[FF] Love Blossom part 3
Hyunseong
mendrible bola di lapangan bakset outdoor sekolahnya sepulang sekolah seorang
diri. Hye Sang yang tak sengaja lewat menghampirinya. Namja dengan badan atletis
itu menoleh sebentar ke arah Hye Sang lalu kembali fokus dengan permainan
basketnya.
“Ku
dengar kau menerima cinta seorang Lee Jeongmin!?”
Hye
Sang tersenyum malu sambil mengangguk pelan. Sementara Hyunseong membuang bola
basket itu ke tengah lapangan seakan diburu oleh amarahnya. Ia mengatur
napasnya yang terengah-engah dengan keringat yang bercucuran membasahi wajah
tampannya. Kemudian ia membaringkan tubuhnya di lapangan yang cukup besar.
Kebetulan udara sore ini tidak begitu panas, bahkan angin pun kerap kali berhembus
membuat udara menjadi sejuk. Yeoja bermata sipit itu melangkah mendekati
Hyunseong.
“Kau
sudah tau ya!? Pasti Jeongmin yang memberi tahumu.” Ujar Hye Sang sembari duduk
di sisi kanan Hyunseong.
“Tentu
saja. Sahabat yang baik akan selalu menceritakan tentang apapun yang memang
semestinya di ceritakan.” Hyunseong menghela napas panjang. “Tapi sahabat yang
baik tak seharusnya mencuri kesempatan sahabatnya untuk mengutarakan perasaan
pada yeoja yang di sukainya.” Lanjutnya.
“Heh?”
Hye Sang mengerutkan keningnya, heran.
Hyunseong
menatap Hye Sang sebentar. Lalu kedua tangannya menepuk dadanya beberapa kali,
“Ah.. Dadaku terasa sangat sesak. Sakit sekali.. Aaaaaa.. Rasanya aku mau…”
Perlahan kedua matanya pun terpejam.
Hye
Sang kaget, saat melihat namja di hadapannya tak sadarkan diri.
“Hyunseong-ah..
K-kau kenapa? Hyunseong-ah..” Hye Sang menggoyangkan tubuh Hyunseong, berusaha
membuatnya bangun. Ia mulai panik sekaligus khawatir dengan keadaan Hyunseong.
Hye Sang pun mendekatkan kepalanya ke dada Hyunseong. Memastikan detak
jantungnya masih terdengar atau bahkan sudah tak berdetak lagi. Namun..
Hap!
Hyunseong
mendekap Hye Sang menggunakan kedua tangannya dengan erat. Hye Sang tersentak
kaget. Ia berusaha berontak. Namun dekapan Hyunseong lebih kencang dari
tenaganya. Akhirnya ia pun berusaha untuk pasrah. Lebih tepatnya mengalah.
“Kau
tau? Aku menginginkan dirimu jauh sebelum Jeongmin menginginkanmu. Tapi
Jeongmin mendahului start-ku. Dia
mendapatkanmu saat aku sedang tidak ada disini. Apa Jeongmin melakukan sebuah
kecurangan?”
“Mworago?
Kau.. Menginginkanku?” Hye Sang tak percaya pada perkataan Hyunseong.
Hyunseong
tak menjawab. Ia justru menjauhkan tubuh Hye Sang dari tubuhnya, lalu ia
bangkit dan berjalan meninggalkan Hye Sang yang masih terduduk di lapangan
memperhatikan Hyunseong.
Hye
Sang menunduk saat Hyunseong sudah tak telihat lagi dari pandangannya.
“Apa..
Apa yang ia katakan barusan? Apa dia menyukaiku, sama seperti Jeongmin!? Omo..”
Ujar Hye Sang merendahkan nada suaranya. Hatinya kini bingung dengan apa yang
baru saja terjadi. Kini logikanya pun tak bisa berjalan.
Tiba-tiba
hujan turun mengguyur tubuh Hye Sang. Ia nampak terkejut dan bingung. Selang
beberapa menit, Hye Sang pun beranjak pergi dari lapangan menuju koridor
sekolahnya sambil memeluk dirinya sendiri yang merasa kedinginan.
“Kenapa
tidak langsung pergi saat hujannya turun? Pabo.” Ujar seorang namja sembari
memakaikan mantel yang tidak terlalu tebal ke tubuh Hye Sang.
Hye
Sang menoleh, mendapati Hyunseong yang tengah berdiri menatap butiran hujan
yang perdetiknya jatuh membasahi kota Seoul sore ini.
“Aku
tidak membawa mobil. Jadi tidak bisa langsung mengantarmu pulang. Paling tidak
harus menunggu hujannya reda.” Ujar Hyunseong datar tanpa menoleh.
Hye
Sang hanya terdiam memperhatikan Hyunseong. Seperti ada rasa bersalah yang
merasuk ke dalam hati kecilnya. Ia merogoh saku celananya, mengambil
handphone-nya lalu mengirim pesan singkat kepada seseorang. Pandangannya
beralih pada Hye Sang.
“Kenapa
menatapku seperti itu?”
“Ah,
eh.. Ng.. Gwaenchana.” Hye Sang menggelengkan kepalanya kemudian menundukkan
kepalanya.
“Sebentar
lagi Jeongmin datang menjemputmu. Pergilah menuju lobi utama.”
“Lalu
bagaimana denganmu? Apa kita tidak akan pulang bersama-sama?” Tanya Hye Sang
antusias.
“Jangan
khawatirkan aku.” Hyunseong berbalik badan dan pergi meninggalkan Hye Sang yang.
Seperti
yang di katakan oleh Hyunseong, Hye Sang berjalan menuju lobi utama. Tak sampai
lima belas menit, Jeongmin datang dengan mobilnya yang berwarna silver.
Jeongmin turun dari mobil dan menarik lengan Hye Sang penuh kelembutan lalu
menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Setelah naik, pandangan Hye Sang justru
tertuju ke lobi utama sekolahnya yang tidak ada siapa-siapa. Namun bola matanya
mendelik seakan mencari sesuatu atau seseorang.
“Ada
apa?” Tanya Jeongmin yang di buat penasaran.
Hye
Sang terkekeh. Ia menoleh ke arah Jeongmin sambil memaksakan senyumnya, “Tidak
ada apa-apa. Ayo pulang.”
Jeongmin
tersenyum sambil mengangguk. Lalu ia melajukan mobilnya, pergi meninggalkan
halaman sekolah.
Di
balik dinding yang berdiri kokoh, Hyunseong menoleh atau lebih tepatnya
mengintip keadaan di luar. Kedua orang yang sangat familiar di matanya itu
sudah hilang dari pandangan. Kini hanya tinggal dirinya sendiri.
Ia
menyenderkan punggungnya di dinding, menghela napas panjang sambil memejamkan
kedua matanya.
“Bahkan
kau sama sekali tidak mengerti tentang perasaanku.” Ia kembali menepuk dadanya
bebeapa kali, “Sakit rasanya…”
*
Pagi
ini tak seperti pagi-pagi pada hari biasanya. Hye Sang nampak tak bersemangat
jika kembali mengingat kejadian kemarin sore bersama Hyunseong di lapangan
basket. Tapi saat berada di depan Jeongmin, ia berusaha untuk menutupi
perasaannya itu.
Sepulang
sekolah, Hye Sang hedak menemui Hyunseong. Ia ingin Hyunseong kembali
menjelaskan tentang bagaimana perasaan Hyunseong yang sebenarnya pada dirinya.
Hye Sang beranggapan kalau Hyunseong sedang berada di lapangan basket seperti
biasanya. Langkahnya terhenti saat lapangan basket outdoor terguyur air hujan
deras yang turun lebih cepat dari dugaannya. Ia menghela napas panjang. Ada
rasa kecewa yang menyelimutinya. Namun kekecewaan itu berubah menjadi sebuah
harapan. Hye Sang kembali melangkahkan kakinya lebih cepat menuju gedung olahraga
indoor yang berada di sisi paling kanan sekolahnya.
Dengan
perlahan ia hendak membuka pintu masuk menuju gedung olahraga indoor itu. Namun
ia mengurungkan niatnya saat samar-samar telinganya mendengar percakapan dua
orang dari dalam gedung. Ia mendekatkan telinganya pada pintu.
Hyunseong
terus memainkan bola basketnya di tengah lapangan yang tak kalah luas dengan
lapangan basket outdoor. Ia terus memasukkan bola ke dalam ring, mengambilnya
lalu mendriblle lagi dan memasukkannya lagi ke dalam ring. Begitu seterusnya
hingga ia kehilangan tenaganya, kemudian membaringkan tubuhnya di tengah
lapangan.
Sahabatnya,
Jeongmin hanya memperhatikan Hyunseong dari tempat duduknya. Ia tersenyum puas
saat melihat sahabatnya itu terkapar di lapangan.
“Sudah..
Mengakulah kalau kau memang kalah dariku atas pertaruhan itu. Dan terimalah aku
sebagai pemenangnya. Hahaha...” Jeongmin tertawa puas.
Hyunseong
mengubah posisinya, sehingga ia terduduk di lapangan dengan kedua telapak
tangan yang menahan, “Tak usah kau ucapkan pun aku sudah tau. Kau yang lebih
dulu mendapatkan hati Hye Sang dengan mudahnya. Jangan senang dulu. Kau menang
karena Hye Sang pun menyukaimu. Jika ia menyukaiku, tentu saja ia pasti akan
memilihku. Dan akulah yang menjadi pemenangnya.”
“Hahaha..
Jangan berharap lebih. Pada kenyataannya akulah yang memenangkan taruhan yang
kita lakukan.”
Flashback
“Aku
ingin bertaruh padamu.”
Jeongmin
mengernyitkan keningnya, “Maksudmu?”
Hyunseong
mendekati wajahnya ke hadapan Jeongmin kemudian berbisik, “Kita taruhan untuk
mendapatkan Hye Sang. Yang lebih dulu mendapatkan cintanya, dia lah
pemenangnya. Dan yang kalah harus memberikan apapun yang diinginkan si
pemenang. Bagaimana? Seru bukan!?”
“Mwo?
Kau gila, eoh!?” Ketus Jeongmin.
“Gila?
Kurasa tidak. Hanya sedikit permainan kecil saja.” Hyunseong menyeruput sedikit
cappuccino hangat miliknya, “Bilang saja kau takut dan tak berani. Iya kan!?”
Sambungnya lagi sambil menyilangkan kedua tangan lalu menyenderkan punggungnya
di senderan kursi.
Jeongmin
menatap Hyunseong penuh arti sambil berpikir. Kemudian ia tersenyum.
“Baiklah,
aku terima tawaranmu.”
Hyunseong
pun ikut tersenyum. Kemudian mereka saling menukar pandang satu sama lain.
Flashback end
Ya,
beberapa waktu yang lalu, saat Jeongmin merayakan ulang tahunnya bersama
Hyunseong mereka tengah asik membicarakan sebuah pembicaraan yang cukup serius.
Hanya mereka yang tau tentang pembicaraan itu, dan tak satu orang pun yang
mengetahuinya.
Jeongmin
dan Hyunseong memiliki sebuah rencana yaitu taruhan atas Hye Sang. Siapa yang
lebih dulu dapat menaklukan hati Hye Sang, dialah yang menjadi pemenangnya. Dan
yang menang akan mendapatkan apa saja yang ia minta kepada yang kalah. Seperti
itulah taruhan yang mereka rencanakan dan ternyata rencana itu masih terus
berjalan hingga sekarang. Tapi sekarang, keduanya sama-sama tidak tahu agaimana
perasaan yang sesungguhnya terhadap Hye Sang atas pertaruhan itu.
Dari
luar, Hye Sang tertegun. Pipinya basah oleh air mata yang terus mengalir deras
tanpa ia sadari. Dadanya begitu terasa sesak hingga membuatnya kesulitan
bernapas. Lututnya pun terasa lemas hingga ia jatuh terduduk di hadapan pintu
yang masih tertutup.
“Aku
akan pikirkan lagi apa yang ingin aku dapatkan darimu kawan!” Jeongmin beranjak
pergi meninggalkan Hyunseong.
Hyunseong
berdiri menghadap Jeongmin yang membelakanginya, “Aku mencintai Hye Sang!”
Teriak Hyunseong dari belakang.
Jeongmin
terbelalak. Kata-kata yang ia dengar dari mulut Hyunseong mampu menghentikan
langkahnya dengan sekejap, “Apa kau terjebak oleh perasaanmu juga?”
“Heh?”
Hyunseong terkekeh, “Apa kau juga mencintai Hye Sang?” Tanya Hyunseong penuh
keraguan, juga kekhawatiran.
“Nde.
Aku sangat mencintai yeoja-chinguku.” Sahut Jeongmin yang kembali melangkahkan
kakinya.
Cklek..
Pintu
terbuka dari dalam. Jeongmin terkekeh, kaget, panik dan entah perasaan apalagi
yang kini ia rasakan, ketika kedua matanya melihat jelas kalau yeoja-chingu nya
tengah menangis di ambang pintu, tepat di hadapannya.
“Hye..
Hye Sang-ah.. Kau..” Tanya Jeongmin terbata-bata.
“Sudah
cukup puaskah kau mempermainkan perasaanku?” Suara Hye Sang bergetar, “Sudah
cukup puaskah kau mempermainkan cintaku?” Ujarnya lagi dengan pelan.
“Hye
Sang..”
“Aku
sudah mendengar semuanya. Jelas dari kedua mulut kalian.” Sahut Hye Sang dengan
suara yang parau. Kemudian ia bangkit. Berusaha menatap kedua bola mata
Jeongmin yang sangat indah. “Gomapta.. Telah melukaiku sesakit ini.. Mianhae..”
Hye Sang berbalik badan lalu berlari sekencangnya menerjang derasnya hujan yang
masih turun.
“Hye
Sang!” Jeongmin mengulurkan salah satu tangannya hendak meraih pundak Hye Sang.
Namun Hye Sang lebih dulu pergi meninggalkannya.
Hyunseong
terkejut saat Jeongmin menyerukan nama Hye Sang dengan lantang. Ia berlari
menghampiri Jeongmin di ambang pintu yang tengah memperhatikan Hye Sang.
Kemudian Jeongmin pun berlari mengejar Hye Sang, di susul Hyunseong dari
belakang.
‘Sesakit inikah rasanya di permainkan? Oleh
namja yang telah kucintai dengan penuh ketulusan. Sebegitu menyakitkankah semua
ini? Namja yang selama ini mampu membuatku bahagia, kini justru seakan
memanahkan busur panah tajam yang langsung menikam tepat di hatiku. Hancur
berkeping-keping tak menyisakan sedikitpun kepingannya.’ Gusar Hye Sang
dalam hatinya.
Hye
Sang terus berlari menjauh dari gedung olahraga menuju taman. Entah ada angin
apa langkah kakinya langsung mengarah ke taman. Langkahnya berhenti tepat di
bawah pohon Cherry yang biasa Jeongmin sambangi saat jam istirahat. Wajahnya
basah. Air matanya bercampur dengan air hujan. Seluruh tubuhnya pun basah.
Bahkan Hye Sang tidak mempedulikannya sekalipun ia mati kedinginan. Baginya,
rasa sakit yang kini tengah ia rasakan jauh lebih menikam. Jauh lebih
menyakitkan.
“Nappeun
namja!” Teriakkannya bahkan terkalahkan oleh suara hujan yang sangat deras.
“Hye
Sang-ah.. Bisa kita bicara? Aku mohon, dengarkan aku dulu.” Teriak Jeongmin.
Telinganya
seakan terasa panas saat mendengar suara itu. Bahkan ia tak mampu memandangnya.
Menoleh sedikitpun rasanya enggan. Padahal selama ini ia tidak pernah
menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan untuk melihat sosok namja itu. Tapi tidak
untuk sekarang. Melihatnya akan menambah luka di hatinya saat ini.
“Hye
Sang.. Tolong dengarkan aku.. Aku tau aku salah. Aku benar-benar salah telah
menerima tawaran taruhan itu. Dan aku menyesal..”
“Apa
penyesalanmu itu bisa membuat hatiku kembali seperti semula? Sebelum terluka
seperti ini?” Suara Hye Sang makin parau.
Jeongmin
yang berdiri mematung hanya terdiam dan menundukkan kepalanya. Seluruh
perasaannya dipenuhi oleh penyesalan yang teramat dalam. Bahkan Jeongmin pun
tak pernah membayangkan peristiwa akan terjadi. Di hatinya pun tersimpan
sedikit luka yang terasa sakit. Ia mengangkat kepalanya, memandang yeoja-chingu
nya yang sedikitpun tidak mau menoleh ke arahnya. Dengan memberanikan diri,
Jeongmin menghampiri Hye Sang. Dengan perlahan, ia mendekap Hye Sang dari
belakang.
“Lepaskan
aku!” Geram Hye Sang dengan berusaha melepaskan dekapan Jeongmin. Namun tenaga
Jeongmin lebih kuat darinya.
“Aku
tau aku salah.. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak berniat untuk
menyakitimu. Awalnya aku memang tidak memiliki perasaan apapun padamu. Tapi
setelah kita menghabiskan waktu bersama-sama, perasaan itu mulai tumbuh dan
akhirnya berkembang. Aku benar-benar mencintaimu, Hye Sang..”
Dari
kejauhan, Hyunseong tersenyum getir melihat sahabatnya tengah memeluk yeoja
yang sangat memikat perhatian juga hatinya. Ia mengepalkan kedua telapak
tangannya dengan erat. Tetes demi tetes air hujan jatuh membasahi seluruh
tubuhnya.
Tangis
Hye Sang makin menjadi. Matanya kini terasa perih. Ia berusaha untuk melepaskan
dekapan Jeongmin, membalikkan badan dan mendorong Jeongmin hingga terjatuh.
Jeongmin sedikit terkejut. Baru kali ini ia melihat sikap kasar yeoja-chingu
nya yang selama ini selalu terlihat penuh dengan kelembutan. Tapi ia mengerti
kalau Hye Sang memang sedang menyimpan amarah padanya.
“Pergi
saja sana! Jangan pernah kembali lagi padaku!” Ketus Hye Sang.
“K-kau..
Kau tidak bermaksud untuk berbicara seperti itu kan!? Kau masih mencintaiku
kan!? Iya kan!? Hye Sang.. Jebal..” Tak terasa Jeongmin menitihkan air matanya.
Meski tak terlihat karena air hujan yang juga membasahi pipinya, Hye Sang dapat
merasakannya lewat suara parau Jeongmin.
Krretteekk..
Jeongmin
terbelalak, pandangannya terpaku pada pohon Cherry Blossom yang salah satu
bongkahan kayunya akan jatuh, “Hye Sang menjauh!” Teriak jeongmin yang tak
dimengerti oleh Hye Sang. Ia berusaha untuk segera bangkit lalu berlari
menghampiri Hye Sang dan memeluknya dengan begitu erat.
Buukk..
Sebongkah kayu besar yang patah dari pohon Cherry Blossom menimpa tubuh
Jeongmin hingga ia dan Hye Sang terjatuh.
“Jeongmin-ah..
Hye Sang..” Teriak Hyunseong. Ia pun berlari menghampiri keduanya.
“Neo
gwaenchanayo, Hye Sang?” Gumam Jeongmin pelan.
“Jeong..
Jeongmin..” Gusar Hye Sang.
“Sarang..hae..yo..”
Ucap Jeongmin terbata-bata.
Air
mata kembali jatuh dari pelupuk mata Hye Sang saat tangannya menyentuh cairan
berwarna merah tepat di kepala Jeongmin. Ia memandang cairan di tangannya itu
dengan bergetar.
“Jeongmin-ah..
Jeongmin-ah.. Ireona.. Ireona!!” Teriak Hye Sang disertai isak tangis yang
tertahan.
Hyunseong
datang dan segera mengangkat tubuh Jeongmin dari tubuh Hye Sang. Kemudian
membaringkannya di atas pangkuannya. Salah satu tangannya berusaha meraih
tangan Hye Sang untuk membantunya berdiri. Hye Sang bangkit lalu menyentuh
kedua pipi Jeongmin dan mengusapnya beberapa kali.
“Jeongmin-ah..
Bilang padaku kalau kau baik-baik saja! Jeongmin-ah.. Ireona!!”
Hyunseong
hanya memandang kedua temannya itu dengan pilu.
Di rumah sakit..
Hyunseong
membawa sebotol air mineral dan memberikannya kepada Hye Sang yang terduduk di
lantai rumah sakit dengan pakaian yang basah. Hye Sang tak bergeming.
Pandangannya tetap lurus ke depan, sementara kedua tangannya memeluk lutut
dengan erat.
“Minumlah..”
“Aku
tidak haus..” Gumam Hye Sang dengan pelan tanpa mengalihkan pandangannya.
Hyunseong hanya memandang Hye Sang penuh arti.
Ddrrtt.. Ddrrrtt..
Hye
Sang meraih handphone di dalam saku bajunya yang bergetar. Ada panggilan masuk
dari nomor yang tidak ia kenal. Bahkan tidak terdaftar dalam kontak
handphone-nya. Ia segera menjawab panggilan masuk itu. “Yeoboseyo..”
Seketika
matanya terbelalak. Tubuhnya bergetar hebat saat menerima telepon. Handphone
yang berada dalam genggamannya pun jatuh ke lantai, membuat Hyunseong terkejut.
Ia kembali menangis untuk yang kesekian kalinya.
“Aniya..
Tidak mungkin.. Ini tidak mungkin terjadi.. Andwaeyo!!” Teriak Hye Sang
histeris.
“Hye
Sang-ah.. Ada apa? Apa yang terjadi?” Hyunseong menggenggam lengan Hye Sang.
“Eomma..
Appa.. Mereka.. Mereka meninggal karena kecelakaan..” Ujar Hye Sang dengan isak
tangis yang menjerit.
Hyunseong
terbelalak lalu mendekap Hye Sang dengan erat sambil mengusap punggungnya
beberapa kali, berusaha untuk menenangkan Hye Sang.
Author POV end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar