[FF] Love Blossom Part 1
Title: Love Blossom
Author: Han Rae Hwa
Rating: T/?
Genre: Romance, Friendship
Cast:
- Lee Jeongmin
- Shim Hyunseong
- Hye Sang (OC)
Annyeonghaseyo ^^ Rae Hwa comeback lagi.. Ada yang kangen? *Nggaaaaak... > Jawab pembaca dengan serentak. Duuhh >.<
Udah lama -banget- nggak ngeposting ff lagi disini. Aku bawa ff baru yang udah dari jauh-jauh hari dibuatnya. Semoga bisa mengobati rasa rindu kalian hihihi.. *kalo yang nggak rindu gimana? Bodo amat :p
Semoga sukaaaaaaa ^^
“Geudega
naye bomijyo.”
Musim
semi telah datang, menebarkan harumnya wewangian bunga yang bermekaran di sudut
kota Seoul. Semua orang menikmatinya, termasuk aku dan.. Seseorang yang berada
jauh disana.
*
Hye
Sang POV
Aku
memandangan kado yang berada di genggamanku sembari tersenyum lebar. Sebuah
hadiah yang sudah kupersiapkan jauh-jauh hari untuk seseorang yang selama ini
ku kagumi. Mungkin juga ku cintai. Meskipun cinta itu belum termiliki >.<
Pandanganku
menyapu ke setiap sudut ruangan, memastikan bahwa di sekelilingku tidak ada
orang. Aku berpikir sejenak, kemudian menutup pintu WC yeoja rapat-rapat agar
tidak ada yang menggangguku. Kutatap cermin besar yang ada di hadapanku lalu
mencoba berlatih untuk berbicara di depan Jeongmin.
“Jeongmin-ah..
Ini untukmu.” Ujarku dengan raut wajah manis sambil mengulurkan kedua tangan
dengan kado yang ada dalam genggaman. Aku mendesah kemudian mencoba lagi,
“Jeongmin-ah.. Maukah kau menjadi pacarku?” Seketika aku terkejut dengan
kata-kataku sendiri. “Aigoo.. Berani sekali kau berbicara seperti itu padanya.
Ini kan baru pertama kali kau berbicara secara langsung padanya.” Ketusku.
“Hye
Sang.. Walau bagaimanapun kau tidak boleh gugup di depan Jeongmin. Tingkatkan
rasa percaya dirimu! Fighting!” Ujarku dengan penuh semangat, kemudian keluar
dari WC dan membawa kadonya.
Dari
kejauhan sudah terlihat jelas di mataku, berpuluh-puluh murid yeoja sudah
mengerubungi sosok Jeongmin di depan kelasnya. Bersama Hyunseong, sahabat
sejatinya. Kedua namja itu terus menerjang kerumunan yeoja agresif yang hendak
memberikan kado untuk Jeongmin di hari ulang tahunnya ini. Aku yang sedikit
minder akhirnya menyembunyikan kado milikku di balik punggung dan berdiri
terdiam memperhatikan mereka semua. Tak berani untuk melangkah mendekati mereka
semua. Hingga Jeongmin dan Hyunseong akhirnya bisa keluar dari kerumunan
yeoja-yeoja itu. Tak kusangka, kedua mata kami saling bertemu pandang. Bisa
kurasakan wajahku sudah mulai merah merona seperti merahnya warna tomat yang
sudah matang. Terlebih, yeoja-yeoja itu pun mengalihkan pandangannya padaku.
Uuhh, aku malu. Karena tidak sanggup melihat kedua tatapan mata itu, akhirnya
aku mengalihkan pandanganku darinya. Tapi Jeongmin berjalan semakin dekat ke
arahku. Aigoo, mau apa dia? Uuwhh, jantungku berdegup sangat kencang. Bahkan
sepertinya udara disini semakin menipis, membuatku kesulitan bernapas.
“Ya!
Yeoja-chinguku. Kenapa kau berdiri disini?” Ujarnya sembari menepuk pundakku
dengan pelan.
“Heh?”
Aku menoleh, memandangnya dengan tatapan bingung. Apa maksudnya memanggilku
dengan sebutan ‘yeoja chingu’?
“Kau
pasti menyembunyikan kado untukku di belakang punggungmu, kan!?”
Dan
aku terkejut. Bagaimana dia bisa tahu kalau aku menyembunyikan kado untuknya di
balik punggungku? Aigoo..
Ia
menurunkan tangannya yang berada di pundakku kemudian menarik lenganku ke
depan. Ia tersenyum begitu manis ke arahku. Aigoo, Tuhan, kuatkan aku untuk
melihatnya.
“Disini
terlalu ramai. Ayo kita pergi.” Jeongmin mengambil kado di tanganku kemudian menarik
lenganku menjauh dari sini. Sementara Hyunseong dan yeoja-yeoja itu hanya
terbelalak memandang kami berdua.
Setelah
kami mulai menjauh dari mereaka, yeoja-yeoja itu justru berteriak histeris.
Bisa ku lihat, Hyunseong sampai menutup kedua telinganya karena terganggu oleh
pekikkan yeoja-yeoja itu. Diam-diam aku tersenyum kecil sambil terus berjalan
mengikuti langkah Jeongmin.
Jeongmin
menghentikan langkahnya di taman sekolah, tepat di bawah pohon Cherry yang
bunganya tengah bermekaran pada musimnya. Kini tanganku tak lagi dalam
genggamannya. Pandanganku beralih ke pohon Cherry itu. Senyumku merekah. Bunga
Cherry mampu mengalihkan perhatianku.
“Ekhem..”
Jeongmin berdeham, membuyarkanku. Aku menoleh ke arahnya dan menyembunyikan
senyumku. “Aku hanya ingin menghindar dari mereka. Jadi jangan berperasangka
apapun. Ini hadiah darimu kan!? Gomapseumnida.” Ujarnya kemudian membalikkan
badan dan berlalu dariku.
“A…”
Aku hendak memanggilnya, tapi akhirnya ku urungkan niatku. “Tidak apa.
Setidaknya kau mau menerima hadiah dariku Jeongmin-ah..” Kulebarkan senyumku
sembari memandangnya dari sini. Kualihkan pandanganku lagi ke pohon Cherry yang
bunganya satu persatu jatuh berguguran. Salah satu bunganya jatuh tepat di
telapak tanganku. Aku kembali tersenyum kemudian menggenggam erat bunga Cherry
di telapak tanganku dan meninggalkan taman.
Hye
Sang POV end
Author
POV
Sore
harinya, Jeongmin dan Hyunseong menghabiskan waktu mereka disebuah café. kedua
sahabat itu terlibat dalam obrolan yang nampaknya cukup serius.
“Mwo?
Kau gila, eoh!?” Ketus Jeongmin.
“Gila?
Kurasa tidak. Hanya sedikit permainan kecil saja.” Hyunseong menyeruput sedikit
cappuccino hangat miliknya, “Bilang saja kau takut dan tak berani. Iya kan!?”
Sambungnya lagi sambil menyilangkan kedua tangan lalu menyenderkan punggungnya
di senderan kursi.
Jeongmin
menatap Hyunseong penuh arti sambil berpikir. Kemudian ia tersenyum.
“Baiklah,
aku terima tawaranmu.”
Hyunseong
pun ikut tersenyum. Kemudian mereka saling menukar pandang satu sama lain.
*
Ketua
kelas yang sakit membuat Hye Sang selaku wakil ketua kelas harus menggantikan
seluruh tugas seorang ketua kelas. Seperti pagi ini. Ia harus membawa satu box
susu kotak untuk teman-teman sekelasnya. Sebelum belajar, semua murid akan
menikmati segarnya susu kotak yang sudah disediakan oleh sekolah. Tanpa dibantu
oleh siapapun, Hye Sang menarik box itu yang sudah terikat oleh tali. Sehingga
lebih memudahkan Hye Sang. Tapi tetap saja Hye Sang masih kesulitan.
Namun,
seorang namja yang datang secara tiba-tiba mengejutkannya. Namja itu melepas
tali yang di genggamnya, lalu memasukkan tali itu ke dalam box susu yang
langsung diangkat olehnya dan membawanya pergi. Hye Sang terbelalak sembari
memperhatikan namja itu dari belakang.
“Ya!
Kau mau membawa kemana susu-susu itu?” Teriak Hye Sang di tengah keheningan
lorong sekolah. “Hey!” Hye Sang berlari menyusul namja itu masuk kedalam
kelasnya. Namun saat hendak masuk, Jeongmin justru berbalik badan dan kembali
mengejutkan Hye Sang.
“Jeo..
Jeongmin-ah..” Gumam Hye Sang dengan terkejut.
“Kasihan
sekali Cherry Blossom sepertimu harus membawa box susu itu sendirian. Tak apa
kan, jika aku membantumu?” Jeongmin mengusap kepala Hye Sang sambil tersenyum
sangat manis. Membuat jantung Hye Sang berdegup sangat kencang.
“Ng..
Nde..” Hye Sang dibuat gugup oleh Jeongmin, “Gomapta..” Lalu Hye Sang
membungkukkan badannya.
Jeongmin
beranjak meninggalkan Hye Sang yang masih mematung di ambang pintu. Hye Sang
pun tersadar lalu ia segera masuk ke dalam kelasnya. Dengan senyum yang terus
mengembang di wajah cantiknya.
Author POV end
*
Hye
Sang POV
“Hye
Sang..”
Aku
menoleh ke belakang ketika seseorang menyerukan namaku dengan lantang. Senyumku
merekah ketika mendapati Hyunseong yang kini tengah berada di hadapanku.
“Aku
lapar. Temani aku makan siang, ya!?” Hyunseong menyelipkan pergelangan
tangannya di saku celana, sementara ia berjalan mendahuluiku tanpa sama sekali
menunggu jawaban dariku. Aku yang tidak bisa menolak akhirnya menyetujuinya.
Kami
masuk ke dalam sebuah kedai deokkboki disisi jalan, “Ahjumma, aku pesan dua
porsi deokbokki special seperti biasa.” Hyunseong duduk disalah satu kursi
kosong diikuti olehku.
“Apa
dua porsi ini untuk kau makan sendiri, eoh!?” Tanya Ahjumma penjual deokkboki
itu, kemudian ia menoleh ke arahku yang duduk di samping Hyunseong, “Aaa, kau
membawa seseorang ruapanya. Cantik sekali. Apa dia pacarmu? Ya! Kau tak pernah
mengenalkannya padaku!” Ketusnya.
Hyunseong
tersenyum lebar sambil mengelus kepalanya beberapa kali. “Namanya Hye Sang. Dia
temanku.” Ia mengenalkanku pada Ahjumma. Aku hanya tersenyum padanya.
“Ini
deokkboki pesananmu.” Ahjumma menaruh dua porsi deokkboki di meja, “Ya!
Seharusnya kau tidak makan deokkboki lagi hari ini.” Omel Ahjumma itu.
“Ini
adalah salah satu alasan agar aku bisa kesini dan membantumu. Bekerjalah.. Aku
akan membantumu nanti.” Ujar Hyunseong lalu memakan deokkbokinya setelah
Ahjumma itu pergi.
“Kau
sering kesini ya? Sepertinya kau dan Ahjumma itu sangat akrab.”
“Kalau
ada waktu luang sepulang sekolah, aku akan mampir kesini. Tak hanya sekedar
makan deokkboki. Melainkan membantunya juga disini. Entah hanya menyapu dan
mengepel lantai, atau melayani para pelanggan. Kau tau? Jika aku ada disini,
pelanggan kedai Ahjumma sangat ramai dengan murid-murid SMP dan SMA. Mayoritas
pelanggan yang datang adalah para yeoja.” Tutur Hyunseong dengan percaya diri.
“Jinjja?”
Aku tertawa kecil.
“Aaa,
kau tidak percaya? Baiklah, aku tidak memaksa.” Hyunseong kembali memakan
deokkboki miliknya.
“Ya!
Hyunseong-ah! Cepat bantu aku. Jangan hanya berkencan saja!” Ujar Ahjumma
setengah berteriak dari dalam dapur.
Kami
menoleh lalu saling berpandangan dan tertawa kecil. Hyunseong beranjak dari
tempat duduknya, mengambil mangkuk deokkboki yang sudah habis lalu membawanya
ke dapur. Diikuti olehku dari belakang.
“Ahjumma,
bolehkah aku ikut membantumu?” Ujarku mencoba menawarkan diri.
“Aku
tidak akan menolaknya.” Ahjumma tertawa kecil, “Tolong cucikan piring-piring,
gelas, sendok dan yang lainnya ya!? Itu tidak akan merusak kuku-kuku cantikmu
kan!?”
Aku
tertawa kecil menimpalinya, “Ahjumma tenang saja. Aku sering mengerjakan
pekerjaan rumah.”
“Aaa,
rupanya kau tidak hanya cantik yaa!?”
Aku
hanya bisa tersenyum saat Ahjumma mengatakan itu.
“Ahjumma..
Apa Hyunseong sering kesini dan membantumu?” Tanyaku penasaran.
“Ne..
Padahal aku sudah melarangnya untuk datang kesini. Tapi dia tidak mau
mendengarkan perkataanku.”
Hye
Sang terkejut, “Heh? Wae?”
“Kau
tau? Dulu kedai deokkboki ini hanyalah warung kaki lima. Lalu Hyunseong mendirikan
kedai ini untukku. Dia memang pelanggan setiaku sejak dulu. Tapi aku kesal,
karena setiap siang ia hanya makan deokkboki buatanku. Setidaknya dia harus
makan nasi. Apalagi ditambah minuman soda. Aku takut hal itu akan mengganggu
kesehatannya. Tak hanya itu, ia juga sering membantuku untuk mengurus kedai
ini. Padahal aku sudah sangat bahagia ia mau mendirikan kedai ini. Itu sudah
lebih dari cukup bagiku. Anak itu memang benar-benar baik.”
“Kukira
semua orang kaya akan bersikap sombong.” Gumamku pelan.
“Mian,
kau bicara apa?”
“Ah,
aniya.” Jawabku sembari menggelengkan kepala.
“Aku
sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Seandainya ia adalah anakku, aku
pasti akan sangat bahagia.”
“Izinkanlah
Hyunseong untuk selalu membantumu Ahjumma. Biarkan ia meringankan pekerjaanmu.
Agar kau selalu bisa melihatnya setiap hari.” Ujarku lagi kemudian melebarkan
senyumnya pada Ahjumma.
“Ah,
ne. Kau benar Hye Sang.” Ahjumma melebarkan senyumnya.
Ahjumma
melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore.
“Hyunseong-ah! Ini sudah jam berapa? Antar Hye Sang pulang!”
“Aku
akan menyelesaikan pekerjanku dulu.”
“Ya!
Apa kau tidak kasihan pada Hye Sang? Ia pasti lelah. Antarlah ia pulang! Kalian
bisa datang kesini lagi sesuka hati. Sana pergi! Atau aku akan melarangmu untuk
datang ke kedaiku lagi!” Ahjumma mencoba mengancam.
“Aish
jinjja! Baiklah, kami pulang dulu. Sampai jumpa.”
Ahjumma
melambaikan tangan ke arah kami sambil tersenyum, saat kami sudah berada di
luar kedainya. Aku membalas lambaian tangan Ahjumma dengan penuh senyuman.
Aku
dan Hyunseong berjalan menjauh dari kedai deokkboki. Bisa kurasakan senyumnya
tak kunjung pudar semenjak menginjakkan kaki keluar dari kedai. Namun dering
handphone milik Hyunseong membuyarkan kami. Ia merogoh saku celananya untuk
mengambil handphone miliknya. “Yeoboseyo.” Sapa Hyunseong sembari menghentikan
langkahnya. “Apa tidak bisa menunggu satu jam lagi?” Tanya nya sambil melirik
ke arahku, “Baiklah.” Ia menutup teleponnya lalu memasukkan handphonenya ke
dalam saku celananya.
“Hye
Sang, Sepertinya aku tidak bisa mengantarmu pulang. Appa menyuruhku untuk
segera pulang ke rumah. Ada yang penting yang ingin ia bicarakan padaku.”
“Gwaenchana.
Aku bisa pulang sendiri. Jangan khawatir.”
“Baiklah,
kalau begitu aku pergi dulu. Hati-hati di jalan. Sampai jumpa.” Hyunseong
berlari kecil dan bergegas pergi.
Kulambaikan
tangan ke arah Hyunseong yang sudah menjauh. Aku pun membalikkan badan dan
hendak melanjutkan langkahku. Namun seseorang membuatku sedikit terkejut.
“Jeongmin-ah..”
“Hye
Sang!? Sedang apa kau disini?” Jeongmin memperhatikan seragam sekolah yang
masih merekat di tubuhku. “Kau belum pulang?”
“Aku
habis dari kedai deokkboki bersama Hyunseong. Tadinya ia ingin mengantarku
pulang. Tapi ternyata ia ada urusan mendesak dan akhirnya tidak bisa
mengantarku pulang. Kau sendiri sedang apa disini?”
“Jinjja?
Aish, bisa-bisanya ia menelantarkanmu. Ah, aku hanya jalan-jalan sore. Kalau
begitu biar aku yang mengantarmu pulang.”
“Tidak
usah. Aku bisa pulang sendiri.” Aku melambaikan tangannya beberapa kali di
hadapan Jeongmin, bermaksud untuk menolak.
“Apa
barusan kau menolak untuk diantarkan pulang oleh namja setampan diriku, eoh!?”
Ujar Jeongmin tak percaya.
Aku
dibuat tertawa olehnya, “Kau ini percaya diri sekali.”
“Memang
benar! Jika aku tidak tampan, kau pasti tidak akan menaruh Cherry Blossom di
lokerku setiap hari, kan!?” Jeongmin menaikkan salah satu alisnya.
Jleb..
Aigoo.. Bagaimana Jeongmin bisa tau kalau sebenarnya akulah yang setiap hari
menaruh bunga Cherry Blossom di lokernya? Aish, jinjja! Aku dibuat malu oleh
namja tampan ini.
“Kaja!”
Jeongmin merangkul pundakku lalu berjalan beriringan. Aigoo, apakah ini mimpi?
Jeongmin mengantarku pulang. Dan tangannya melingkar di pundakku. Tuhan, aku
sangat bahagia. Diam-diam aku tersenyum di tengah perjalan.
Hye Sang POV end
Author POV
“Apa
kalian hanya sekedar makan deokkboki di kedai? Bahkan kau pulang saat menjelang
malam.” Ujar Jeongmin sembari meneruskan langkahnya.
“Kau
benar-benar ingin tau?” Hye Sang menoleh.
Jeongmin
ikut menoleh, “Ya! Aku tak mengharapkan jawaban itu dari mulutmu!”
Lagi-lagi
ia mampu membuat Hye Sang tertawa. Bahkan tawanya sangat lepas saat melihat
tingkah Jeongmin yang sangat lucu menurutnya. Bahkan ia tidak dapat menahan
tawanya.
‘Bahkan sekalipun kau tidak canggung pada
saat bersamaku, Hye Sang.. Tawamu begitu lepas. Membuatku…’ Batin Jeongmin
yang diam-diam tersenyum melihat Hye Sang.
“Kami
makan deokkboki lalu membantu Ahjumma pemilik kedai.” Jawab Hye Sang yang
berusaha mengontrol tawanya.
“Membantu
si pemilik kedai?” Jeongmin mengerutkan keningnya tak percaya.
Hye
Sang mengangguk.
“Ternyata
Hyunseong sering berkunjung kesana. Tak hanya sekedar makan deokkboki. Tapi
juga membantu Ahjumma di kedai. Dan kedai itu adalah pemberian Hyunseong untuk
Ahjumma. Dulu kedai itu hanyalah sebuah warung kaki lima. Hyunseong pelanggan
setianya warung deokkboki itu. Dan sepertinya mereka saling menyayangi.” Ujar
Hye Sang penuh dengan semangat yang menggebu.
Jeongmin
tak menanggapi. Ia justru hanya terpaku setelah mendengar penuturan Hye Sang. Langkahnya
berhenti tepat di bawah lampu penerangan jalan.
“Wae?”
Tanya Hye Sang ikut menghentikan langkahnya.
“Rumahmu
sudah dekat. Cepatlah jalan dan masuk ke dalam rumahmu!”
“Heh?”
“Palli!”
Gerutu Jeongmin.
Hye
Sang tersenyum kecil, “Terimakasih sudah mengantarku pulang.” Hye San sedikit
membungkuk, kemudian melanjutkan langkahnya.
“Hye
Sang..” Panggil Jeongmin, membuat Hye Sang langsung menoleh. “Hari minggu aku
tunggu di taman pukul 9 pagi. Annyeonghi jumuseyo.”
Hye
Sang menyunggingkan senyumnya, “Annyeonghi jumuseyo.” Lalu ia kembali melanjutkan
langkahnya dan masuk ke dalam rumah.
Diam-diam
Jeongmin tersenyum saat Hye Sang hilang dari pandangannya. Ia pun beranjak
pergi.
TBC~

Tidak ada komentar:
Posting Komentar