Dark
Night
Han
Rae Hwa
Rating
PG17+ | Vignette | Hurts, Crime | Kim Taehyung (V), Jeon Jungkook, dan Jae Rin
(OC)
Disclaimer: FF ini idenya dari MV nya BTS yang judulnya I Need You (yang ada adegan dimana V nya itu nusuk seorang pria paruh baya pake beling/? bekas pecahan botol gitu). Dan jadilah FF ini ~_~ Semoga suka! ^^
Dark Night
Dengan amarah yag tak terkendali, Taehyung terus berjalan dengan setiap langkahnya yang besar menuju kamar Jungkook. Dengan kasar salah satu tangannya mengibaskan kupluk jaket yang sedari tadi menutupi kepalanya dari hujan gerimis yang turun di luar.
BRRAAKK!!!
Taehyung mendobrak pintu kamar
Jungkook dengan satu kakinya. Sontak hal itu membuat si pemilik kamar kaget
setengah mati. Bahunya terangkat saking kagetnya diiringi dengan gerakan kepala
memutar, mengarah ke arah pintu. Dilihatnya Taehyung yang tengah berdiri di
ambang pintu dengan raut wajah yang menyimpan dendam. Tatapannya begitu tajam
menusuk ke kedua bola matanya. Ia yang tadinya sedang duduk di kusi meja
belajarnya pun langsung bangkit berdiri.
“A-ada apa hyung?” tanya Jungkook
sedikit gugup. Melihat Taehyung yang terus menatapnya dengan tatapan seperti itu
membuat Jungkook menaruh rasa khawatir sekaligus rasa takut yang berkolaborasi
dan berkecamuk di hatinya.
“H-hyung?!” tegur Jungkook ketika ia
tak mendapatkan jawaban dari pertanyannya yang ia ajukan pada Taehyung.
Taehyung tetap tidak bersuara. Ia
lantas langsung berjalan mendekati Jungkook dengan senyumnya yang menyeringai,
terlihat menyeramkan bagi seorang Jungkook. Senyuman yang tak pernah ia lihat
sebelumnya di wajah Taehyung selama ia mengenal sosok yang berusia dua tahun
lebih tua darinya itu.
“Kau tau maksud dari kedatanganku
malam-malam begini?” Taehyung menaikan salah satu alis matanya.
Pertanyaan Taehyung membuat Jungkook menoleh ke arah jam dinding yang sudah
menunjukan pukul 22.00 waktu setempat, lalu ia kembali menoleh ke arah
Taehyung. Jungkook yang tidak tahu jawaban atas pertanyaan Taehyung pun
menggeleng pelan dengan gerakan kepala yang kaku.
Taehyung memutar kepalanya,
memperhatikan ke sekelilingnya seraya mencari sesuatu. Sebuah figura kecil yang
dipajang diatas buffet kamar Jungkook menjadi pusat perhatiannya. Figura itulah
yang ia cari. Langkahnya mendekati buffet itu lalu menyerbu figura berwarna
abu-abu polos dan memandanginya sejenak.
PRRAANG!!
Suara pecahan beling dari kaca di
figura yang sengaja dibanting oleh Taehyung membuat Jungkok kembali terkejut.
Ia memandang Taehyung dan figura –yang membingkai kisah cintanya dan Jae Rin
secara bergantian. Tak ayal membuat Jungkook semakin bingung dengan yang
dilakukan oleh Taehyung.
“Taehyung hyung, kau kenapa? Kenapa
kau sengaja memba-”
“Karena aku ingin membunuhmu!” sela
Taehyung. Kalimat singkat itu membuat kedua bola mata Jungkook membulat
seketika. Tubuhnya merinding kala suara serak yang khas dari Taehyung terdengar
di indera pendengarannya.
“M-mwo? M-mworago?”
“Masih belum jelas kah?” Taehyung
berbalik badan. Pancaran kedua matanya kembali tertuju pada tatapan Jungkook.
“Aku ingin membunuhmu Jeon Jungkook!”
“Y-ya! Jangan bercanda hyung.. Ini
sudah malam.”
“Aku tidak bercanda. Aku sama sekali
tidak bercanda,” Taehyung menggelengkan kepalanya samar.
Jungkook menelan ludah sambil menggenggam erat sandaran kursi kayu yang ada di sisi kanan dengan satu tangannya. Sementara itu, Taehyung berjalan menghampirinya. Ia mencengkram pipi Jungkook dan mendekatkan wajah Jungkook pada wajahnya.
Jungkook menelan ludah sambil menggenggam erat sandaran kursi kayu yang ada di sisi kanan dengan satu tangannya. Sementara itu, Taehyung berjalan menghampirinya. Ia mencengkram pipi Jungkook dan mendekatkan wajah Jungkook pada wajahnya.
“Karena kau sudah merebut cintaku
dongsaeng. Tidak seharusnya kau melakukan itu padaku. TIDAK SEHARUSNYA KAU
MEREBUT CINTAKU JEON JUNGKOOK!!” cerca Taehyung dengan amarah yang meluap-luap
dan melepaskan cengkramannya dari wajah Jungkook dengan kasar.
Jungkook menyipitkan kedua matanya,
“Mwo? A-aku merebut cintamu? Jae Rin kah yang kau maksud? Apa kau
mencintainya?”
“Jangan bersikap bodoh di depanku
Jungkook!!” bentak Taehyung.
“Tapi aku sama sekali tidak pernah
berniat untuk merebut Jae Rin darimu hyung! Bahkan aku tidak tahu kalau kau
juga—”
“Jangan berkilah! Aku tidak akan
mempercayainya!” Taehyung mengibaskan satu tangannya di udara sambil menggeleng
samar.
“Tapi hyung… Ak-”
“Cukup!! Aku tidak akan mendengarkan
apapun lagi darimu. Intinya yang kutahu, kau mencintainya dan kau berhasil
merebutnya dariku!”
“Jika memang begitu, aku minta maaf
hyung… Aku ak—”
“Aku akan membunuhmu Jungkook!” sela
Taehyung untuk yang kesekian kalinya. Langkahnya semakin mendekati Jungkook
yang berpeluh di keningnya dengan tubuh yang gemetar hebat. Suhu tubuhnya mulai
tak terkendali. Membuatnya menjadi panas dingin.
Di antara langkahnya, Taehyung mengambil botol kaca minuman bekas dari saku jaketnya, menggenggamnya pada ujung atas botol. Sontak Jungkook kembali membulatkan kedua matanya.
Di antara langkahnya, Taehyung mengambil botol kaca minuman bekas dari saku jaketnya, menggenggamnya pada ujung atas botol. Sontak Jungkook kembali membulatkan kedua matanya.
“K-kau mau apa eoh?” Jungkook
memandang Taehyung dan botol kaca itu secara bergantian. Kedua tangannya
terulur ke depan, berusaha menahan Taehyung.
PRRAAANG!!
Botol kaca itu dihempaskan ke
dinding hingga pecah dan terbelah menjadi dua. Taehyung mengulurkan sisa
pecahan botol kaca yang ada di genggamannya ke hadapan Jungkook. Jungkook
semakin melangkah mundur dengan terus bergantian menatap Taehyung dan botol
kaca itu. Hingga langkahnya terhenti saat punggungnya menyentuh dinding yang
dinginnya mampu menembus T-Shirt berwarna putih yang polos dan tipis yang
dikenakannya.
“Hyung.. Jangan gila Hyung!!”
“Wae? Memangnya kenapa kalau aku
gila? Aku gila pun itu karena kau. Salahmu karena sudah merebut Jae Rin
dariku,” Taehyung menaikan dua alisnya tinggi-tinggi, “Dan sekarang kau harus
mati Jungkook!!” geramnya.
“Andwae!! Aaa—”
TSSAAHH…
Botol kaca yang ada di genggaman
Taehyung dengan ujung bekas pecahan yang tajam itu menusuk perut Jungkook.
Masuk menembus kulitnya entah seberapa dalam. Jungkook hanya bisa membulatkan
kedua matanya –lagi sambil menahan rasa sakit. Urat nadi di lehernya terlihat
begitu jelas kala ia berusaha menghirup oksigen sekuat tenaga. Namun rasa
sakitnya justru membuat seluruh tubuhnya tak terkendali. Rasa ngilu, perih,
semua berkecamuk menjadi satu.
TSSAAHH…
Dengan kasar Taehyung menarik botol
kaca itu dari perut Jungkook.
“AAAAAAAH— Hhhh…” sontak Jungkook
menangkat bahu dan kepalanya sambil terus meringis kesakitan. Kini dadanya
mengembang-kempis dengan minimnya oksigen yang bisa ia hirup.
Darah segar mulai mengucur keluar
dari perutnya, merembes ke T-Shirt yang ia kenakan. Melihat hal itu, Taehyung
tersenyum puas.
“Kookie-ya!!” seru seorang yeoja
yang tiba-tiba saja masuk ke kamar Jungkook dengan napas yang tersengal-sengal.
Melihat sang kekasih sudah hampir sekarat dengan darah yang terus mengucur dari
perutnya, membuat Jae Rin sontak membulatkan kedua bola matanya. Ia
menangkupkan kedua telapak tangannya di mulut. Lalu bergantian memandang ke
arah Taehyung dengan botol kaca yang ikut berlumuran darah dan menetes ke
lantai.
Taehyung gelagapan, ia memainkan
bola matanya, mencari alasan yang pas untuknya menjelaskan pada Jae Rin agar ia
tidak disalahkan dalam kejadian ini. Padahal jelas-jelas ia yang paling
bersalah.
“J-Jae Rin-ah, a-aku bisa jelaskan,”
ujar Taehyung gugup sambil berjalan hendak menghampiri Jae Rin. Namun Jae Rin
menggelengkan kepala dengan gerakan cepat dan melangkahkan kakinya mundur ke
belakang.
“Taehyung hyung,” desis Jungkook
parau. Taehyung dan Jae Rin masing-masing melepas pandangan dan menoleh ke arah
sumber suara.
Jungkook terlihat sedang berjalan
tergopoh-gopoh menghampiri Taehyung. Saat langkahnya berada tepat di depan
Taehyung, Jungkook pun menepuk pundak namja itu dan sedikit meremasnya karena
rasa sakitnya yang membuatnya harus menahannya. Taehyung memandang Jungkook
dengan raut wajah yang datar. Ia sendiri tidak bisa mencerna apa yang telah
terjadi.
“T-tolong hyung… A-aku masih i-ingin
be-bersamamu. Selamatkan nyawaku. Aku masih ingin mehabiskan waktu, hhhh…”
Jungkook menghela napas sekuat yang ia bisa, “Bersamamu. Aku ingin melihatmu
b-bahagia hyung… A-aku ingin menebus segala kesalahanku padamu. A-aku…”
Taehyung mendengarkan tanpa
menggubris. Bola matanya terus bermain, melihat apa saja yang ingin ia lihat.
“Aku benar-benar meyayangimu, hyung…
A-aku… A—”
Tubuh Jungkook terhuyung ke tubuh
Taehyung dengan kedua mata yang terpejam. Sontak Taehyung yang terkejut
menghempaskan botol kaca itu ke lantai dari genggaman tangannya. Dengan sigap
ia menangkap tubuh Jungkook dan membiarkan tubuhnya terhempas duduk di lantai
dengan menopang Jungkook dalam pangkuan.
“O-OMO! Kookie-ya! Jungkookie!
JUNGKOOK!!” jerit Jae Rin. Ia berjalan dengan langkahnya yang begitu berat
menghampiri kedua namja itu.
Taehyung memandangi Jungkook dengan
bingung. Ia terus memandangi Jungkook yang mungkin sudah tidak bernyawa itu.
Lama kelamaan tatapannya seakan menelusup masuk ke relung hatinya yang
terdalam. Ia menerungi apa yang telah terjadi pada malam itu. Dan beberapa saat
kemudian, ia tersadar. Tersadar dari apa yang telah ia lakukan pada Jungkook.
Kedua matanya seketika membulat
dengan mulut yang menganga, “Kookie-ya, bangun! Kookie!! Jungkookie!! Bangun
Jungkook!!” Taehyung mengguncangkan tubuh Jungkook berkali-kali, menyuruhnya
untuk bangun, “Jungkook bangun!!! Jungkook!! JUNGKOOK!! JEON JUNGKOOK!!”
jeritan Taehyung menggema di seluruh ruangan. diikuti isak tangis Jae Rin.
Tanpa sadar, air mata menetes dari
sudut mata Taehyung. Kedua tangannya mendekap Jungkook dengan erat, hingga
kepalanya beradu dengan kepala Jungkook, serta pipinya bersentuhan dengan pipi
Jungkook. Air matanya pun menetes di pipi Jungkook.
“Kookie-ya, mianhae… Neomu mianhae
Jungkook!! Kookie, bangun!! Bangun Kookie!! Kookie!!” ringis Taehyung di tengah
derai air mata yang mulai membanjiri pipinya. Sementara Jae Rin terus menangis
histeris memandang tubuh kekasihnya yang sudah kaku, dingin dan tak bernyawa.
“Kau harus bertanggung jawab
Taehyung! KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB!!” jerit Jae Rin sambil memukuli lengan
Taehyung berkali-kali. Namun Taehyung tak menggubrisnya. Ia masih larut dalam
sebuah penyesalan, larut dalam kepedihannya yang mengharuskannya kehilangan
sosok Jungkook, sahabat sekaligus sosok yang yang sudah ia anggap sebagai adik
kandungnya sendiri karena kebodohannya sendiri.
Malam semakin larut, hujan di luar
semakin deras. Sementara petir terus menyambar bersaut-sautan, membuat malam
itu menjadi malam yang paling kelam yang pernah ada di dalam sejarah hidup
Taehyung, Jae Rin maupun Jungkook.
-oOo-
Taehyung mencoba untuk menelan
ludah, namun tenggorokkannya tercekat. Hingga begitu sakit sekali terasa. Air
matanya kembali menetes kala mengingat malam kelam itu. Dadanya
mengembang-kempis, karena sulit sekali untuk Taehyung menghirup oksigen di
sekitarnya.
Itukah yang dirasakan Jungkook saat
ia hampir mati karena ulahnya? Pikir Taehyung seperti itu.
Pandangannya masih tak berpindah dari
figura Jungkook di sebuah bilik kecil dintara bilik-bilik kecil lainnya. Sebuah
bilik di mana tempat abu kremasi seseorang bersemayam di sana bersama secuil
kenangan berupa foto dan barang-barang lainnya. Senyuman Jungkook pada figura
itu membuat Taehyung semakin dilanda rasa bersalah.
“Mianhae…” Desisnya parau.
“Kajja!” ujar seorang petugas
kepolisian yang berada di samping kiri Taehyung. Para petugas kepolisian yang
lainnya pun ikut mengiringi Taehyung kembali ke mobil yang terparkir di
parkiran pemakaman.
Taehyung menoleh ke belakang ketika
langkahnya sudah hampir berada di dalam ruangan itu.
‘Selamat tinggal Jungkook. Tunggu
aku. Suatu hari nanti aku akan menyusulmu.’ Gumamnya dalam hati.
‘Aku akan selalu menunggumu Taehyung
hyung…’ Sebuah suara terdengar seiring dengan semilir angin yang tiba-tiba
lewat di belakang Taehyung. Sekali lagi Taehyung menoleh ke belakang. Yang
terlihat di kedua bola matanya hanyala figura Jungkook di bilik itu. Kemudian
langkahnya terus menjauh dari gedung tempat pemakaman itu bersama dengan segala
rasa bersalah dan penyesalan
serta hukuman yang harus ia terima.
Finish.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar