Senin, 21 Desember 2015

[FF] Obsession part 2


Title: Obsession part 2 (ending)
Author: Han Rae hwa

“Ha Soo, ireona! Kau tidak akan pergi meninggalkanku, kan!? Ha Soo!” Tak ada jawaban. Yang terdengar hanyalah suara tangis yang tersedu oleh Ahjumma, Ahjussi, dan juga Hyunseong hyung. Kedua perawat dan dokter itu hanya berdiri mematung memandangku.
Kugoyang-goyangkan tubuh Ha Soo yang sudah dingin, karena suhu di ruangan ini pun cukup dingin karena pengaruh AC. Tidak. Tidak karena itu. Melainkan Ha Soo kini sudah meninggal dan menjadi mayat. Selang oksigen yang tadinya terpasang di hidung Ha Soo kini sudah di lepas. Infusan di tangan kiri Ha Soo pun sudah dilepas dan menyisakan bekas di tangannya. Aku terus mendekapnya dengan erat, tak mau kulepaskan. Mereka pun membiarkan aku mendekap Ha Soo untuk yang terakhir kalinya sebelum aku benar-benar tak dapat lagi melakukan hal ini padanya, nanti.
“Mianhae..” namun seorang perawat menarik tubuhku dengan paksa dari belakang. Tapi aku menepis tangannya agar aku dapat memeluk Ha Soo lagi. Kutatap wajah Ha Soo yang kini mulai basah akibat air mataku yang membanjiri wajahnya.
Perawat itu menyentuh pundakku lagi. Dengan cepat aku menoleh ke arahnya, “Tak bisakah kau memberiku sedikit saja waktu untuk aku memeluknya, eoh? Apa kau akan bisa membuatku untuk memeluknya lagi setelah ini? Tidak kan?!” Bentakku pada perawat itu sambil terus menangis. Dan perawat itupun langsung tersentak. Ia terdiam dan tidak berani lagi untuk menggangguku.
“Jeongmin-ah..” Panggil Hyunseong dengan lembut. Aku menoleh padanya. Menatapnya seakan bilang padanya untuk memberiku sedikit saja waktu bersama Ha Soo. Ia mengangguk. Aku senang ia mengerti akan maksud dari tatapanku.
“Biarkan saja ia memeluk Ha Soo untuk yang terakhir kalinya,” Ujar Hyunseong hyung pada perawat itu. Dan para perawat itupun mengangguk mengiyakan perkataan Hyunseong.
Aku menang. Kudekap terus tubuh Ha Soo yang masih terasa dingin. Berharap dekapanku dapat menghangatkan tubuhnya.

Tubuhku lemas. Aku tidak mampu mendekap Ha Soo lebih lama lagi. Kulepaskan kedua tanganku dari tubuh Ha Soo dan berjalan mundur beberapa langkah. Perawat itu menghampiri Ha Soo dan menutupinya dengan selimut, setelah membersihkan wajah Ha Soo yang basah dengan tisu.
“Kami akan membiarkan Ha Soo berada disini terlebih dahulu. Nanti kami akan kembali untuk memindahkannya ke ruang mayat.”

Aku terjatuh duduk dengan kedua lutut yang menahan di lantai. Kutatap dengan nanar sosok Ha Soo yang kini tak terlihat karena tertutup oleh selimut. Aku tak mampu mengucapkan selamat tinggal padanya. Kami pernah berjanji akan menjadi sahabat sehidup semati. Walaupun persahabatan kami baru berjalan selama beberapa tahun. Tapi kami saling memiliki satu sama lain, hingga kami dapat mengucapkan janji itu. Lagi pula aku belum sempat menyatakan perasaanku yang sebenarnya pada Ha Soo. Dan sekarang ia sudah pergi. Tak ada lagi yang dapat kukatakan padanya. Percuma, jika aku mengatakannya sekarang. Karena aku tau, ia tak akan dapat mendengar suaraku. Indera pendengarannya tak berfungsi lagi, begitu pun dengan indera dan organ tubuh yang lainnya. Ia benar-benar sudah tak bernyawa.
Kami semua keluar dari ruangan. Meskipun langkahku sangat berat untuk melangkah menjauh dari Ha Soo. Aku berdiri mematung sambil menyender ke dinding di depan ruangan. Orang tua Ha Soo pergi untuk mengurus administrasi selama Ha Soo dirawat di Rumah Sakit. Sementara Hyunseong hyung duduk di kursi yang ada di sampingku. Aku bisa merasakan kalau ia sedang memandangku.
“Kau baik-baik saja?”
Aku mengangguk pelan. Pandanganku lurus ke lantai yang berwarna putih mengkilap.
“Aku ingin ke toilet dulu sebentar. Tak apa kan, kutinggalkan kau sendiri disini?”
Aku kembali mengangguk. Pandanganku beralih ke arah Hyunseong yang berjalan semakin menjauh.
Jeongmin POV end

Author POV
Hyunseong kembali dari toilet dan tidak mendapati Jeongmin di tempat sebelumnya ia berada. Ia berjalan agak menjauh dari sana untuk mencari Jeongmin. Tapi usaha kecilnya itu tak membuahkan hasil. Ia kembali terduduk. Tak beberapa lama, empat perawat yang mengenakan seragam serba berwarna biru dengan wajah yang tertutupi oleh masker datang menghampiri Ha Soo dengan membawa sebuah bangsal kosong.
“Permisi. Kami akan memindahkan pasien yang bernama Ha Soo ke ruang mayat.”
“Ah, ne. Silahkan.”
Ke empat orang itu masuk ke dalam. Hyunseong hendak masuk, tapi ia mengurungkan niatnya dan tetap berada di tempatnya. Empat perawat itu segera memindahkan Ha Soo ke bangsal yang mereka bawa dan membawanya keluar ruangan. Hyunseong sempat menahannya sebentar.
“Tunggu sebentar.. Aku ingin melihat yeo-dongsaengku untuk yang terakhir kalinya.”
Salah satu di antara empat orang itu mengangguk.
Hyunseong membuka sedikit selimut yang menutupi tubuh Ha Soo, hingga wajah yeo-dongsaengnya dapat terlihat. Ia tersenyum getir saat menatap wajah Ha Soo yang pucat pasi.
“Selamat jalan Ha Soo… Semoga kau bisa tenang di alam sana. Aku akan selalu merindukanmu. Saranghae…” ujarnya lirih.
“Baiklah, kami akan segera membawanya.”
Hyungseong mengangguk lalu memandang keempat perawat yang membawa Ha Soo itu pergi hingga tak terlihat lagi.

Ke empat perawat itu membawa Ha Soo ke halaman belakang Rumah Sakit. Sebuah mobil berwarna merah terparkir tepat berada di samping mereka. Ha Soo yang terbaring kaku di atas bangsal, mereka masukan kedalam mobil dengan hati-hati. Setelah selesai, mereka menyapu pandangan ke sekitar, berharap tak ada satu orang pun yang melihat. Salah seorang membuka maskernya diikuti ketiganya.
“Terimakasih banyak atas kerja sama kalian,” ujar salah seorang yang terlebih dahulu membuka masker dari wajahnya. Ia mengeluarkan sebuah amplop dari dalam mobil dan memberikannya kepada tiga rekannya itu.
“Ini untuk kalian. Senang bisa bertemu dengan kalian,” ia tersenyum licik.
“Kami juga senang bisa bekerja sama denganmu. Terimakasih banyak,” ketiganya pergi meninggalkan satu rekannya itu dengan puas.
Sementara seseorang pemilik mobil merah itu membuka jas birunya dan membuang bersama maskernya ke dalam tempat sampah tak jauh darinya. Ia bergegas masuk kedalam mobil dan membawanya pergi dan menjauh dari Rumah Sakit.

Hyunseong masih terduduk di tempat yang sama. Orang tuanya datang menghampiri diikuti seorang dokter dan kedua perawat.
“Kalian kenapa kembali lagi? Apa ada yang terlupa? Atau ada yang tertinggal dikamar Ha Soo?” Tanya Hyunseong pada dokter dan perawat itu, penasaran.
“Maaf, apa yang kau maksud? Aku sama sekali tidak mengerti.”
Hyunseong berdiri, “Tadi kan kalian sudah datang untuk membawa Ha Soo, memindahkannya ke kamar mayat.”
Dokter dan dua perawat itu saling berpandangan, “Mworago? Kami baru kesini lagi sejak kami keluar dari ruangan Ha Soo setelah memeriksa keadaannya,” ujar dokter.
“Mwo?” Hyunseong mengernyitkan kening, nampak bingung dengan penjelasan dokter.
“Hyunseong-ah, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya eommanya.
Hyunseong terdiam sejenak lalu berkata, “Tadi ada empat perawat yang datang kesini. Mereka menggunakan seragam berwarna biru dengan masker yang menutupi hampir sebagian wajah mereka. kKeempat perawat itu meminta izin padaku untuk memindahkan Ha Soo. Lalu tak lama mereka membawa Ha Soo pergi.”
“Kami sama sekali tidak menyuruh siapapun untuk memindahkan Ha Soo. Karena kami sendiri yang akan melakukannya.”
“Jadi, ada yang membawa pergi putriku?” lirih eomma Ha Soo seraya memandang Hyunseong, dokter dan kedua perawat itu secara bergantian. Lalu mereka semua saling berpandangan. Di samping itu, Hyunseong pun merasa sangat bersalah karena telah mempercayai keempat perawat palsu yang telah membawa jasad yeo-dongsaengnya itu. Dalam hatinya, ia bertanya pada dirinya sendiri, ‘Siapa yang tega membawa jasad yeo-dongsaengku itu? Untuk apa? Apa yang akan mereka perbuat pada Ha Soo?’

Disebuah rumah…
Seorang namja mengelus pipi seorang yeoja yang ada di sisinya, di atas tempat tidur. Yeoja itu terbaring kaku masih memakai pakaian sebuah rumah sakit.
“Ha Soo-ya… Neomu mianhae.. Tidak ada lagi yang bisa ku lakukan selain membawamu pergi. Kau tau? Sejak dulu aku ingin memilikimu seutuhnya. Dan sekarang..” Jeongmin mendelik licik ke arah yang lain lalu kembali menatap Ha Soo, “Aku telah memilikimu. Meski hanya jasadmu, setidaknya tidak ada yang dapat memisahkan ragaku dengan ragamu Ha Soo. Karena aku begitu mencintaimu.”
Jeongmin pun mengecup lembut bibir pujaan hatinya itu. Sementara itu, di gelapnya malam, seorang gadis yang terlihat transparan seperti sebuah bayangan yang terselimuti cahaya, berdiri di luar jendela. Ia menangis nanar ke arah Jeongmin dan tubuhnya yang terbujur kaku. Tangisan itu berubah menjadi darah dan dengan sekejap ia menghilang.

“Lihatlah.. Lihatlah.. Aku selalu ada disini. Kau membutuhkanku, kekasihmu!
Aku akan mengeluarkanmu dari sana.. Aku bahkan rela untuk melompati neraka..
Karena aku mencintaimu.
Mengapa kau tidak bisa melihatnya?
Aku tersiksa oleh cinta ini
Lihatlah dirimu! Aku berharap kau semakin mencintaiku!
Aku hanya mengenalmu! Kau mustahil untuk kulupakan!
Apa yang akan kau katakan lagi?
Selamanya, perempuan sepertimu.. Selamanya, perempuan sepertimu!!
Aku akan mencintai perempuan sepertimu! Hanya dirimu!”

The end………………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength