipasangkan dngan pasangan yang bisa dibilang 'pas'. Karena ada beberapa kelompok yang salah satunya pernah menyukai teman satu kelompoknya saat kelas satu. Yah, mau dikatakan apa lagi. Aku hanya bisa diam saat guru Bahasa Indonesia ku menyebutkan namanya dengan namaku untuk dijadikan satu kelompok. Untuk tugas berbalas pantun minggu depan.

   Yaa, teman-temanku sudah mengetahui tentang aku dan Mr. Pou yang seakan-akan ada apa-apa. Aku tidak mengerti kenapa gosip itu menyebar luas ke seluruh telinga teman-temanku dikelas. Padahal aku sama sekali tidak pernah menyebar luaskan tentang hal ini ke siapapun kecuali kepada ketiga teman baikku. Hhhh.. I really don't know guys!! :")


   Karena terlalu menjauh, aku dan Mr. Pou seakan tidak pernah lagi ada pembahasan apapun atau sepatah kata pun yang keluar dari mulutku padanya atau dari sepatah kata dari mulutnya kepadaku. Bahkan, aku semakin canggung ketika berada didekatnya. Termasuk ingin berfoto bersamanya pun aku sangat taku untuk memintanya. Sungguh!! Aku tidak bohong!

   "Git.. Gue pengen foto bareng sama dia. Tapi berdua aja. Cuma buat kenang-kenangan aja. Gimana ya?" Ucapku ke salah satu teman baikku.

   Kebetulan hari ini kelas kami mengadakan ujian praktek pelajaran Agama yang dikolaborasikan dengan pelajaran Seni Budaya. Yaitu praktek menikah. Do you know!? Aku berperan menjadi calon 'ibu mertuanya' :'D

   "Lo mau foto berdua sama dia? Yaudah, lo tenang aja! Biar gue yang ngatur."

   Saat menunggu waktu yang pas, tiba-tiba, temanku yang bernama Agitha pun memintanya untuk berfoto bersama. Agitha menyeret Mr. Pou dan juga menarik lenganku untuk berfoto bertiga. Agitha berada di tengah, sementara Mr. Pou berada disebelah kanannya. Yap! Aku berada di samping kirinya Agitha. Dan dengan sangat tiba-tiba, Agitha mendekatkan tubuhku dengan tubuh Mr. Pou. Agitha menyandingkanku disamping Mr. Pou. Lalu kami difoto oleh salah satu temanku yang lain. Sungguh, aku sangat deg-degan saat itu. Tapi setelah melihat hasil fotonya, aku cukup puas. Terlintas diwajah Mr. Pou sebuah senyumam kecil. Aku senang. Sangat senang!

   "Thanks ya Git.. Gue seneng banget."

  "Sama-sama :)"

   Pernah saat itu aku dan teman-teman sekelasku akan menghadiri acara wedding party wali kelas kami. Lalu saat selesai dan kami hendak pulang, aku pun kembali meminta foto berdua bersama Mr. Pou. Yaa, sebagai kenang-kenangan karena sebentar lagi, kami akan lulus SMA :") Tapi ternyata foto yang kuharapkan hasilnya akan bagus justru terlihat agak buram. Hmm.. I'm okay or aku rapopo :'D Setidaknya aku masih bisa berfoto dengannya berdua.


   Oh ya, tau kenapa aku sebut 'dia' dengan sebutan 'Mr. Pou' ? Sebenarnya sebutannya itu Mata Pou. Karena dua teman dekatku menyamakan matanya dengan mata Pou. Aku sempat tertawa saat mereka memberi julukan itu. Hmm.. Sepertinya dia sudah tau tentang julukan itu. Karena temanku, Agitha sering memanggil nya dengan sebutan 'Mata Pou' walaupun sebenarnya dia sering menghiraukannya. Hmmm...


   Dan hari-hari berlalu seperti biasanya. Dan rasa penyesalan pun selalu menghantui diriku. Aku selalu ingin mengulang waktu agar aku bisa menghapus semua kesalahan yang pernah ku buat saat itu padanya. Dan sekarang, aku tidak tau harus berbuat apa-apa lagi selain hanya berdiam diri, dan melupakan kalau Mr. Pou itu akan menganggapku sebagai temannya seperti dulu.


   Sekarang, aku sudah lulus dari SMA. Aku akan berpisah dengan mereka semua. Dan rasa itu akan terus bersarang entah sampai kapan.


Dear Mr. Pou...

Do you know? I'm not hope to have you. Or even have your love. But I hope that we can correct our friendship that was damaged. I'm sorry if all this time i've made a mistake to you. I'm so sorry. I really am sorry....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength