Title : Last Love
Rating : T
Genre : Romance
Main Cast:
- Kang Sura 'Ulzzang' as Kang Hyeonji
- Jo Kwangmin 'Boyfriend' as Kwangmin
- Jo Youngmin 'Boyfriend' as Youngmin
Hyeonji POV
Hari ini begitu indah. Aku bersama Kwangmin pergi ke bukit dengan penuh hamparan bunga-bunga yang cantik. Kwangmin menggenggam kedua tanganku dengan erat. Ia mencium keningku dengan lembut. Aku bahagia bisa memiliki kekasih yang begitu mencintaiku dengan apa adanya. Kwangmin, aku mencintaimu.
***
Kediaman Kwangmin penuh dengan orang-orang yang mengenakan pakaian berwarna hitam. Tidak sedikit karangan bunga yang bertengker dihalaman rumahnya. Inilah kenyataan yang harus aku terima. Dengan sekuat tenaga yang aku miliki, dengan mencoba tegar aku masuk kedalam rumah Kwangmin. Mataku terfokus pada satu titik. Tubuh Kwangmin terbaring didalam peti dengan menggunakan jas hitam dan kemeja putih lengkap dengan sepatu hitam. Ia sangat tampan. Seutas senyuman ia lengkungkan walaupun tak terlihat jelas.
Aku duduk disamping Eomma Kwangmin yang mencoba tersenyum. Kuusap pundaknya, ia menatapku dengan tatapan sendu. Matanya sembab akibat menangisi kepergian anaknya. Aku tak tega melihat keadaannya seperti ini. Aku memeluknya sambil terus mengusap-usap pundaknya.
Hyeonji POV end~
Author POV
Youngmin duduk disisi tempat tidur. Ia menatap foto dirinya bersama Kwangmin yang dibingkai dengan hiasan pikachu (kartun kesukaan Kwangmin). Hatinya pilu, rasanya sungguh sakit. Batinnya terguncang saat ia kehilangan kembarannya untuk selama-lamanya.
Flashback on~
Youngmin hendak menyebrang jalan yang lalu lalang dengan mobil dan motor. Ia ingin menemui kembarannya ditepi jalan seberang. Hujan deras tak ia hiraukan. Youngmin berjalan tanpa melihat kanan dan kirinya, ia hanya terfokus pada Kwangmin. Sudah berkali-kali Kwangmin berteriak melarang Youngmin untuk menyebrang jalan sekarang. Namun derasnya hujan membuat Youngmin agak kesulitan mendengar suara Kwangmin.
Kwangmin berlari menerpa hujan yang turun lalu mendorong tubuh Youngmin agak kasar ketepi jalan. Youngmin sangat terkejut saat Kwangmin mendorong tubuhnya. Dorongan itu membuat tubuh Youngmin terjatuh dan kepalanya membentur pagar pembatas jalan hingga berdarah. Dilihatnya sebuah pemandangan yang membuat hatinya bagai tertusuk beribu-ribu jarum tajam. Darah bercucuran dari beberapa bagian anggota tubuh Kwangmin, terutama pada bagian kepala. Youngmin berusaha berdiri sambil memegangi kepalanya yang luka. Ia berlari menghampiri Kwangmin dan mendekapnya dengan erat.
Air hujan yang turun menyapu darah Kwangmin yang berlumuran di tubuhnya dan di aspal jalan. Seketika wajah sang adik yang lahir 6 menit setelahnya menjadi bersih dan bersinar.
“Annyonghi gyeseyoYoungmin-ah.. Saranghaeyo Hyung..” Kwangmin mencoba tersenyum sambil menahan sakit pada tubuhnya. Itu kata-kata terakhir yang Kwangmin ucapkan sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan dunia ini.
Youngmin tak kuasa membendung air matanya. Emosinya tak terkontrol. Ia berteriak menyebutkan nama kembarannya yang sudah tak bernyawa. Youngmin menangisi kepergian Kwangmin.
Flashback end~
Youngmin menuruni tangga rumahnya dengan langkah gontai. Ia duduk disisi kanan peti dengan terpaku dan memandangi jasad kembarannya didalam peti. Hatinya kembali merasakan sakit yang luar biasa.
Author POV end~
Hyeonji POV
Pemakaman berlangsung tanpa adanya kendala yang menghalangi. Aku berusaha tegar untuk Kwangmin walaupun sebenarnya rasanya sangat sakit. Namun, tak ada lagi yang bisa kulakukan selain mendoakan Kwangmin. Walau Kwangmin tak akan pernah kembali lagi. Aku mencoba untuk tersenyum.. Tersenyum untuk Kwangmin.
“Annyonghi gaseyo Kwangmin-ah. Saranghaeyo..”
***
Hari-hari berlalu tanpa kehadiran Kwangmin. Aku sangat merindukan sosoknya yang menyenangkan. Kwangmin yang dulu selalu membuatku bahagia kini justru membuatku selalu menguras air mata ketika aku mengingatnya. Semakin aku melupakannya, semakin teringat jelas kenanganku bersamanya.
Kubiarkan tubuhku bersandar didinding. Kedua tanganku memeluk kedua kakiku yang aku tekuk. Pandanganku menyapu ke halaman samping rumah lewat jendela kamar.
“Hyeonji-ya, ada Youngmin yang ingin bertemu dengamu.” Eomma masuk ke dalam kamarku dan membelai rambutku.
“Mau apa dia datang kesini? Aku tidak mau bertemu dengannya!” jawabku tanpa mengalihkan pandangan. “Dia yang menyebabkan Kwangmin meninggal. Karena dia aku harus kehilangan Kwangmin. Dia pembunuh, Eomma..” aku menoleh dan menatap mata Eomma
“Hyeonji-ya, kau tak boleh berbicara seperti itu.”
Diambang pintu, Youngmin terpaku melihat aku dan Eomma. Aku menatapnya dengan tatapan sinis. Pandangan Eomma beralih pada Youngmin. Eomma membiarkan aku dan Youngmin berdua.
“Pergi kau dari sini! Aku tak mau melihatmu lagi!”
Youngmin tidak menghiraukan kata-kataku. Ia justru melangkah masuk ke kamar.
“Aku tak akan pergi sekalipun kau memintanya.” Youngmin menatapku serius.
“Aku bilang kau pergi dari sini!! Kau adalah seorang pembunuh Youngmin! Kau yang sudah membunuh Kwangmin!” emosi ku mulai tak terkendali.
Youngmin tertunduk. “Aku sama sekali tak pernah membunuh Kwangmin.”
“Tapi kau penyebab meninggalnya Kwangmin, Youngmin-ah!! Kau sama saja seorang pembunuh!! Kau sudah menghilangkan nyawa Kwangmin.”
Pipiku mulai terasa basah karena air mata yang menetes dari bola mataku. Youngmin mendekatkan tubuhnya ke tubuhku, lalu ia mendekapku.
“Lepaskan aku! Jangan peluk aku! Lepaskan Youngmin!!”
Youngmin justru memelukku makin erat.
“Lepas Youngmin! Aku tak mau dipeluk oleh seorang pembunuh! Kau sudah membunuh Kwangmin..” Tangisanku makin menjadi, “Kau sudah membuat Kwangmin meninggal Youngmin, lepas!!”
“Aku tak akan membiarkan kau seperti ini terus. Aku sudah berjanji pada Kwangmin untuk selalu menjaga dan melindungimu Hyeonji-ya. Walaupun kau membenciku, sekalipun aku tak akan pernah membiarkanmu lepas dari pengawasanku..” Youngmin mengelus kepalaku
“Baby falling down nege ppajyoga HA we keep it going now nol nege matchwoga.. Urin honjaga anya gaseumi ttollyo ara? meil gatdon haruga ije nan nomu seropjana.. Hamkkeyoso na manjokhe you let me feel so high hanayoson jom bujokhe honjain nareun bye, nowa hamkke isseul ttemyon naragal got gata mebon honjaga anin dul you make me wanna fly..”
Hatiku kembali tenang saat Youngmin menyanyikan lagu favoritku yang selalu dinyanyikan Kwangmin saat aku sedang sedih.
“Kau jangan takut. Aku akan selalu menjagamu..”
***
Youngmin memasuki kelas dengan penuh senymuman. Mataku membulat ketika ia tiba-tiba menghampiriku dan duduk disebelahku.
“Kau sakit? Atau amnesia?”
Youngmin menatapku heran seakan bertanya ‘apa maksudmu?’.
“Kau salah kelas Jo Youngmin!”
“Ini kelasmu kan? Mulai sekarang ini adalah kelasku juga.” Youngmin mengeluarkan buku catatannya dari dalam tas.
Kedua bola mataku seakan hampir mau lepas. Sejak kapan Youngmin pindah ke kelasku? Batinku.
Tiga minggu berlalu setelah kepergian Kwangmin. Youngmin sudah terlihat lebih tegar dari sebelumnya. Dia juga sudah beradaptasi dengan baik dikelasku. Tapi aku masih tidak mengerti kenapa dia pindah ke kelasku.
Youngmin lebih aktif setelah kembarannya meninggalkannya. Ia meminta kepada sang leader Boyfriend –Donghyun- terutama kepada pihak Starship Entertainment untuk vakum dari Boyfriend dan memilih untuk fokus kepada sekolahnya dan juga kepadaku. Youngmin tidak ingin mengecewakan sang adik, dan Youngmin berjanji untuk mewujudkan cita-cita Kwangmin yang belum tercapai. Menjadi seorang penulis novel. Yaa walaupun aku tau Youngmin bukanlah orang yang senang membuat karangan fiksi.
Hari ini Youngmin menemaniku untuk melukis pemandangan di taman tak jauh dari sekolah. Kuas yang aku pegang menari-nari diatas kanvas dengan berbagai macam warna. Aku melukiskan sketsa wajah Kwangmin. Tak terasa air mata ku kembali berlinang. Teringat kembali kenangan lalu bersama Kwangmin. Teringat semua kenangan indah bersamanya. Aku sangat merindukan Kwangmin yang selalu membuatku ceria. Dan ditaman ini, aku dan Kwangmin banyak menghabiskan waktu bersama. Bahkan kita pernah bermain hujan-hujanan disini. Bersandar dipundak Kwangmin dan memejamkan mata bersama, menikmati suasana yang indah.
“Kwangmin..”
Youngmin menoleh kearahku. Kuas yang sedang menari-nari kini berhenti. Youngmin menyeka air mata yang mengalir di pipiku.
“Mianhaeyo...” hanya itu yang dia katakan.
“Aku merindukanmu Kwangmin. Aku tak bisa melupakanmu.” Tangisku makin menjadi.
Youngmin mendekap tubuhku dengan erat. Ia ikut meneteskan air matanya. Pipinya kini basah.
“Kita sama-sama kehilangan satu orang yang sama Hyeonji. Kehilangan orang yang sama-sama kita sayangi. Dan bagaimana mungkin aku pun bisa melupakannya. Aku juga sangat merindukannya.”
“Tapi semua ini karna kau Youngmin. Karena kau Kwangmin meninggal.” Aku melepaskan dekapannya dengan kasar, dan kembali menyalahkannya. “Kau jahat Youngmin.. Aku tak mau mengenalmu lagi..”
Youngmin tidak berbuat apa-apa. Ia hanya menatap kepergianku.
Ternyata Youngmin mengikutiku hingga ke rumah. Saat ini sedang turun hujan. Aku membiarkannya kehujanan diluar rumah tanpa menyuruhnya masuk kedalam. Aku tak peduli dengannya lagi.
“Aku akan tetap berada disini sampai kau mau memaafkan aku Hyeonji-ya..”
“Aku tak peduli Youngmin!!”
Satu setengah jam berlalu. Hujan turun sangat deras. Aku yakin Youngmin pasti sudah beranjak pergi dan pulang kerumahnya. Aku beranjak dari tempat tidur, memastikan jika Youngmin sudah pulang. Kubuka tirai jendela di ruang tamu, dan mataku terbelalak saat melihat Youngmin masih tetap berada disana.
“Youngmin-ah, apa kau sudah gila? Cepat pulang!!” wajah Youngmin makin memucat
“Aku sudah bilang padamu jika aku tidak akan pergi bila kau belum memaafkanku.”
“Tapi tidak begini caranya. Kau jangan menyakiti dirimu sendiri Youngmin!”
Mata Youngmin terihat sayu, tatapannya tak lagi terfokus. Aku merasakan jika Youngmin merasa sangat kedinginan. Seketika badannya rapuh. Aku menghampiri Youngmin dan segera menangkap tubuhnya.
“Eomma, bagaimana dengan keadaan Youngmin?” tanyaku iba
“Demamnya sudah turun Hyeonji." Eomma memegang kening Youngmin
“Lagi pula untuk apa dia nekat hujan-hujanan seperti itu.”
“Hyeonji.. Kau tak boleh berbicara seperti itu.” Appa angkat bicara
“Dia kan sudah menyebabkan Kwangmin me...”
"Hyeonji sudah! Itu semua sudah berlalu. Kau tak perlu mengungkit-ungkitnya lagi. Lagi pula Youngmin tidak bersalah, dia juga korban pada saat kecelakaan itu Hyeonji.”
“Kalau saja Youngmin mendengarkan perkataan Kwangmin pada saat itu, tidak akan seperti ini jadinya!!”
Youngmin dengan perlahan membuka matanya. Pandangannya menyapu keseleruhan ruangan. Tangannya memegangi kepalanya yang agak pusing.
“Mianhaeyo Hyeonji-ya.. Aku mohon maafkan aku..”
Dalam hati kecilku, aku tak sanggup melihat keadaan Youngmin. Akhir-akhir ini keadaan fisiknya sedang menurun. Apalagi ditambah kehujanan seperti tadi. Aku merasa sangat bersalah dengannya.
“Baiklah jika kau belum bisa memaafkanku. Kalau begitu, aku pulang dulu..”
Aku menatap kepergiannya tanpa mengatakan apapun.
***
Aku berjalan mengitari lorong sekolah. Tapi ada langkah kaki lain yang mengikutiku dari belakang. Aku menghentikan langkahku sejenak. Dan langkah kaki itu ikut berhenti. Kutarik nafas panjang lalu membuangnya.
"Kenapa kau mengikutiku Jo Youngmin?" Tanyaku tanpa menoleh
"Aku hanya ingin memastikan kau pulang dengan selamat."
"Youngmin-ah.. Sampai kapan kau selalu berada didekatku terus!? Aku ini sudah besar.. Kau tidak perlu menjagaku!!"
Youngmin tidak berkutik tapi tangannya menyentuh dan memggenggam tanganku dengan erat.
"Ikut aku..."
"Lepas..."
TBC~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar