Kamis, 07 Mei 2015

[FF] Love Blossom part 2

[FF] Love Blossom part 2



      Karena merasa bersalah, Hyunseong akhirnya mengajak Hye Sang untuk menikmati indahnya pemandangan kota Seoul pada malam hari di atap apartemen milik orang tuanya. Hye Sang begitu antusias.
      “Aku tidak tau tempat bagus mana lagi selain ini. Sebuah atap dari apartemen milik orang tuaku, yang bebas kudatangi kapan saja. Aku selalu menghabiskan waktu disini jika aku merasa bosan. Disinilah tempatku membagi cerita pada bintang-bintang di langit. Aku juga bisa melihat pemandangan bagus kota Seoul pada malam hari dari atas sini. Dan kau, orang pertama yang ku ajak kesini.”
      Hye Sang sontak langsung menoleh ke arah Hyunseong yang sedang memandang indahnya pemandangan kota Seoul dengan senyumnya yang merekah.
      “Apa kau menyukainya?” Hyunseong menoleh.
      Hye Sang mengangguk cepat. “Gomapta..” Pandangannya beralih ke depan sambil terus menyunggingkan senyum. “Terkadang seseorang sepertinya memiliki tempat persembunyian ya!?”
      Hyunseong tertawa kecil, “Mungkin seperti itu. Tepatnya sebuah tempat yang membuatnya bisa merasa nyaman dan jauh dari keramaian. Begitu kan maksudmu!?” Ujar Hyunseong membetulkan perkataan Hye Sang.
      Hye Sang kembali mengangguk sambil senyum tersipu malu.

      Yeoja bertubuh mungil itu memeluk dirinya sendiri karena udara malam yang kian menusuk ke tulang rusuknya. Hyunseong yang menyadari hal itu langsung melepas sweater miliknya lalu memakaikannya ke tubuh Hye Sang.
      “Mianhae.. Sebaiknya kita pulang. Udara malam tidak baik untuk kesehatan yeoja cantik sepertimu.”
      “Juga tidak baik untuk kesehatanmu.” Hye Sang menimpali lalu tersenyum.
      Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

*

      Esoknya, Hye Sang menepati janjinya pada Jeongmin. Tentunya ia tidak akan menolak ajakan dari namja yang ia sukai itu. Ia memakai sebuah dress santai yang panjangnya selutut dengan warna kuning muda. Di bagian dadanya ada renda berwarna putih yang mempercantik dress itu. Hye Sang menyisir rambutnya lalu memakaikan bandana di kepalanya. Kemudian ia memoleskan lipgloss berwarna merah muda yang terdapat sedikit glitter pada bibirnya.
      “Huuhh, aku sangat deg-degan. Apa pakaian ini pantas untuk bertemu dengannya? Semoga saja ia tidak mengajakku ke tempat yang aneh-aneh. Heh? Tunggu sebentar.. Saat Hyunseong mengajakku pergi, aku tidak sebegitu khawatirnya mengenai penampilanku. Apapun yang kurasa nyaman, aku pakai untuk bertemu dengannya. Tapi kenapa sekarang sangat berbeda ya? Atau mungkin karena Jeongmin adalah namja yang kusuka? Huaahh, semoga tidak terjadi hal-hal yang memalukan!” Ujarnya pada bayangannya di cermin kamarnya. Kemudian ia menghela napas panjang, lalu mengambil tas selempang kecilnya di tempat tidur dan bergegas pergi. Ia tidak ingin Jeongmin menunggunya lama.

      Jantungnya berdegup sangat kencang. Jauh didalam hatinya, ia merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Inilah yang sudah lama ia tunggu. Menunggu Jeongmin untuk melirik ke arahnya. Walaupun pada akhirnya mereka akan hanya sebagai teman, setidaknya Hye Sang bisa dekat dengan Jeongmin. Itulah yang selalu Hye Sang harapkan.
      Ia merapikan rambutnya lalu menghampiri Jeongmin yang berdiri membelakanginya dengan sebuah sepeda disisi kirinya.
      “Jeongmin-ah..”
      Jeongmin menoleh sambil tersenyum. Kemudian ia langsung menaiki sepedanya, “Kaja!”
      “Heh!? M-mau kemana?” Hye Sang mengerutkan keningnya.
      “Ayo cepat naik!”
      Dengan gugup, Hye Sang menaiki sepeda itu. Ia duduk di bagian belakang dengan duduk menyamping.
      “Pegangan!” Ujar Jeongmin sebelum ia mengayuh sepedanya dengan agak kencang.
      Hye Sang memejamkan kedua matanya sejenak, kemudian ia membuka matanya. Menikmati sejuknya udara di taman. Tepatnya menikmati kebersamaannya bersama Jeongmin. Ia terus menyunggingkan senyumnya sembari mengeratkan pegangannya di pinggang Jeongmin. Jeongmin yang tengah mengayuh sepedanya, menatap lengan Hye Sang yang melingkar di pinggangnya. Ia tersenyum kecil lalu mengalihkan pandangannya ke depan. Berusaha fokus mengayuh sepedanya. Agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Jauh dilubuk hatinya, ia tidak ingin yeoja yang diboncenginya terluka. Sedikitpun ia tidak mau.
      ‘Untung saja pakaian yang kupakai cocok dengan situasinya. Jeongmin pun hanya memakai celana jeans yang pendeknya selutut dengan kaos dan kemeja yang dibiarkan tidak terkancing satu pun. Aigoo, namja ini bahkan terlihat tambah tampan.’ Batin Hye Sang.

      Sampai di sisi danau, Jeongmin menghentikan kayuhan sepedanya. Mereka turun dari sepeda dan menuntun sepeda itu sambil menikmati pemandangan indah di sekitar taman.
      “Aku tidak pernah membawa yeoja manapun ke tempat ini. Bagiku tempat ini adalah tempat ternyaman yang pernah kudatangi selama hidupku.”
      “Geurae? Hyunseong pun mengatakan hal yang tak jauh berbeda denganmu saat mengajakku pergi.”
      Jeongmin menoleh sembari mengerutkan keningnya, “Hyunseong mengajakmu pergi?”
      Hye Sang mengangguk dengan cepat, “Kemarin Hyunseong mengajakku ke tempat yang membuatnya selalu merasa nyaman. Dan, dia tidak pernah mengajak siapapun kesana. Kecuali aku.” Senyumnya merekah.
      “Kecuali kau? Aish, aku melakukan hal yang sama dengannya.” Jeongmin menunjukkan raut wajah yang sedikit kecewa.
      Hye Sang hanya tersenyum. Lalu pandangan keduanya beralih ke bunga Cherry yang jatuh bermekaran lalu terbang terbawa angin. Satu diantaranya jatuh di telapak tangan keduanya yang sedari tadi mengadah. Mengharapkan bunga itu jatuh di tangan mereka. Senyum merekah di kedua wajah mereka, sambil menunjukkan bunga Cherry yang mereka dapat. Kini senyuman mereka melebar lalu saling tertawa kecil satu sama lain.
      Jeongmin dengan jail mengambil bunga Cherry di tangan Hye Sang dan berlari menjauh darinya, membiarkan sepedanya jatuh tergeletak di jalanan. Sementara Hye Sang berlari mengejar Jeongmin.
      Sepertinya kebahagiaan tak hanya dirasakan oleh Hye Sang. Tapi dirasakan juga oleh Jeongmin yang diam-diam sangat menikmati kebersamaannya bersama Hye Sang siang itu.

      Mereka merebahkan tubuh ke hamparan rumput hijau setelah lelah berlarian di sekitar danau.
      “Aku baru merasakan lagi kebahagiaan yang sempat hilang dari kehidupanku. Apa karenamu ya!?”
      Hye Sang menoleh, “Baru merasakan lagi kebahagiaan yang sempat hilang?” Ia mencoba mengeja lagi kata-kata namja itu.
      Jeongmin menghela napas panjang, “Setelah eomma dan appa memutuskan untuk bercerai, aku sama sekali tidak bisa merasakan sebuah kebahagiaan. Terlebih saat appa menikah lagi. Hidupku seakan hancur.”
      ‘Apa? Kenapa aku baru mengetahuinya sekarang? Apa para penggemarnya sudah tau tentang kehidupan seorang Lee Jeongmin? Tak pernah kukira sebelumnya. Aigoo..’ Gumam Hye Sang dalam hati.
      “Kau tau tidak, alasan mengapa aku selalu menghabiskan waktu istirahatku di taman, di bawah pohon Cherry? Eomma ku sangat senang dengan bunga Cherry sepertimu. Bahkan ia sama cantiknya seperti Cherry Blossom. Kami memilikinya saat di rumah kami yang lama. Tapi setelah bercerai, appa justru mengajakku untuk pindah. Dan aku sama sekali tidak pernah diizinkan untuk tinggal bahkan hanya bertemu dengan eomma ku. Kejam sekali orang itu.”
      “Mungkin appa mu memiliki sebuah alasan mengapa kau tidak diizinkan untuk bertemu dengan eomma mu lagi.” Hye Sang berusaha memberi pendapat.
      “Bagaimana bisa seorang appa harus memisahkan anaknya dengan eomma kandungnya sendiri. Jinjja! Maka dari itu aku selalu menghindar dari mereka. Bahkan untuk melihat wajah mereka pun aku enggan. Aku sangat merindukan eomma ku. Dari semenjak mereka bercerai, hinga detik ini pun aku belum melihat lagi sosok eomma ku.”
      “Orang dewasa selalu memiliki alasan atas segala keputusan yang mereka buat. Aku yakin, suatu hari nanti kau bisa bertemu dengan eomma kandungmu. Dan bisa merasakan kembali kebahagiaan yang kau bilang sempat hilang itu, Jeongmin-ah..” Hye Sang tersenyum.
      Jeongmin menoleh.
      “Percaya tidak dengan kata-kata ‘Bahagia itu sederhana’?”
      “Apa kau sendiri mempercayainya?” Jeongmin berbalik tanya.
      “Secara tidak langsung mungkin iya. Karena aku selalu merasakannya. Kau tau? Saat kau tersenyum manis padaku di depan kelas, setelah kau membantuku membawakan box susu. Itu membuatku merasa sangat bahagia. Bahkan hanya melihat senyummu atau tawamu yang kau persembahkan untuk orang lain saja, aku sudah merasa bahagia.”
      “Geurae? Aish, senyumanku saja bisa membuatmu sebahagia itu.” Ujar Jeongmin mengalihkan pandangannya dari Hye Sang sembari tertawa kecil.
      “Yaa, begitulah..” Hye Sang memandang wajah Jeongmin meskipun hanya dari samping.
      ‘Ya, mungkin kata-kata itu bisa kugunakan untukku saat ini. Bahagia itu sederhana. Ketika memandangmu dari dekat seperti ini. Aku merasa bahagia sekali. Kau harus bisa merasakannya Jeongmin-ah.. Harus!’ Batin Hye Sang. Ia mengalihkan pandangannya dari Jeongmin.
      Kini keduanya menikmati siang menjelang sore itu. Menatap langit biru dengan awan yang bertebaran luas. Kicauan burung tak ada hentinya meramaikan taman. Semilir angin berhembus membuat udara semakin sejuk. Mereka pun sepertinya enggan untuk berpaling dari tempat itu.
Author POV end

*

Hye Sang POV
      Aku menyisir rambut seraya bercermin. Seketika senyumku mengembang saat tiba-tiba pikiranku tertuju pada Jeongmin. Terlebih saat aku menghabiskan akhir pekan bersamanya kemarin. Aish.. Jinjja! Aku seperti di buat gila karenanya. Ya, gila karena cinta maksudku. Hihi..
      Drrtt.. Drrtt..
      Handphone yang bergetar membuatku membuyarkan lamunanku. Aku segera meraih handphone-ku lalu menatap layarnya. Sebuah nomor tak di kenal menelponku. Kira-kira siapa ya? Tanpa menunggu lama, aku segera mengangkat telepon itu. Siapa tau saja penting.
      “Yeoboseyo..” Sapaku dengan sopan.
      “Hye Sang, tolong aku! Aku butuh bantuanmu! Cepat datang ke gedung olahraga sekolah sekarang!” Ujar seseorang dari seberang telepon seperti sedang diburu oleh sesuatu. Kepanikan dan ketakutan seakan bercampur menjadi satu saat ku dengar dari nada suaranya.
      Suara itu.. Aku sangat mengenal suara itu. “Jeongmin-ah..” Seketika jantungku berdegup sangat kencang. Rasa khawatir pun merasuki hatiku. “A-apa kau baik-baik saja? Jeongmin-ah, jawab aku! Jeongmin-ah!” Sahutku setengah berteriak. Namun tak ada jawaban. Lalu teleponnya terputus begitu saja.
      Khawatir. Satu kata yang terus memburuku agar aku harus segera datang menemui Jeongmin. Aku segera menyambar tas dan mantel. Juga kusambar payung kecil di dalam laci. Karena hujan tak hentinya mengguyur kota Seoul sejak sore tadi. Kemudian aku pun bergegas pergi.

      Hatiku benar-benar sangat tidak tenang. Sungguh, rasanya aku ingin cepat sampai. Tapi entah mengapa langkah kakiku terasa sangat lama.
      “Ayolah Hye Sang! Jangan membuat Jeongmin menunggu!” Ujarku pada diriku sendiri.

      Napasku terengah-engah karena aku mempercepat jalanku. Meskipun aku harus tetap berhati-hati karena jalanan yang licin akibat turunnya hujan. Keringat mulai bercucuran membasahi wajahku. Sesampainya di sekolah, tepatnya di depan gedung olahraga indoor, dengan refleks aku membuang payung yang ada di genggamanku ke sisi pintu. Kemudian menyambar pintu dan masuk ke dalam.
      “Jeongmin-ah..”
      Ctek!
      Seketika ruang olahraga menjadi terang. Seseorang menyalakan lampunya. Tapi bukan lampu yang biasa di nyalakan pada saat gedung di pakai. Melainkan lampu berwarna warni di sekitar dinding. Dan.. Ada banyak lilin dalam wadah kaca bening membentuk kata I <3 U dengan bunga Cherry yang bertebaran di lapangan. Jeongmin. Ia sedang berdiri di tengah lambang <3 sambil tersenyum ke arahku.
      Omo! Apa yang tengah ia lakukan?
      “Ya! Lee Jeongmin! Kau.. Aish, jinjja! Keterlaluan!” Ujarku dengan kesal.
      Jeongmin tidak menggubris, melainkan hanya terus menatapku. Aku berjalan menghampirinya dengan cepat. Rasanya ingin mengacak-acak rambutnya. Tapi siapa aku yang berani melakukan itu padanya!?
      “Apa kau sedang mempermainkanku, eoh!?” Gerutuku.
      “Mwoya!? Kau ini bicara apa!? Datang-datang langsung memarahiku seperti itu.”
      Benar-benar! Dia tidak mengerti kalau sebenarnya akus angat mengkhawatirkan dirinya saat ia meminta tolong seperti di telepon tadi.
      “Ya! Aku sangat mengkhawatirkanmu Lee Jeongmin!” Ujarku berusaha mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya.
      “Jadi.. Kau, mengkhawatirkanku!?” Mata Jeongmin membulat.
      “Tentu saja, pabo!” Ketusku.
      Bukannya merasa bersalah, Jeongmin justru terseyum lebar. Aku tak mengerti apa maksud dari sneyumnya itu. Yang jelas, aku masih kesal.
      “Ya! Kim Hye Sang! Sebenarnya bukan ini yang kuharapkan.. Aish, kau menghancurkan rencanaku!”
      “Heh?”
Hye Sang POV end

Author POV
      Jeongmin menarik lengan Hye Sang lalu memeluknya.
      “Saranghae..”
      Deg.. Jantung Hye Sang seakan berhenti berdetak saat mendengarkan sebuah kata yang membuatnya terperangah. Ia tidak bisa mengendalikan perasaan dan emosinya saat ini.  Kedua matanya kini mulai berkaca-kaca.
      Jeongmin memperhatikan minatur piano yang ada di genggamannya, hadiah yang di berikan oleh Hye Sang di hari ulang tahunnya. Perlahan alunan suara merdu dari miniature piano itu terdengar.
      “Kau tau.. Dari sekian banyak hadiah, aku hanya menyukai hadiah darimu. Mengakunya sebagai fans ku. Tapi bahkan mereka tidak mengerti apa yang aku suka. Mereka bodoh ya!?” Ujar Jeongmin di selingi tawa kecilnya lalu melepaskan pelukkannya. Ia menatap Hye Sang dengan lembut sambil tersenyum.
      “Padahal aku ingin memberimu kejutan. Tapi akhirnya jadi seperti ini. Mianhae.. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu khawatir. Aku hanya ingin segera mengutarakan perasaanku padamu. Hanya itu. Tapi mungkin aku menggunakan cara yang salah ya? Sampai membuatmu menangis seperti ini.” Jeongmin menyeka air mata yang hendak jatuh, di pipi Hye Sang. Kemudian memberikan minatur piano itu pada Hye Sang.
      Hye Sang merekahkan senyumnya. Mata yang tengah berkaca-kaca itu membalas tatapan mata Jeongmin dengan teduh.
      Prriiiittt… Bunyi peluit mengagetkan kedua sejoli yang tengah dirundung kebahagiaan itu. Seseorang tengah berdiri di salah satu pintu yang berbeda dari pintu yang tadi di lewati oleh Hye Sang, sembari menyilangkan kedua tangannya. Ia menatap kedua pasangan yang sedang di mabuk cinta dengan tatapan yang sinis.
      “Ya ya! Sedang apa kalian disana?” Tanya orang itu setengah berteriak.
      Jeongmin dan Hye Sang menoleh. Mereka terkejut saat melihat seseorang yang tengah berdiri di ambang pintu itu sangat familiar di mata keduanya.
      “Kaja!” Jeongmin meraih tangan Hye Sang dan menggenggamnya. Kemudian mereka berdua berlari keluar dari gedung olahraga, mejauh dari lingkungan sekolah.

      “Ya ya! Aish, jinjja!” Seseorang di ambang pintu yang ternyata adalah seorang guru olahraga mereka di sekolah. Ia memperhatikan ke seluruh lapangan basket yang penuh dengan lilin dan bunga Cherry yang bertebaran dimana-mana. “Anak-anak itu hanya bisa mengotori lingkungan sekolah saja! Kalau begini kan aku yang repot!” Ujarnya lalu menghampiri lapangan basket kemudian mulai membersihkannya.


      “Kenapa kau berbohong padaku?” Tanya Hye Sang dengan memasang raut wajah yang marah, namun justru terlihat lucu.
      “Mwo?” Jeongmin menoleh, “Aku tidak berbohong! Aku memang akan berada dalam bahaya, jika kau tidak segera datang menemuiku untuk menerima cintaku.” Jeongmin menghentikan langkahnya, di ikuti Hye Sang di sisi kirinya.
      “Heh?”
      “Kau tau kan, kalau seseorang yang sangat mengharapkan cinta dari seseorang lainnya, lalu ternyata cintanya tidak diterima!?”
      “Apa kau akan melakukan percobaan bunuh diri? Seperti berdiri di tengah jalan raya dengan motor dan mobil yang berlalulalang? Atau berdiri di tengah rel kereta? Atau bahkan kau akan menceburkan diri ke laut lepas agar tubuhmu langsung mejadi santapan hiu yang sedang kelaparan!?” Ujar Hye Sang dengan membara.
      “Ya ya! Kau memang benar-benar mengharapkanku untuk mati, eoh? Baru kali ini aku melihatmu semarah itu.” Jeongmin menatap Hye Sang dengan jahil, “Tapi itulah yang membuatmu terlihat sangat lucu.” Jeongmin mencubit hidung Hye Sang.
      “Aww..” Hye Sang meringis kesakitan. Sementara Jeongmin melepaskan genggaman tangannya dari tangan Hye Sang lalu berlari menjauh sambil tertawa.
      “Ya! Lee Jeongmin! Awas kau ya!” Hye Sang pun berlari mengejar Jeongmin. Tawanya begitu lepas tanpa mempedulikan orang-orang yang ada di sekitar mereka.
      Malam ini menjadi malam yang sangat indah bagi mereka berdua.
*
      Jeongmin membelikan ice cream rasa cokelat kesukaan Hye Sang lalu mengajaknya ke taman untuk memakan ice cream itu bersamaan. Udara taman pada siang hari cukup sejuk, dengan banyaknya pepohonan rindang yang bertebaran di sudut-sudut taman. Membuat taman terasa sangat nyaman. Mungkin lebih nyaman jika di sambangi bersama orang-orang terkasih. Seperti halnya dengan Jeongmin dan Hye Sang. Mereka memilih duduk di sebuah kursi taman panjang, di bawah pohon Cherry yang rindang dengan pemandangan yang langsung berhadapan dengan danau.
      Hye Sang memakan ice cream itu dengan sangat gembira, seperti anak kecil yang baru dibelikan ice cream setelah menangis. Jeongmin memperhatikan Hye Sang sambil tertawa saat melihat tingkah yeoja-chingunya itu. Hye Sang yang tersadar tengah di tatap oleh Jeongmin pun menoleh, “Kenapa melihatku seperti itu?”
      “Kau itu lucu sekali Hye Sang.. Kau terlihat polos dan.. bahagia.”
      “Geuraeyo?” Hye Sang menjauhkan ice cream dari bibirnya.
      Jeongmin tersenyum lebar lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Hye Sang.
      Chu~
      Ia mengecup bibir Hye Sang yang di penuhi dengan ice cream manis rasa cokelat. Hingga ice cream yang bersarang di bibir Hye Sang pun seketika lenyap. Hye Sang terbelalak. Jantungnya berdegup sangat kencang dan ia hanya mampu terdiam. Tak lama Jeongmin melepaskan bibirnya dari bibir Hye Sang. Seketika suasana menjadi penuh dengan kecanggungan.
      Jeongmin dan Hye Sang terdiam di tengah keramaian taman yang lumayan ramai. Kicauan burung dan suara desir angin tak menghiraukan keduanya. Hingga ice cream di kedua tangan mereka pun hampir meleleh.
      “Mianhae..” Gumam Jeongmin memecah keheningan,  “Aku hanya ingin membersihkan ice cream di bibirmu. Apa kau baik-baik saja?” Jeongmin menoleh setelah menanyakan keadaan Hye Sang atas perbuatannya.
      Yeoja-chingunya itu hanya mengangguk pelan. Kemudian mengulum lagi ice cream miliknya yang hampir meleleh.
      “Sudah sore. Sebaiknya kita pulang.” Jeongmin beranjak dari kursi yang ia duduki, di ikuti Hye Sang. Lalu mereka berjalan beriringan meninggalkan taman.

      Kedua sepasang kekasih itu kembali terdiam saat di perjalanan pulang. Tak satupun dari mereka yang mau bersuara. Sementara Hye Sang sendiri masih asik mengulum ice cream nya yang tak kunjung habis. Hingga mereka sampai di depan halaman rumah Hye Sang yang cukup besar.
      “Sudah sampai.” Jeongmin sambil menghentikan langkahnya. Hye Sang pun menghentikan langkahnya juga.
      “Gomapta.” Gumam Hye Sang dengan senyum kecilnya yang manis.
      “Kalau begitu aku pulang dulu. Jangan lupa untuk mandi, makan malam dan jangan tidur larut malam. Arraseo!? Aku pulang dulu.” Ujar Jeongmin sembari mengelus kepala yeoja-chingunya dengan penuh kelembutan. Senyumnya merekah seperti seorang malaikat. Begitu manis dan tulus. “Sampai jumpa besok.” Sambungnya, lalu ia beranjak pergi.

      “Jeongmin-ah..”
      Jeongmin menoleh saat mendengar Hye Sang menyerukan namanya. Ia membalik tubuhnya hingga dapat melihat yeoja-chinggunya dengan jelas. Ia menaikkan sebelah alisnya seakan bertanya ‘ada apa?’.
      Hye Sang tersenyum lagi, kemudian ia berlari kecil mendekati Jeongmin.
      Chu~
      Yeoja itu mencium pipi Jeongmin dengan lembut dan cukup lama. Desir angin dan warna jingga di langit sore mempererat kecupan hangat itu.
      Hye Sang menjauhkan wajahnya dari wajah Jeongmin, “Sampai jumpa besok.” Senyumnya melebar lalu ia bergegas berlari menjauh dari Jeongmin, masuk ke dalam rumahnya.
      Jeongmin terperangah dengan kejutan kecil yang di berikan oleh kekasihnya itu. Senyumnya merekah hebat sembari mengelus lembut pipi yang baru saja di kecup oleh Hye Sang. Bahkan masih ada sedikit sisa ice cream di pipinya setelah dikecup oleh Hye Sang. Ia pun berjalan menjauh dari rumah Hye Sang, dan bergegas pulang.

TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength