Rabu, 06 Mei 2015

[FF] Love Blossom Part 1






[FF] Love Blossom Part 1

Title: Love Blossom
Author: Han Rae Hwa
Rating: T/?
Genre: Romance, Friendship
Cast:
- Lee Jeongmin
- Shim Hyunseong
- Hye Sang (OC)


Annyeonghaseyo ^^ Rae Hwa comeback lagi.. Ada yang kangen? *Nggaaaaak... > Jawab pembaca dengan serentak. Duuhh >.<
Udah lama -banget- nggak ngeposting ff lagi disini. Aku bawa ff baru yang udah dari jauh-jauh hari dibuatnya. Semoga bisa mengobati rasa rindu kalian hihihi.. *kalo yang nggak rindu gimana? Bodo amat :p
Semoga sukaaaaaaa ^^





“Geudega naye bomijyo.”

        Musim semi telah datang, menebarkan harumnya wewangian bunga yang bermekaran di sudut kota Seoul. Semua orang menikmatinya, termasuk aku dan.. Seseorang yang berada jauh disana.

*

Hye Sang POV
        Aku memandangan kado yang berada di genggamanku sembari tersenyum lebar. Sebuah hadiah yang sudah kupersiapkan jauh-jauh hari untuk seseorang yang selama ini ku kagumi. Mungkin juga ku cintai. Meskipun cinta itu belum termiliki >.<
        Pandanganku menyapu ke setiap sudut ruangan, memastikan bahwa di sekelilingku tidak ada orang. Aku berpikir sejenak, kemudian menutup pintu WC yeoja rapat-rapat agar tidak ada yang menggangguku. Kutatap cermin besar yang ada di hadapanku lalu mencoba berlatih untuk berbicara di depan Jeongmin.
        “Jeongmin-ah.. Ini untukmu.” Ujarku dengan raut wajah manis sambil mengulurkan kedua tangan dengan kado yang ada dalam genggaman. Aku mendesah kemudian mencoba lagi, “Jeongmin-ah.. Maukah kau menjadi pacarku?” Seketika aku terkejut dengan kata-kataku sendiri. “Aigoo.. Berani sekali kau berbicara seperti itu padanya. Ini kan baru pertama kali kau berbicara secara langsung padanya.” Ketusku.
        “Hye Sang.. Walau bagaimanapun kau tidak boleh gugup di depan Jeongmin. Tingkatkan rasa percaya dirimu! Fighting!” Ujarku dengan penuh semangat, kemudian keluar dari WC dan membawa kadonya.

        Dari kejauhan sudah terlihat jelas di mataku, berpuluh-puluh murid yeoja sudah mengerubungi sosok Jeongmin di depan kelasnya. Bersama Hyunseong, sahabat sejatinya. Kedua namja itu terus menerjang kerumunan yeoja agresif yang hendak memberikan kado untuk Jeongmin di hari ulang tahunnya ini. Aku yang sedikit minder akhirnya menyembunyikan kado milikku di balik punggung dan berdiri terdiam memperhatikan mereka semua. Tak berani untuk melangkah mendekati mereka semua. Hingga Jeongmin dan Hyunseong akhirnya bisa keluar dari kerumunan yeoja-yeoja itu. Tak kusangka, kedua mata kami saling bertemu pandang. Bisa kurasakan wajahku sudah mulai merah merona seperti merahnya warna tomat yang sudah matang. Terlebih, yeoja-yeoja itu pun mengalihkan pandangannya padaku. Uuhh, aku malu. Karena tidak sanggup melihat kedua tatapan mata itu, akhirnya aku mengalihkan pandanganku darinya. Tapi Jeongmin berjalan semakin dekat ke arahku. Aigoo, mau apa dia? Uuwhh, jantungku berdegup sangat kencang. Bahkan sepertinya udara disini semakin menipis, membuatku kesulitan bernapas.
        “Ya! Yeoja-chinguku. Kenapa kau berdiri disini?” Ujarnya sembari menepuk pundakku dengan pelan.
        “Heh?” Aku menoleh, memandangnya dengan tatapan bingung. Apa maksudnya memanggilku dengan sebutan ‘yeoja chingu’?
        “Kau pasti menyembunyikan kado untukku di belakang punggungmu, kan!?”
        Dan aku terkejut. Bagaimana dia bisa tahu kalau aku menyembunyikan kado untuknya di balik punggungku? Aigoo..
        Ia menurunkan tangannya yang berada di pundakku kemudian menarik lenganku ke depan. Ia tersenyum begitu manis ke arahku. Aigoo, Tuhan, kuatkan aku untuk melihatnya.
        “Disini terlalu ramai. Ayo kita pergi.” Jeongmin mengambil kado di tanganku kemudian menarik lenganku menjauh dari sini. Sementara Hyunseong dan yeoja-yeoja itu hanya terbelalak memandang kami berdua.
        Setelah kami mulai menjauh dari mereaka, yeoja-yeoja itu justru berteriak histeris. Bisa ku lihat, Hyunseong sampai menutup kedua telinganya karena terganggu oleh pekikkan yeoja-yeoja itu. Diam-diam aku tersenyum kecil sambil terus berjalan mengikuti langkah Jeongmin.

        Jeongmin menghentikan langkahnya di taman sekolah, tepat di bawah pohon Cherry yang bunganya tengah bermekaran pada musimnya. Kini tanganku tak lagi dalam genggamannya. Pandanganku beralih ke pohon Cherry itu. Senyumku merekah. Bunga Cherry mampu mengalihkan perhatianku.
        “Ekhem..” Jeongmin berdeham, membuyarkanku. Aku menoleh ke arahnya dan menyembunyikan senyumku. “Aku hanya ingin menghindar dari mereka. Jadi jangan berperasangka apapun. Ini hadiah darimu kan!? Gomapseumnida.” Ujarnya kemudian membalikkan badan dan berlalu dariku.
        “A…” Aku hendak memanggilnya, tapi akhirnya ku urungkan niatku. “Tidak apa. Setidaknya kau mau menerima hadiah dariku Jeongmin-ah..” Kulebarkan senyumku sembari memandangnya dari sini. Kualihkan pandanganku lagi ke pohon Cherry yang bunganya satu persatu jatuh berguguran. Salah satu bunganya jatuh tepat di telapak tanganku. Aku kembali tersenyum kemudian menggenggam erat bunga Cherry di telapak tanganku dan meninggalkan taman.
Hye Sang POV end

Author POV
      Sore harinya, Jeongmin dan Hyunseong menghabiskan waktu mereka disebuah café. kedua sahabat itu terlibat dalam obrolan yang nampaknya cukup serius.
      “Mwo? Kau gila, eoh!?” Ketus Jeongmin.
      “Gila? Kurasa tidak. Hanya sedikit permainan kecil saja.” Hyunseong menyeruput sedikit cappuccino hangat miliknya, “Bilang saja kau takut dan tak berani. Iya kan!?” Sambungnya lagi sambil menyilangkan kedua tangan lalu menyenderkan punggungnya di senderan kursi.
      Jeongmin menatap Hyunseong penuh arti sambil berpikir. Kemudian ia tersenyum.
      “Baiklah, aku terima tawaranmu.”
      Hyunseong pun ikut tersenyum. Kemudian mereka saling menukar pandang satu sama lain.

*

      Ketua kelas yang sakit membuat Hye Sang selaku wakil ketua kelas harus menggantikan seluruh tugas seorang ketua kelas. Seperti pagi ini. Ia harus membawa satu box susu kotak untuk teman-teman sekelasnya. Sebelum belajar, semua murid akan menikmati segarnya susu kotak yang sudah disediakan oleh sekolah. Tanpa dibantu oleh siapapun, Hye Sang menarik box itu yang sudah terikat oleh tali. Sehingga lebih memudahkan Hye Sang. Tapi tetap saja Hye Sang masih kesulitan.
      Namun, seorang namja yang datang secara tiba-tiba mengejutkannya. Namja itu melepas tali yang di genggamnya, lalu memasukkan tali itu ke dalam box susu yang langsung diangkat olehnya dan membawanya pergi. Hye Sang terbelalak sembari memperhatikan namja itu dari belakang.
      “Ya! Kau mau membawa kemana susu-susu itu?” Teriak Hye Sang di tengah keheningan lorong sekolah. “Hey!” Hye Sang berlari menyusul namja itu masuk kedalam kelasnya. Namun saat hendak masuk, Jeongmin justru berbalik badan dan kembali mengejutkan Hye Sang.
      “Jeo.. Jeongmin-ah..” Gumam Hye Sang dengan terkejut.
      “Kasihan sekali Cherry Blossom sepertimu harus membawa box susu itu sendirian. Tak apa kan, jika aku membantumu?” Jeongmin mengusap kepala Hye Sang sambil tersenyum sangat manis. Membuat jantung Hye Sang berdegup sangat kencang.
      “Ng.. Nde..” Hye Sang dibuat gugup oleh Jeongmin, “Gomapta..” Lalu Hye Sang membungkukkan badannya.
      Jeongmin beranjak meninggalkan Hye Sang yang masih mematung di ambang pintu. Hye Sang pun tersadar lalu ia segera masuk ke dalam kelasnya. Dengan senyum yang terus mengembang di wajah cantiknya.
Author POV end

*

Hye Sang POV
        “Hye Sang..”
        Aku menoleh ke belakang ketika seseorang menyerukan namaku dengan lantang. Senyumku merekah ketika mendapati Hyunseong yang kini tengah berada di hadapanku.
      “Aku lapar. Temani aku makan siang, ya!?” Hyunseong menyelipkan pergelangan tangannya di saku celana, sementara ia berjalan mendahuluiku tanpa sama sekali menunggu jawaban dariku. Aku yang tidak bisa menolak akhirnya menyetujuinya.

      Kami masuk ke dalam sebuah kedai deokkboki disisi jalan, “Ahjumma, aku pesan dua porsi deokbokki special seperti biasa.” Hyunseong duduk disalah satu kursi kosong diikuti olehku.
      “Apa dua porsi ini untuk kau makan sendiri, eoh!?” Tanya Ahjumma penjual deokkboki itu, kemudian ia menoleh ke arahku yang duduk di samping Hyunseong, “Aaa, kau membawa seseorang ruapanya. Cantik sekali. Apa dia pacarmu? Ya! Kau tak pernah mengenalkannya padaku!” Ketusnya.
      Hyunseong tersenyum lebar sambil mengelus kepalanya beberapa kali. “Namanya Hye Sang. Dia temanku.” Ia mengenalkanku pada Ahjumma. Aku hanya tersenyum padanya.
      “Ini deokkboki pesananmu.” Ahjumma menaruh dua porsi deokkboki di meja, “Ya! Seharusnya kau tidak makan deokkboki lagi hari ini.” Omel Ahjumma itu.
      “Ini adalah salah satu alasan agar aku bisa kesini dan membantumu. Bekerjalah.. Aku akan membantumu nanti.” Ujar Hyunseong lalu memakan deokkbokinya setelah Ahjumma itu pergi.

      “Kau sering kesini ya? Sepertinya kau dan Ahjumma itu sangat akrab.”
      “Kalau ada waktu luang sepulang sekolah, aku akan mampir kesini. Tak hanya sekedar makan deokkboki. Melainkan membantunya juga disini. Entah hanya menyapu dan mengepel lantai, atau melayani para pelanggan. Kau tau? Jika aku ada disini, pelanggan kedai Ahjumma sangat ramai dengan murid-murid SMP dan SMA. Mayoritas pelanggan yang datang adalah para yeoja.” Tutur Hyunseong dengan percaya diri.
      “Jinjja?” Aku tertawa kecil.
      “Aaa, kau tidak percaya? Baiklah, aku tidak memaksa.” Hyunseong kembali memakan deokkboki miliknya.
      “Ya! Hyunseong-ah! Cepat bantu aku. Jangan hanya berkencan saja!” Ujar Ahjumma setengah berteriak dari dalam dapur.
      Kami menoleh lalu saling berpandangan dan tertawa kecil. Hyunseong beranjak dari tempat duduknya, mengambil mangkuk deokkboki yang sudah habis lalu membawanya ke dapur. Diikuti olehku dari belakang.
      “Ahjumma, bolehkah aku ikut membantumu?” Ujarku mencoba menawarkan diri.
      “Aku tidak akan menolaknya.” Ahjumma tertawa kecil, “Tolong cucikan piring-piring, gelas, sendok dan yang lainnya ya!? Itu tidak akan merusak kuku-kuku cantikmu kan!?”
      Aku tertawa kecil menimpalinya, “Ahjumma tenang saja. Aku sering mengerjakan pekerjaan rumah.”
      “Aaa, rupanya kau tidak hanya cantik yaa!?”
      Aku hanya bisa tersenyum saat Ahjumma mengatakan itu.
      “Ahjumma.. Apa Hyunseong sering kesini dan membantumu?” Tanyaku penasaran.
      “Ne.. Padahal aku sudah melarangnya untuk datang kesini. Tapi dia tidak mau mendengarkan perkataanku.”
      Hye Sang terkejut, “Heh? Wae?”
      “Kau tau? Dulu kedai deokkboki ini hanyalah warung kaki lima. Lalu Hyunseong mendirikan kedai ini untukku. Dia memang pelanggan setiaku sejak dulu. Tapi aku kesal, karena setiap siang ia hanya makan deokkboki buatanku. Setidaknya dia harus makan nasi. Apalagi ditambah minuman soda. Aku takut hal itu akan mengganggu kesehatannya. Tak hanya itu, ia juga sering membantuku untuk mengurus kedai ini. Padahal aku sudah sangat bahagia ia mau mendirikan kedai ini. Itu sudah lebih dari cukup bagiku. Anak itu memang benar-benar baik.”
      “Kukira semua orang kaya akan bersikap sombong.” Gumamku pelan.
      “Mian, kau bicara apa?”
      “Ah, aniya.” Jawabku sembari menggelengkan kepala.
      “Aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Seandainya ia adalah anakku, aku pasti akan sangat bahagia.”
      “Izinkanlah Hyunseong untuk selalu membantumu Ahjumma. Biarkan ia meringankan pekerjaanmu. Agar kau selalu bisa melihatnya setiap hari.” Ujarku lagi kemudian melebarkan senyumnya pada Ahjumma.
      “Ah, ne. Kau benar Hye Sang.” Ahjumma melebarkan senyumnya.

      Ahjumma melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore. “Hyunseong-ah! Ini sudah jam berapa? Antar Hye Sang pulang!”
      “Aku akan menyelesaikan pekerjanku dulu.”
      “Ya! Apa kau tidak kasihan pada Hye Sang? Ia pasti lelah. Antarlah ia pulang! Kalian bisa datang kesini lagi sesuka hati. Sana pergi! Atau aku akan melarangmu untuk datang ke kedaiku lagi!” Ahjumma mencoba mengancam.
      “Aish jinjja! Baiklah, kami pulang dulu. Sampai jumpa.”
      Ahjumma melambaikan tangan ke arah kami sambil tersenyum, saat kami sudah berada di luar kedainya. Aku membalas lambaian tangan Ahjumma dengan penuh senyuman.

      Aku dan Hyunseong berjalan menjauh dari kedai deokkboki. Bisa kurasakan senyumnya tak kunjung pudar semenjak menginjakkan kaki keluar dari kedai. Namun dering handphone milik Hyunseong membuyarkan kami. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil handphone miliknya. “Yeoboseyo.” Sapa Hyunseong sembari menghentikan langkahnya. “Apa tidak bisa menunggu satu jam lagi?” Tanya nya sambil melirik ke arahku, “Baiklah.” Ia menutup teleponnya lalu memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya.
      “Hye Sang, Sepertinya aku tidak bisa mengantarmu pulang. Appa menyuruhku untuk segera pulang ke rumah. Ada yang penting yang ingin ia bicarakan padaku.”
      “Gwaenchana. Aku bisa pulang sendiri. Jangan khawatir.”
      “Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Hati-hati di jalan. Sampai jumpa.” Hyunseong berlari kecil dan bergegas pergi.
      Kulambaikan tangan ke arah Hyunseong yang sudah menjauh. Aku pun membalikkan badan dan hendak melanjutkan langkahku. Namun seseorang membuatku sedikit terkejut.
      “Jeongmin-ah..”
      “Hye Sang!? Sedang apa kau disini?” Jeongmin memperhatikan seragam sekolah yang masih merekat di tubuhku. “Kau belum pulang?”
      “Aku habis dari kedai deokkboki bersama Hyunseong. Tadinya ia ingin mengantarku pulang. Tapi ternyata ia ada urusan mendesak dan akhirnya tidak bisa mengantarku pulang. Kau sendiri sedang apa disini?”
      “Jinjja? Aish, bisa-bisanya ia menelantarkanmu. Ah, aku hanya jalan-jalan sore. Kalau begitu biar aku yang mengantarmu pulang.”
      “Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri.” Aku melambaikan tangannya beberapa kali di hadapan Jeongmin, bermaksud untuk menolak.
      “Apa barusan kau menolak untuk diantarkan pulang oleh namja setampan diriku, eoh!?” Ujar Jeongmin tak percaya.
      Aku dibuat tertawa olehnya, “Kau ini percaya diri sekali.”
      “Memang benar! Jika aku tidak tampan, kau pasti tidak akan menaruh Cherry Blossom di lokerku setiap hari, kan!?” Jeongmin menaikkan salah satu alisnya.
      Jleb.. Aigoo.. Bagaimana Jeongmin bisa tau kalau sebenarnya akulah yang setiap hari menaruh bunga Cherry Blossom di lokernya? Aish, jinjja! Aku dibuat malu oleh namja tampan ini.
      “Kaja!” Jeongmin merangkul pundakku lalu berjalan beriringan. Aigoo, apakah ini mimpi? Jeongmin mengantarku pulang. Dan tangannya melingkar di pundakku. Tuhan, aku sangat bahagia. Diam-diam aku tersenyum di tengah perjalan.
Hye Sang POV end

Author POV
      “Apa kalian hanya sekedar makan deokkboki di kedai? Bahkan kau pulang saat menjelang malam.” Ujar Jeongmin sembari meneruskan langkahnya.
      “Kau benar-benar ingin tau?” Hye Sang menoleh.
      Jeongmin ikut menoleh, “Ya! Aku tak mengharapkan jawaban itu dari mulutmu!”
      Lagi-lagi ia mampu membuat Hye Sang tertawa. Bahkan tawanya sangat lepas saat melihat tingkah Jeongmin yang sangat lucu menurutnya. Bahkan ia tidak dapat menahan tawanya.
      ‘Bahkan sekalipun kau tidak canggung pada saat bersamaku, Hye Sang.. Tawamu begitu lepas. Membuatku…’ Batin Jeongmin yang diam-diam tersenyum melihat Hye Sang.
      “Kami makan deokkboki lalu membantu Ahjumma pemilik kedai.” Jawab Hye Sang yang berusaha mengontrol tawanya.
      “Membantu si pemilik kedai?” Jeongmin mengerutkan keningnya tak percaya.
      Hye Sang mengangguk.
      “Ternyata Hyunseong sering berkunjung kesana. Tak hanya sekedar makan deokkboki. Tapi juga membantu Ahjumma di kedai. Dan kedai itu adalah pemberian Hyunseong untuk Ahjumma. Dulu kedai itu hanyalah sebuah warung kaki lima. Hyunseong pelanggan setianya warung deokkboki itu. Dan sepertinya mereka saling menyayangi.” Ujar Hye Sang penuh dengan semangat yang menggebu.
      Jeongmin tak menanggapi. Ia justru hanya terpaku setelah mendengar penuturan Hye Sang. Langkahnya berhenti tepat di bawah lampu penerangan jalan.
      “Wae?” Tanya Hye Sang ikut menghentikan langkahnya.
      “Rumahmu sudah dekat. Cepatlah jalan dan masuk ke dalam rumahmu!”
      “Heh?”
      “Palli!” Gerutu Jeongmin.
      Hye Sang tersenyum kecil, “Terimakasih sudah mengantarku pulang.” Hye San sedikit membungkuk, kemudian melanjutkan langkahnya.
      “Hye Sang..” Panggil Jeongmin, membuat Hye Sang langsung menoleh. “Hari minggu aku tunggu di taman pukul 9 pagi. Annyeonghi jumuseyo.”
      Hye Sang menyunggingkan senyumnya, “Annyeonghi jumuseyo.” Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam rumah.
      Diam-diam Jeongmin tersenyum saat Hye Sang hilang dari pandangannya. Ia pun beranjak pergi.

TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength