Sabtu, 06 Januari 2018

[FF] Dark Night



Dark Night
Han Rae Hwa
Rating PG17+ | Vignette | Hurts, Crime | Kim Taehyung (V), Jeon Jungkook, dan Jae Rin (OC)


Disclaimer: FF ini idenya dari MV nya BTS yang judulnya I Need You (yang ada adegan dimana V nya itu nusuk seorang pria paruh baya pake beling/? bekas pecahan botol gitu). Dan jadilah FF ini ~_~ Semoga suka! ^^

Dark Night


Dengan amarah yag tak terkendali, Taehyung terus berjalan dengan setiap langkahnya yang besar menuju kamar Jungkook. Dengan kasar salah satu tangannya mengibaskan kupluk jaket yang sedari tadi menutupi kepalanya dari hujan gerimis yang turun di luar.

BRRAAKK!!!

Taehyung mendobrak pintu kamar Jungkook dengan satu kakinya. Sontak hal itu membuat si pemilik kamar kaget setengah mati. Bahunya terangkat saking kagetnya diiringi dengan gerakan kepala memutar, mengarah ke arah pintu. Dilihatnya Taehyung yang tengah berdiri di ambang pintu dengan raut wajah yang menyimpan dendam. Tatapannya begitu tajam menusuk ke kedua bola matanya. Ia yang tadinya sedang duduk di kusi meja belajarnya pun langsung bangkit berdiri.

“A-ada apa hyung?” tanya Jungkook sedikit gugup. Melihat Taehyung yang terus menatapnya dengan tatapan seperti itu membuat Jungkook menaruh rasa khawatir sekaligus rasa takut yang berkolaborasi dan berkecamuk di hatinya.

“H-hyung?!” tegur Jungkook ketika ia tak mendapatkan jawaban dari pertanyannya yang ia ajukan pada Taehyung.

Taehyung tetap tidak bersuara. Ia lantas langsung berjalan mendekati Jungkook dengan senyumnya yang menyeringai, terlihat menyeramkan bagi seorang Jungkook. Senyuman yang tak pernah ia lihat sebelumnya di wajah Taehyung selama ia mengenal sosok yang berusia dua tahun lebih tua darinya itu.

“Kau tau maksud dari kedatanganku malam-malam begini?” Taehyung menaikan salah satu alis matanya.

Pertanyaan Taehyung membuat Jungkook menoleh ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul 22.00 waktu setempat, lalu ia kembali menoleh ke arah Taehyung. Jungkook yang tidak tahu jawaban atas pertanyaan Taehyung pun menggeleng pelan dengan gerakan kepala yang kaku.
Taehyung memutar kepalanya, memperhatikan ke sekelilingnya seraya mencari sesuatu. Sebuah figura kecil yang dipajang diatas buffet kamar Jungkook menjadi pusat perhatiannya. Figura itulah yang ia cari. Langkahnya mendekati buffet itu lalu menyerbu figura berwarna abu-abu polos dan memandanginya sejenak.

PRRAANG!!

Suara pecahan beling dari kaca di figura yang sengaja dibanting oleh Taehyung membuat Jungkok kembali terkejut. Ia memandang Taehyung dan figura –yang membingkai kisah cintanya dan Jae Rin secara bergantian. Tak ayal membuat Jungkook semakin bingung dengan yang dilakukan oleh Taehyung.

“Taehyung hyung, kau kenapa? Kenapa kau sengaja memba-”

“Karena aku ingin membunuhmu!” sela Taehyung. Kalimat singkat itu membuat kedua bola mata Jungkook membulat seketika. Tubuhnya merinding kala suara serak yang khas dari Taehyung terdengar di indera pendengarannya.

“M-mwo? M-mworago?”

“Masih belum jelas kah?” Taehyung berbalik badan. Pancaran kedua matanya kembali tertuju pada tatapan Jungkook. “Aku ingin membunuhmu Jeon Jungkook!”

“Y-ya! Jangan bercanda hyung.. Ini sudah malam.”

“Aku tidak bercanda. Aku sama sekali tidak bercanda,” Taehyung menggelengkan kepalanya samar.
Jungkook menelan ludah sambil menggenggam erat sandaran kursi kayu yang ada di sisi kanan dengan satu tangannya. Sementara itu, Taehyung berjalan menghampirinya. Ia mencengkram pipi Jungkook dan mendekatkan wajah Jungkook pada wajahnya.

“Karena kau sudah merebut cintaku dongsaeng. Tidak seharusnya kau melakukan itu padaku. TIDAK SEHARUSNYA KAU MEREBUT CINTAKU JEON JUNGKOOK!!” cerca Taehyung dengan amarah yang meluap-luap dan melepaskan cengkramannya dari wajah Jungkook dengan kasar.

Jungkook menyipitkan kedua matanya, “Mwo? A-aku merebut cintamu? Jae Rin kah yang kau maksud? Apa kau mencintainya?”

“Jangan bersikap bodoh di depanku Jungkook!!” bentak Taehyung.

“Tapi aku sama sekali tidak pernah berniat untuk merebut Jae Rin darimu hyung! Bahkan aku tidak tahu kalau kau juga—”

“Jangan berkilah! Aku tidak akan mempercayainya!” Taehyung mengibaskan satu tangannya di udara sambil menggeleng samar.

“Tapi hyung… Ak-”

“Cukup!! Aku tidak akan mendengarkan apapun lagi darimu. Intinya yang kutahu, kau mencintainya dan kau berhasil merebutnya dariku!”

“Jika memang begitu, aku minta maaf hyung… Aku ak—”

“Aku akan membunuhmu Jungkook!” sela Taehyung untuk yang kesekian kalinya. Langkahnya semakin mendekati Jungkook yang berpeluh di keningnya dengan tubuh yang gemetar hebat. Suhu tubuhnya mulai tak terkendali. Membuatnya menjadi panas dingin.
Di antara langkahnya, Taehyung mengambil botol kaca minuman bekas dari saku jaketnya, menggenggamnya pada ujung atas botol. Sontak Jungkook kembali membulatkan kedua matanya.

“K-kau mau apa eoh?” Jungkook memandang Taehyung dan botol kaca itu secara bergantian. Kedua tangannya terulur ke depan, berusaha menahan Taehyung.

PRRAAANG!!

Botol kaca itu dihempaskan ke dinding hingga pecah dan terbelah menjadi dua. Taehyung mengulurkan sisa pecahan botol kaca yang ada di genggamannya ke hadapan Jungkook. Jungkook semakin melangkah mundur dengan terus bergantian menatap Taehyung dan botol kaca itu. Hingga langkahnya terhenti saat punggungnya menyentuh dinding yang dinginnya mampu menembus T-Shirt berwarna putih yang polos dan tipis yang dikenakannya.

“Hyung.. Jangan gila Hyung!!”

“Wae? Memangnya kenapa kalau aku gila? Aku gila pun itu karena kau. Salahmu karena sudah merebut Jae Rin dariku,” Taehyung menaikan dua alisnya tinggi-tinggi, “Dan sekarang kau harus mati Jungkook!!” geramnya.

“Andwae!! Aaa—”

TSSAAHH…

Botol kaca yang ada di genggaman Taehyung dengan ujung bekas pecahan yang tajam itu menusuk perut Jungkook. Masuk menembus kulitnya entah seberapa dalam. Jungkook hanya bisa membulatkan kedua matanya –lagi sambil menahan rasa sakit. Urat nadi di lehernya terlihat begitu jelas kala ia berusaha menghirup oksigen sekuat tenaga. Namun rasa sakitnya justru membuat seluruh tubuhnya tak terkendali. Rasa ngilu, perih, semua berkecamuk menjadi satu.

TSSAAHH…

Dengan kasar Taehyung menarik botol kaca itu dari perut Jungkook.

“AAAAAAAH— Hhhh…” sontak Jungkook menangkat bahu dan kepalanya sambil terus meringis kesakitan. Kini dadanya mengembang-kempis dengan minimnya oksigen yang bisa ia hirup.

Darah segar mulai mengucur keluar dari perutnya, merembes ke T-Shirt yang ia kenakan. Melihat hal itu, Taehyung tersenyum puas.

“Kookie-ya!!” seru seorang yeoja yang tiba-tiba saja masuk ke kamar Jungkook dengan napas yang tersengal-sengal. Melihat sang kekasih sudah hampir sekarat dengan darah yang terus mengucur dari perutnya, membuat Jae Rin sontak membulatkan kedua bola matanya. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di mulut. Lalu bergantian memandang ke arah Taehyung dengan botol kaca yang ikut berlumuran darah dan menetes ke lantai.

Taehyung gelagapan, ia memainkan bola matanya, mencari alasan yang pas untuknya menjelaskan pada Jae Rin agar ia tidak disalahkan dalam kejadian ini. Padahal jelas-jelas ia yang paling bersalah.

“J-Jae Rin-ah, a-aku bisa jelaskan,” ujar Taehyung gugup sambil berjalan hendak menghampiri Jae Rin. Namun Jae Rin menggelengkan kepala dengan gerakan cepat dan melangkahkan kakinya mundur ke belakang.

“Taehyung hyung,” desis Jungkook parau. Taehyung dan Jae Rin masing-masing melepas pandangan dan menoleh ke arah sumber suara.

Jungkook terlihat sedang berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Taehyung. Saat langkahnya berada tepat di depan Taehyung, Jungkook pun menepuk pundak namja itu dan sedikit meremasnya karena rasa sakitnya yang membuatnya harus menahannya. Taehyung memandang Jungkook dengan raut wajah yang datar. Ia sendiri tidak bisa mencerna apa yang telah terjadi.

“T-tolong hyung… A-aku masih i-ingin be-bersamamu. Selamatkan nyawaku. Aku masih ingin mehabiskan waktu, hhhh…” Jungkook menghela napas sekuat yang ia bisa, “Bersamamu. Aku ingin melihatmu b-bahagia hyung… A-aku ingin menebus segala kesalahanku padamu. A-aku…”

Taehyung mendengarkan tanpa menggubris. Bola matanya terus bermain, melihat apa saja yang ingin ia lihat.

“Aku benar-benar meyayangimu, hyung… A-aku… A—”

Tubuh Jungkook terhuyung ke tubuh Taehyung dengan kedua mata yang terpejam. Sontak Taehyung yang terkejut menghempaskan botol kaca itu ke lantai dari genggaman tangannya. Dengan sigap ia menangkap tubuh Jungkook dan membiarkan tubuhnya terhempas duduk di lantai dengan menopang Jungkook dalam pangkuan.

“O-OMO! Kookie-ya! Jungkookie! JUNGKOOK!!” jerit Jae Rin. Ia berjalan dengan langkahnya yang begitu berat menghampiri kedua namja itu.

Taehyung memandangi Jungkook dengan bingung. Ia terus memandangi Jungkook yang mungkin sudah tidak bernyawa itu. Lama kelamaan tatapannya seakan menelusup masuk ke relung hatinya yang terdalam. Ia menerungi apa yang telah terjadi pada malam itu. Dan beberapa saat kemudian, ia tersadar. Tersadar dari apa yang telah ia lakukan pada Jungkook.

Kedua matanya seketika membulat dengan mulut yang menganga, “Kookie-ya, bangun! Kookie!! Jungkookie!! Bangun Jungkook!!” Taehyung mengguncangkan tubuh Jungkook berkali-kali, menyuruhnya untuk bangun, “Jungkook bangun!!! Jungkook!! JUNGKOOK!! JEON JUNGKOOK!!” jeritan Taehyung menggema di seluruh ruangan. diikuti isak tangis Jae Rin.

Tanpa sadar, air mata menetes dari sudut mata Taehyung. Kedua tangannya mendekap Jungkook dengan erat, hingga kepalanya beradu dengan kepala Jungkook, serta pipinya bersentuhan dengan pipi Jungkook. Air matanya pun menetes di pipi Jungkook.

“Kookie-ya, mianhae… Neomu mianhae Jungkook!! Kookie, bangun!! Bangun Kookie!! Kookie!!” ringis Taehyung di tengah derai air mata yang mulai membanjiri pipinya. Sementara Jae Rin terus menangis histeris memandang tubuh kekasihnya yang sudah kaku, dingin dan tak bernyawa.

“Kau harus bertanggung jawab Taehyung! KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB!!” jerit Jae Rin sambil memukuli lengan Taehyung berkali-kali. Namun Taehyung tak menggubrisnya. Ia masih larut dalam sebuah penyesalan, larut dalam kepedihannya yang mengharuskannya kehilangan sosok Jungkook, sahabat sekaligus sosok yang yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri karena kebodohannya sendiri.

Malam semakin larut, hujan di luar semakin deras. Sementara petir terus menyambar bersaut-sautan, membuat malam itu menjadi malam yang paling kelam yang pernah ada di dalam sejarah hidup Taehyung, Jae Rin maupun Jungkook.

-oOo-


Taehyung mencoba untuk menelan ludah, namun tenggorokkannya tercekat. Hingga begitu sakit sekali terasa. Air matanya kembali menetes kala mengingat malam kelam itu. Dadanya mengembang-kempis, karena sulit sekali untuk Taehyung menghirup oksigen di sekitarnya.

Itukah yang dirasakan Jungkook saat ia hampir mati karena ulahnya? Pikir Taehyung seperti itu.
Pandangannya masih tak berpindah dari figura Jungkook di sebuah bilik kecil dintara bilik-bilik kecil lainnya. Sebuah bilik di mana tempat abu kremasi seseorang bersemayam di sana bersama secuil kenangan berupa foto dan barang-barang lainnya. Senyuman Jungkook pada figura itu membuat Taehyung semakin dilanda rasa bersalah.

“Mianhae…” Desisnya parau.

“Kajja!” ujar seorang petugas kepolisian yang berada di samping kiri Taehyung. Para petugas kepolisian yang lainnya pun ikut mengiringi Taehyung kembali ke mobil yang terparkir di parkiran pemakaman.

Taehyung menoleh ke belakang ketika langkahnya sudah hampir berada di dalam ruangan itu.

‘Selamat tinggal Jungkook. Tunggu aku. Suatu hari nanti aku akan menyusulmu.’ Gumamnya dalam hati.

‘Aku akan selalu menunggumu Taehyung hyung…’ Sebuah suara terdengar seiring dengan semilir angin yang tiba-tiba lewat di belakang Taehyung. Sekali lagi Taehyung menoleh ke belakang. Yang terlihat di kedua bola matanya hanyala figura Jungkook di bilik itu. Kemudian langkahnya terus menjauh dari gedung tempat pemakaman itu bersama dengan segala rasa bersalah dan penyesalan 
serta hukuman yang harus ia terima.

Finish. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength