Senin, 28 Juli 2014

[FF] TWINS

Title: Twins
Author: Han Rae Hwa
Rating: T
Genre: Romance
Cast:
- Jo Youngmin 'Boyfriend' as Youngmin
- Jo Kwangmin 'Boyfriend' as Kwangmin
- Park Chorong 'A Pink' as Chorong
- Son Naeun 'A Pink' as Naun
Other cast:
- Jo Hyunmin (Jo Twins Dongsaeng) as Hyunmin
- Boyfriend member
- Other cast after you read ^^


Note: Maaf kalo ada typo yang bertebaran dan mungkin jalan ceritanya membingungkan atau mungkin agak tijel mohon dimaklumi ;;)

Happy reading Chingu-deul ^^


Author POV

   Terkadang menjadi anak kembar itu bisa menguntungkan.. Dan bahkan bisa juga merugikan..


   Youngmin dan Kwangmin saling berfikir satu sama lain.
   "Hyung, bagaimana jika kita bertukar tempat."
   "Mwo? Apa yg kau bicarakan Kwangmin-ah?"
   "Ya, kita bertukar tempat. Kau bilang kan kau tidak mau mengikuti pertandingan basket itu. Jadi, biar aku saja yang mengikutinya. Kau tinggal ajarkan aku strateginya seperti apa. Nanti, biar kau yang mengikuti perlombaan dance itu. Aku akan memberitahumu koreografi nya seperti apa. Ottokhae?"
   "Tapi kan!?"

   "Sudahlah.. Ikuti saja apa yg aku katakan." Kwangmin berlalu meninggalkan Youngmin yang masih ternganga.


   Hari ini perlombaan dance dan tournamen basket yang diikuti oleh Youngmin dan Kwangmin diselenggarakan. Keduanya saling menyemangati satu sama lain. Kedua orang tua nya pun sama-sama memberi dukungan dan mengantarkan mereka ke masing-masing tempat perlombaan.

   "Hwaiting Kwangmin-ah.." Ucap Eomma Jo Twins.

   Youngmin mengedipkan sebelah matanya kepada Kwangmin.

   Kwangmin yang sama sekali tidak bisa mengedipkan sebelah matanya hanya tersenyum kepada hyung nya. Youngmin yang sedang menyamar sebagai Kwangmin pun berlalu dari mereka dan memasuki tempat perlombaan dance disebuah gedung.

   "Hwaiting Youngmin-ah.."

   Kwangmin tersenyum kepada Eomma dan Appanya sembari membuka pintu mobil. Ia melambaikan tangannya.


   "Hey Youngmin-ah.. Siap tanding basket dengan team kami?" Tanya Gongchan saat Kwangmin memasuki ruang tanding.

   "Tentu saja aku siap. Kau fikir, aku akan takut jika berhadapan dengan team mu?"

   Gongchan menatap Kwangmin dengan sinis. Kwangmin hanya tersenyum dan meninggalkan Gongchan dengan team nya.


   Sementara itu, di tempat perlombaan dance, Youngmin pun memulainya dengan pemanasan.

   "Hey Kwangmin hyung! Siap untuk perlombaan dance hari ini?" Sapa Minwoo dengan semangat.

   Awalnya Youngmin tidak berkutik. Namun ia tersadar jika dirinya sedang bertukar tempat dengan Kwangmin.

   "A, ne Minwoo-ya aku siap." Youngmin tersenyum.

   Perlombaan dimulai dengan nomor peserta pertama. Disusul dengan group Youngmin yang beranggotakan dirinya, Minwoo, Donghyun, Jeongmin dan Junggigo. Semua penonton termasuk para juri sangat terpukau dgn penampilan kelima namja itu.

   Semua bertepuk tangan saat Youngmin dan grup nya selesai menampilkan dance mereka.


   Kwangmin mulai mendrible bola. Ia mendrible bola menuju Hyunseong yang sudah menunggu operannya. Begitu juga dengan Madclown. Mereka bermain dengan begitu lincah. Team Kwangmin terdiri dari dirinya, Hyunseong, Jungjae, Madclown, Kwill dan Jooyoung. Dengan lawannya team Gongchan yg sama-sama terdiri dari 6 orang.

   Peluit terakhir dibunyikan tanda permainan sudah selesai. Kwangmin senang karna teamnya berhasil mencetak point sebanyak dari teamnya Gongchan.

   Dari kejauhan, Gongchan menatap sinis team lawannya terutama Kwangmin. Gongchan tidak terima jika teamnya dikalahkan oleh teamnya Kwangmin. Ia membuang botol mineralnya dengan sengaja dan meninggalkan arena pertandingan.



   Didepan pintu, Youngmin dan Kwangmin bertukar piala atas kemenangannya dalam masing-masing perlombaan. Mereka bertatapan dan tersenyum. Youngmin merangkul pundak adik kembarnya.

   Eomma dan Appa Jo Twins menatap dengan bangga kedua anak kembarnya yang telah memenangkan perlombaan.

   "Eomma dan Appa bangga dengan kalian berdua." Mereka mengelus kepala Jo Twins.

***

   "Hyung.. Besok bertukar tempat lagi, ne!?"

   "Mworago? Untuk apa? Aku tidak mau!" Youngmin meneruskan membaca

   "Ayolah hyung . Besok ada seminar dan aku malas mengikuti seminar itu."

   "Memangnya seminar apa?" Tanya Youngmin tanpa menoleh

   "Seminar untuk melanjutkan kuliah di Universitas yg kau inginkan."

   Youngmin menoleh dan menatap Kwangmin dengan tatapan yang penuh arti.


   Brukk..

   "A, mianhaeyo.." Ucap seorang yeoja

   Youngmin menunduk dan mengambil buku-buku yang terjatuh dilantai. Yeoja dihadapannya tersenyum dan mengambilkan sebuah buku dan memberinya kepada Youngmin.

   Yeoja itu membungkukkan tubuhnya, "Sekali lagi, aku minta maaf."

   "Ah, ne. Gwaenchana. Ng.. Gomawo." Youngmin membungkukkan badan, dan yeoja itu tersenyum lalu berlalu darinya. Youngmin memperhatikan yeoja itu dari jauh.


   Youngmin merebahkan dirinya ditempat tidur Kwangmin.

   "Bagaimana hari ini?" Tanya Kwangmin sambil asik bermain game

   "Melelahkan. Oh ya.." Youngmin bangkit dan berposisi duduk, "Siapa yeoja itu?"

   "Mwo? Yeoja siapa?" Kwangmin menoleh

   "Ah, ne. Bagaimana ya menjelaskannya!? Aku tadi bertemu seorang yeoja. Dia cantik dan manis. Rambutnya hitam, panjang dan berponi kedepan. Tapi aku tidak tau siapa dia."

   "Hmm.. Mungkin dia Namjoo, Yookyung, Hayoung, Chorong atau siapa ya?"

   Youngmin kembali merebahkan dirinya setelah melihat Kwangmin yg sibuk menebak-nebak siapa yeoja yang ia maksud.

***

   "Youngmin-ah.."

   Naeun menghampiri Youngmin dan memberikan sapu tangan milik Youngmin.

   "Mwo?"

   "Gomawo karena kemarin kau sudah memberiku minuman saat aku selesai olahraga. Dan.. Ini, sapu tangan milikmu. Sekali lagi terimakasih banyak." Naeun membungkukkan badannya.

   'Aigoo.. Kwangmin!! Kenapa dia tidak bilang jika ia bertemu dengan Naeun.' Batin Youngmin.

   "Ah, ne. Cheonmaneyo. Ambil saja sapu tangan milikku." Youngmin berlalu dari Naeun yang terus memperhatikan kepergian Youngmin.


   Naeun terus melamun dan mengaduk-aduk minumannya. Dihadapannya terdapat Chorong yang dengan lahap makan pasta semangkuk penuh.

   Naeun dan Chorong bersahabat sejak kecil. Naeun sudah menganggap Chorong sebagai kakaknya sendiri. Rumah mereka pun berdampingan. Dan orang tuanya saling mengenal satu sama lain. Hanya saja mereka berbeda sekolah.

   "Hey, kenapa kau melamun seperti itu? Apa ada masalah disekolahmu?"

   "Kemarin aku dihukum oleh songsaengnim karena aku telat kelapangan. Padahal kan aku hanya telat lima menit." Naeun mengacungkan tangannya dihadapan Naeun.

   "Benarkah? Kasihan sekali kau dongsaeng. Lalu, kau dihukum apa!?"

   "Aku disuruh lari keliling lapangan dua kali putaran. Ditambah materi olahraga kemarin adalah lari estafet. Dan itu sangat melelahkan. Tapi, saat aku kelelahan, Youngmin datang dan memberikanku minuman dan juga memberiku sapu tangannya."

   Chorong menyeruput minumannya.

   "Tapi agak aneh. Pertama kali ku mengenalnya, dia orangnya dingin. Tapi tiba-tiba saja dia berbaik hati seperti itu padaku."

   "Yaa mungkin saja dia tidak tega melihatmu kelelahan."

   "Begitu ya? Hmm.. Seperti nya aku menyukainya, Eonni.." Naeun tersenyum malu

   "Aa, begitu ne!? Hmm.. Sepertinya aku juga menyukai seseorang disekolahku.." Chorong pun ikut tersipu malu

   "Jinjja? Siapa orang nya? Ceritakan padaku Eonni!! Ceritakan!!" Naeun menggoyang-goyangkan tangan Chorong.

   Chorong tersenyum lalu menceritakan tentang seseorang yg ia sukai itu. Mereka pun larut dalam perbincangan hangat.

***

TBC~


Sabtu, 26 Juli 2014

[FF] Last Love part 2



 Last Love part 2

   Youngmin terus menggandeng tanganku dan membawa ke suatu tempat. Mataku terbelalak saat Youngmin menghentikan mobilnya didepan kedai ice cream yang cukup terkenal disini. Youngmin menyuruhku untuk turun dan mengikuti langkahnya. Tentu saja aku heran. Untuk apa Youngmin membawaku kesini.
   Youngmin memintaku untuk duduk dikursi yang berhadapan dengannya.
   "Pesan semua makanan yang kau suka."
   "Mworago? Kau ingin membuatku gendut dengan memesan semua makanan manis ini?"
   Youngmin menyenderkan tubuhnya, "Ani. Aku hanya ingin membuatmu merasa senang. Palli! Pesanlah!" Gertak Youngmin yang membuatku agak kaget
   "Hmm.. Baiklah jika itu yang kau mau."
   Aku memanggil seorang pelayan dan memesan makanan padanya. Semua makanan disini adalah dessert. Semacam cake dan menu utamanya yaitu ice cream. Aku memesan beberapa cake yang ada di menu. Tidak ketiggalan aku memesan ice cream dengan varian rasa.

   Setelah pesananku datang, aku segera memakannya dengan lahap.
   "Apa kau tidak bisa makan dengan perlahan? Kau bisa tersedak Hyeonji-ya.."
   Aku tidak menghiraukan perkataan Youngmin dan terus melanjutkan makan. Saat hendak mengambil cake rasa keju, tiba-tiba air mataku berlinang.
   "Hyeonji-ya.. Waeyo? Neo gwaenchanayo?"
   "Ani.." Jawabku pelan, "Aku hanya teringat Kwangmin. Dia selalu membelikanku cake keju dan selalu menyuapiku."
   Youngmin meraih garpu dan memotong kecil cake keju dipiring lalu menyuapi ke dalam mulutku.
   "Jika Kwangmin bisa melakukannya, aku pun bisa melakukan hal yang sama. Ayo, buka mulutmu. Aaaaa..."
   Aku menyeka air mataku lalu perlahan membuka mulut dan memakan cake yang disuapi Youngmin. Aku tersenyum.
   "Cepat habiskan makananmu. Kita akan pergi ke suatu tempat."
   Aku menoleh ke arah Youngmin lalu mengangguk dan segera memghabiskan semua makan yang ada dimeja.

   Youngmin melanjutkan lagi menyetir mobilnya setelah dari kedai ice cream. Aku menikmati perjalan yang menurutku cukup menyenangkan. Sengaja kubuka kaca mobilnya agar udara segar bisa langsung kunikmati.
   Youngmin kembali memarkir mobilnya dan mengajakku untuk turun. Saat turun dari mobil, udara segar langsung menyapaku. Dan aku baru tersadar kalau aku dan Youngmin sedang berada dipantai sekarang. Youngmin menggandeng tanganku dan membawaku ke hamparan pasir putih di tepi pantai.

   Aku melepaskan genggaman tangan Youngmin dan berlarian disekitar pantai sambil bermain air ditepian. Kulihat Youngmin hanya tersenyum melihat kelakuanku yang seperti anak kecil ini. Hembusan angin terus menerpa tubuhku hingga rambutku berterbangan dan berantakan.
   Ia menghampiriku dan kedua tangannya meraangkum wajahku, dikedua sisi pipi dan rahangku. Aku bisa lihat sepasang mata Youngmin yang menatap ke arah mataku. Entah kenapa aku merasa deg-deg'an. Perlahan wajahnya mulai mendekati wajahku. Matanya mulai terpejam. Bisa kurasakan hembusan nafasnya yang seketika menerpa ke wajahku dan membuatku merasa hangat. Kemudian Youngmin menempelkan bibirnya dibibirku. Mataku terbelalak. Aku terdiam mematung. Ciuman itu terasa lembut dan hangat. Selembut dan sehangat sepasang tangan yang melingkari wajahku. Tanpa terasa aku mulai memejamkan mata. Hembusan angin terus menerpa tubuh kami. Perlahan matahari mulai menghilang dan membuat perubahan warna langit menjadi sangat indah.
   Tak lama Youngmin membuka matanya dan berhenti menciumku. Kedua tangannya kini mennggenggam tanganku lalu sepasang matanya menatapku. Sungguh, tatapan mata itu tidak jauh berbeda dengan tatapan mata yang dulu pernah menghiasi pandangan mataku. Perlahan air mataku berlinang ke pipiku. Youngmin melepaskan menggaman tangannya dan menghapus air mata dipipiku.
   "Uljima Hyeonji-ya.." Hanya itu yang Youngmin katakan.
   Ia mulai menyunggingkan senyumnya. Tapi ada yang berbeda dari senyuman itu. Wajahnya kini mulai memucat. Tatapan matanya mulai sendu. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang begitu berat. Kuusap wajahnya, lalu ia menyentuh kedua tanganku. Perlahan mata indah itu terpejam. Youngmin terjatuh dipelukkanku dan akhirnya kubaringkan dipasir karena aku mulai kehilangan keseimbangan.
   "Youngmin... Youngmin-ah.. I-ireona.. Youngmin-ah.." Aku menggoyang-goyangkan tubuh Youngmin, berusaha membangunkannya. Tapi Youngmin sama sekali tidak merespon sekalipun aku sudah berteriak memanggil namanya.
   Kusambar handphone disaku lalu menghubungi Donghyun untuk memintanya datang kesini.

   Hampir setengah jam, akhirnya Donghyun ditemani Hyunseog datang dan membawa Youngmin ke RS terdekat. Beberapa perawat membawa Youngmin ke sebuah ruangan.
   "Aku mau masuk kedalam! Aku mau melihat keadaan Youngmin!! Buka pintunya!!" Aku berteriak meminta agar pintu itu terbuka. Tapi Donghyun menarik tubuhku dari belakang.
   Donghyun menngenggam salah satuntanganku, "Biar ku antar kau pulang."
   Aku mulai meronta-ronta, berusaha melepaskan genggaman tangan Donghyun yang erat.
   "Lepaskan!! Aku tidak mau pulang!! Aku mau disini bersama Youngmin!!"
   "Biar kami yang mengurus Youngmin. Kau tidak perlu khawatir. Kaja!" Kini Donghyun justru merangkul pundakku. Ia membawaku pulang kerumah.
Hyeonji POV end ~

***
Author POV

   Keesokan harinya..
   Hyeonji menatap ke arah namja yang sangat ia kenal. Namja itu tersenyum lalu duduk disamping Hyeonji seperti biasa. Hyeonji menatapnya dengan perasaan khawatir. Tapi seketika tatapannya berubah saat ia mengingat peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa kekasihnya, Kwangmin. Ia mengalihkan pandangannya dari Youngmin.
   "Gomawo.."
   "Mworago?" Hyeonji menoleh ke arah Youngmin
   "Karena kau sudah menolongku kemarin."
   "A-aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan." Hyeonji mengalihkan pandangannya lagi.
   Youngmin hanya tersenyum kecil lalu mengeluarkan buku pelajaran dari dalam tas nya.
   "Ng... Neo gwaenchanayo?"
   "Nan gwaenchana." Jawab Youngmin singkat.

   Hari ini Hyeonji dan Youngmin harus mengikuti pelajaran tambahan untuk kelasnya. Khusus untuk hari ini. Dan akan selesai pada pukul 15.00 sore. Seperti biasa, Youngmin menemani Hyeonji pulang kerumah. Tapi sebelum pulang, Hyeonji meminta Youngmin untuk menemaninya ke toko buku.
   Setelah selesai membeli beberapa buku, Hyeonji dan Youngmin melanjutkan perjalanan pulang.
   "Hey yeoja.. Kau sangat manis. Maukah kau ikut dengan kami? Kita akan bersenang-senang." Colek salah satu namja pada Hyeonji, yang sedang mabuk.
   "Jangan diam saja. Ayo ikut kami!" Salah seorang menggenggan tangan Hyeonji.
   "A-ani. Lepaskan!!" Gumam Hyeonji ketakutan.
   Youngmin yang sedang mengikat tali sepatu yang terlepas, tersadar kalau Hyeonji sedang diganggu. Ia berlari ke arah Hyeonji dan mendekapnya.
   "Hey, jangan mengganggunya!! Dia pacarku!!"
   Sontak mata Hyeonji terbelalak.
   "Kau ini mengganggu saja." Ucap namja yang lain, lalu mereka pergi.
   Youngmin melepaskan dekapannya. Ia merangkum ke sisi pipi dan rahang -ani..Hyeonji.
   "Neo gwaenchanayo Hyeonji-ya?" Tatap Youngmin.
   Hyeonji terdiam. Jantungnya berdetak tak karuan. Matanya lekat menatap Youngmin yang ada dihadapannya. Ia menggeleng dengan pelan.
   "Syukurlah.. Kaja!" Youngmin menggenggam tangan Hyeonji dan melanjutkan perjalanan pulang yang sempat tertunda.
   Dari belakang, Hyeonji terus memperhatikan namja yang masih menggenggam tangannya.
Author POV end~

***
Hyeonji POV

   Hari ini Youngmin mengajakku ke taman. Udaranya sangat segar. Banyak pohon rindang yang menambah taman menjadi sangat sejuk. Aku dan Youngmin duduk disalah satu kursi panjang tepat di bawah salah satu pohon yang rindang. Angin mampu menerbangkan rambutku dan membuatnya sedikit berantakan.
   Aku melirik ke arah Youngmin yang duduk disebelah kananku. Ia memejamkan matanya sambil tersenyum dan menikmati udara ditaman.
   "... donna shitaga kitaate zutto sobani iruyo.. Utsuri yukumono soraomi agenagara.." (mian kalo salah tulis)
   Youngmin menyanyikan sebuah lagu mellow dengan sangat indah. Matanya masih terpejam. Aku mulai terbuai dengan suara indahnya.
   "Suaramu indah.."
   "Geuraeyo?" Youngmin menoleh ke arahku.
   Aku mengangguk.
   "Tapi lebih bagus suara Kwangmin kan!? Dia kan seorang rapper. Banyak yang bilang Kwangmi akan tampak lebih keren jika ia sedang nge'rapp saat berada di panggung. Geuraeyo?"
   "Ne.. Tapi kau juga. Suaramu mempunyai ciri khas sendiri Youngmin-ah.."
   Youngmim tidak menjawab. Ia hanya tersenyum san kembali memejamkan matanya.
   Pelahan, aku pun ikut memejamkan mata. Namun tiba-tiba jantungku berdetak lebih kencang saat ada yang menyentuh bibirku dengan bibir seseorang. Kubiarkan mataku yang masih terpejam. Hingga beberapa menit ia menjauhkan bibirnya dari bibirku. Aku membuka mata dan melihat Youngmkn sudah berdiri.
   "Kaja. Kita pulang.." Youngmin berjalan mendahuluiku yang masih terdiam. Perlahan aku bangun dan berjalan menyusul Youngmin.

***
TBC~


Sabtu, 05 Juli 2014

[FF] You're My Lady part 2


You're My Lady part 2




        Youngmin membayar makanan yang ia pesan lalu membawanya ke sebuah meja kosong didekat jendela. Namun ia berubah fikiran saat matanya tertuju pada Jira yang sedang menikmati pemandangan diluar cafe lewat jendela dengan secangkir cappucino hangat. Youngmin menghampirinya.
        “Annyeong haseyo Jira-ya. Sudah lama kita tidak bertemu. Kau apa kabar?”
        Jira terkejut dengan kehadiran Youngmin. Ia menyunggingkan senyum lalu membalas sapaan Youngmin, “Annyeong haseyo Youngmin-ah. Kabarku baik.”
        “Maaf jika aku tiba-tiba datang. Aku akan pergi jika kau merasa terganggu dengan kehadiranku.”
        “Gwaenchana. Duduklah..”
        Youngmin pun tersenyum, lalu memandang kotak musik milik Jira dimeja, “Sepertinya aku sering melihat kau selalu membawa kotak musik itu kemana-mana.”
        Jira menatap kotak musiknya. Ia mencoba tesenyum. “Ini pemberian kekasihku beberapa minggu yang lalu sebelum ia kecelakaan.” Jira menggenggam kotak musiknya lalu menatapnya dalam-dalam
        “Pantas saja. Sepertinya sangat berharga ya? Lalu, bagaimana keadaan kekasihmu saat ini?”
        “Ne. Ini sangat berharga untukku. Dia..” Jira tak melanjutkan kata-katanya. Dadanya terasa sangat sesak jika harus mengatakan yang berhubungan dengan sang kekasihnya, yang kini berada tepat dihadapannya. Ia hanya tersenyum tipis lalu menunduk.
        “Baiklah jika kau tidak ingin berbagi denganku.” Youngmin melanjutkan makannya
        Jira mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Kini senyumnya lebih terlihat, “Dia mengalami amnesia dan.. Dia tidak mengingatku sama sekali.” Youngmin terkejut dan menghentikan makannya, sementara Jira menahan ari matanya agar tidak menetes.
        Youngmin mengelus tangan Jira lalu menatapnya. Ada getaran yang terasa dihati keduanya.
        “Mianhaeyo sudah membuatmu sedih.”
        Youngmin tidak mengetahui jika orang yang dimaksud Jira adalah dirinya. Sebenarnya Jira ingin sekali mengutarakan seluruh isi hatinya kepada Youngmin. Namun, Jira tidak ingin membuat keadaan Youngmin jadi memburuk. Jira hanya bisa menahan dirinya dan tetap memendamnya.
        “Mian, aku harus pergi. Gal geo ye yo..” Jira mengambil tas dan kotak musiknya lalu pergi. Youngmin hanya menatapnya.

        Eunri masuk kedalam cafe saat Jira hendak keluar. Eunri langsung menghampiri kekasihnya yang masih menjadi kekasih Jira. Eunri menghampiri Youngmin lalu mengecup pipi kekasihnya itu kemudian duduk dibangku yang kosong, disamping Youngmin.
        “Annyeong haseyo chagiya. Ini milik siapa? Apa kau sedang makan bersama orang lain?” tanya Eunri ketika ia melihat secangkir cappucino yang masih tersisa.
        “Aaa itu milik temanku. Tadi aku tidak sengaja melihatnya, lalu kita mengobrol sebentar. Tapi ia sudah pergi.”
        Eunri menganggukkan kepalanya, lalu memesan beberapa makanan kecil dan minuman kepada pelayan cafe.
        “Apa kau sudah memesan baju pernikahan kita?”
        “Ne. Kemarin aku dan Kwangmin sudah memesan baju. Hari ini kau harus melihat baju pemgantinnya.”
        “Baiklah." Eunri tersenyum.


        Ada perasaan aneh yang Youngmin rasakan saat Jira menceritakan tentang kekasihnya. Ada yang berbeda, tapi Youngmin sendiripun masih bingung. Youngmin larut dalam lamunannya tentang Jira. Dirinya selalu merasa nyaman saat berada disisi Jira. Berbeda sekali saat sedang berada disisi Eunri. Jika dibandingkan, Jira lebih masuk ke kriteria perempuan idamannya dibandingkan Eunri. Ia lebih menyukai wanita sederhana namun terlihat sangat manis dan baik hati, dan sifat itu terdapat pada Jira, bukan di Eunri. Youngmin merasa Eunri itu adalah perempuan yang agak centil dan selalu memampilkan sisi mewahnya, dan Youngmin tidak memyukainya 
        “ Youngmin-ah kenapa kau melamun seperti itu? Sedang melamunkan pernikahanmu dengan Eunri!?”
        “Aniya, Kwangmin-ah. Kau tahu? Aku tidak mengerti dengan perasaanku saat ini.”
        “Maksudmu apa hyung? Aku sama sekali tidak mengerti.” Kwangmin menatap hyung nya.
        “Aku merasa jika berada didekat Jira, hatiku menjadi tenang dan aku merasa sangat nyaman. Berbeda sekali saat aku berada disisi Eunri.”
        Deg.. Jantung Kwangmin berdetak lebih kencang dari sebelumnya, matanya terbelakak.
        “Dan kau tau? Kriteria kekasih idamanku adalah seperti yang dimiliki oleh Jira, bukan Eunri. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa menyukai Eunri dan akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini.”
        Kwangmin tidak tau harus berbicara apa, ia terdiam. Berusaha mencari alasan yang  tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari hyung nya.
        “Aaaa Youngmin-ah, aku baru ingat jika aku harus bertemu dengan temanku sore ini ditaman. Kita bicarakan ini nanti saja, ne? Mianhae hyung. Gal geo ye yo.”
             “Selalu saja seperti itu. Dasar Kwangmin..”

*

        Tidak terasa waktu dengan cepat berlalu. Kecelakaan yang mengakibatkan Youngmin amnesia sudah lewat selama tiga bulan yang lalu. Jira tidak percaya jika kekasih yang sangat ia cintai harus bersanding dipelaminan bersama perempuan lain. Ia sangat menyesal telah menyia-nyiakan waktunya selama ini. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain hanya pasrah.
        Malam ini Kwangmin menemui Jira yang sedang merenung dikamarnya. Ia duduk disamping Jira ditepi tempat tidur.
        “Mianhaeyo Jira-ya, sejauh ini aku sudah gagal membantumu untuk  mengembalikan ingatan Youngmin tentangmu.”
        “Kau tidak perlu minta maaf Kwangmin-ah. Justru aku ingin berterima kasih karena selama ini kau dan yang lain sudah membantuku, dan selama ini pun kalian yang selalu membuat aku tersenyum bahkan tertawa untuk melupakan semua beban hidupku.” Jira berusaha tersenyum walaupun hatinya terasa sakit.
        “Kau harus bisa menggagalkan pernikahan Youngmin dengan Eunri, Jira-ya!?”
        “Untuk apa? Aku tidak ada hak untuk menggagalkan pernikahan mereka. Walaupun aku menggagalkannya, tapi Youngmin tetap saja tidak ingat siapa diriku kan? Itu sama saja aku melakukan hal bodoh.”
Kwangmin menunduk.
        Jira menyeka air matanya yang berlinang. “Besok aku akan pergi ke Amerika. Mungkin aku akan menetap disana dan tinggal bersama saudaraku. Aku titip salam untuk Youngmin. Bilang padanya semoga ia bahagia dengan perempuan yang akan ia nikahi besok. Aku pasti akan selalu merindukan kalian..”
        “Mwo?” Kwangmin mengangat kepalanya, menatap Jira dengan lekat, Kau gila? Kau akan pergi dan meninggalkan Youngmin? Meninggalkan aku dan juga member Boyfriend yang lain?”
        “Mianhae Kwangmin-ah. Tapi keputusanku sudah bulat. Jika aku terus berada disini, hatiku pasti akan tambah sakit. Apalagi setelah melihatnya sudah menjadi seorang suami perempuan lain. aku tidak sanggup menahan rasa sakitnya lagi Kwangmin-ah..” Tangannya menyentuh dadanya.
        Kwangmin menghapus air mata Jira. Ia mendekap tubuh kekasih hyung nya itu dan berusaha untuk menenangkannya.
        “Jika itu yang terbaik untukmu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku akan selalu mendoakanmu Jira-ya. Aku yakin kau pasti akan bahagia walau tidak bersama hyung..”
        Jira melepaskan pelukan Kwangmin. “Ne Kwangmin-ah. Mianhae jika selama ini aku telah merepotkanmu dan juga member Boyfriend yang lainnya. Salam juga untuk mereka. Aku berjanji, aku tidak akan melupakan kebaikan kalian semua.”
        Kwangmin mengangguk lalu tersenyum.


        Malam semakin larut, namun Jira tak kunjung tertidur. Ia menata ke langit yang penuh dengan bintang, ia memejamkan matanya.

Flashback
             Youngmin mengajak Jira untuk menikmati indahnya pemandangan langit malam disebuah bukit. Dibawanya sebuah teropong agar Jira bisa melihat bintang-bintang dengan jelas. Tangannya menyentuh pipi Jira dengan perlahan, wajahnya ia dekatkan ke wajah Jira. Bibir mereka saling bersentuhan. Mata mereka terpejam sambil terus menikmatinya. Lalu Youngmin memeluk Jira dengan erat. Jira membalas pelukan Youngmin.
        “Aku berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkanmu Jira-ya. Aku berjanji.”
        “Saranghaeyo Youngmin-ah.."     
        “Saranghaeyo Jira-ya..”
Flashback end

        Air mata kembali membasahi kedua pipinya. Sebuah kenyataan pahit yang harus ia terima dengan sebuah kelapangan dada. Dengan berat hati, Jira mengorbankan dirinya sendiri demi kondisi orang yang ia cintai. Jira rela jika hatinya sakit demi menjaga kesehatan dan kondisi Youngmin, ia sangat tidak ingin jika Youngmin harus merasakan sakit lagi.
        Dengan sangat terpaksa, Jira kembali membereskan barang-barangnya yang akan ia bawa ke Amerika. Selesai mengecek barang-barang yang akan ia bawa besok, Jira memaksa dirinya untuk tidur.

Dirumah Jo Twins.
        Kwangmin melihat hyung nya yang sedang gelisah. Kwangmin ingin sekali menjelaskan semuanya yang Youngmin tidak ketahui, mengingat keadaan Jira yang sangat memprihatinkan saat ini. Namun, ia juga tidak ingin membuat kondisi kesehatan Youngmin memburuk.
        “Aaa Kwangmin-ah, dari mana saja kau. Aku sangat memerlukannmu..”
        “Waeyo hyung?”
        “Sejak tadi hatiku merasa sangat gelisah dan tidak tenang Kwang..”
        “Kau jangan terlalu memikirkan hal-hal yang berat hyung. Besok kan kau akan melangsungkan pernikahan dengan Eunri.”
        “Tapi aku merasa hatiku...”
        “Sudahlah hyung, tak ada yang perlu kau khawatirkan.” Sela Kwangmin.
        “Akhir-akhir ini aku sering memimpikan Jira. Didalam mimpiku, aku dan dia seperti pasangan kekasih yang saling mencintai satu sama lain.”
        “Hyung, sebaiknya kau istirahat. Aku juga ingin segera istirahat. Aku lelah. Jaljayo..” Kwangmin meninggalkan Youngmin yang masih terdiam.

*

             Youngmin terlihat sangat tampan dengan kemeja putih dan jass berwarna hitam yang ia kenakan. Ditatapnya bayangan dirinya dicermin, memastikan jika dirinya tidak kekurangan apapun dari segi penampilan.
        “Kau sangat tampan hyung. Jika aku menjadi Eunri, aku sudah menikahimu dari dulu.”
        “Aish, jinjja!” Youngmin menjitak kepala kembarannya dengan pelan.
        “Aduh..” Kwangmin mengelus kepalanya yang kesakitan.


        Youngmin berjalan seiringan dengan Eunri. Eunri nampak cantik mengenakan gaun pengantin dengan warna putih yang sepadan dengan kemeja yang dikenakan Youngmin. Tangan mereka saling bergandengan. Ditangan kiri Eunri menggenggam buket bunga pengantin miliknya. Eunri tersenyum bahagia, namun tidak dengan Youngmin. Ia justru berusaha menutupi kegelisahannya dihari pernikahannya dengan Eunri. Hatinya bimbang, gundah gulana. Apakah keputusannya menikah dengan Eunri itu tepat? Batinnya.

        Kwangmin kembali memastikan jika Jira tidak benar-benar pergi ke Amerika. Namun, Jira tetap pada pendiriannya. Tepat pukul 14.00 pesawat yang akan membawa Jira ke Amerika lepas landas. Kwangmin mengendarai motor sportnya dengan kecepatan maksimal menuju gereja tempat hyung nya akan mengikrarkan janjinya sehidup semati bersama Eunri. Ia bersyukur karena apartemen Jira tidak terlalu jauh dengan gereja itu.

        Langkah Youngmin dan Eunri terhenti dihadapan Pendeta. Pendeta itu mengucapkan beberapa kalimat, lalu ia menanyakan sesuatu.
        “Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah ada yang keberatan dengan pernikahan ini?”
        Satu menit, dua menit, tidak ada yang menjawab pertanyaan sang pendeta.
         “Sekali lagi saya ingin bertanya. Apakah ada yang keberatan dengan pernikahan ini?”
        Dengan penuh keyakinan, Youngmin berusaha mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
        “Saya keberatan!”
        Jelas semua tamu undangan yang menyaksikan pernikahan Youngmin dan Eunri terkejut, termasuk para wartawan yang meliput. Tak ada satu pun yang percaya dengan pernyataan Youngmin baru saja. Youngmin sendiri sangat yakin jika yang dikatakan adik sekaligus kembarannya benar dan tidak mungkin salah.

Flashback
        “Kwangmin aku mohon padamu. Apa yang sebenarnya terjadi antara aku dengan Jira!? Aku mohon jawab pertanyaanku Jo Kwang Min!” Pinta Youngmin dengan lirih. “Aku mohon..”
        Kwangmin menatap Youngmin dengan tatapan penuh arti.
        “Sebenarnya sudah dari awal aku ingin memberitahumu tentang ini hyung. Namun aku tidak ingin membuat kondisi kesehatanmu menurun.”
        “Sudahlah Kwangmin, cepat jelaskan padaku! Sebelum semuanya benar-benar terlambat. Aku tidak ingin menyesali semuanya. Meski ingatanku belum pulih..”
        “Baiklah.. Sebenarnya kau dan Jira itu memang berpacaran. Dan kalian saling mencintai. Mimpimu benar hyung. Dan Eunri, dia hanya teman biasa dihidupmu. Tidak lebih dari itu. Eunri memintaku untuk berbohong padamu. Sejak dulu Eunri memang suka padamu dan sangat ingin memilikimu. Namun, saat itu kau sudah dimiliki oleh Jira. Pada saat kecelakaan itu, dia tau jika kau amnesia, dan dia memanfaatkan kesempatan itu untuk memilikimu hyung. Dia mengancamku, juga mengancam yang lainnya. Jika aku tidak menuruti permintaannya, dia tidak akan segan-segan untuk menyakiti kami, bahkan ia bisa saja menyakitimu. Aku tidak ingin dia menyakitimu, aku tidak mau kehilanganmu hyung..”
        Tiba-tiba saja kepala Youngmin terasa sangat sakit. Kedua tangannya menahan sakit dikepalanya. Kwangmin pun merasakan hal yang sama, namun tidak sesakit yang dirasakan hyung nya. Kwangmin berusaha melawan rasa sakit itu dan mendekap kembarannya yang masih menahan sakit.
        “Bertahanlah hyung.. Mianhe.. Aku sudah membuatmu sakit seperti ini.. Mianhaeyo..”
        “Nan gwaenchana! Percayalah.. Kau tidak perlu minta maaf Kwangmin-ah.. Gomawo, kau telah menceritakan semuanya padaku.” Youngmin berusaha berdiri dan meninggalkan Kwangmin yang masih terduduk sambil memperhatikan Youngmin dari belakang.
Flashback end

        “Aku juga keberatan!!”
        Kwangmin berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah karena berlari. Ia masuk kedalam ruangan dan menghampiri Hyung nya.
        “Hyung, kau harus mencegah Jira pergi. Sebentar lagi pesawatnya akan lepas landas.”
        “Mwo? Jira akan pergi?” Tatap Youngmin pada Kwangmin, lalu mereka berlari meninggalkan gereja.
        “Youngmin-ah, kau akan menikah denganku. Aku ini calon istrimu!! Gajima!! Gajima!!"
        “Anio!!” bentak Youngmin kepada Eunri lalu meninggalkannya.

        Sebentar lagi, Jira akan meninggalkan Korea. Negara yang selama ini banyak menyimpan kenangan. Ia akan segera melepas Youngmin untuk orang lain. Perasaan yang harus ia korbankan selama ini demi orang yang ia cintai itu. Sesekali Jira menoleh ke arah pintu masuk, berharap Youngmin akan datang untuk mengucapkan salam perpisahan atau bahkan mencegah kepergiannya. Tapi Jira beranggapan bahwa yang ia harapkan itu sangat mustahil.
        Kwangmin mengendarai motor sportnya dengan kecepatan maksimal. Mereka tidak ingin Jira benar-benar pergi dari Korea dan meninggalkan mereka.
        “Cepatlah Kwang!!”
        “Ini sudah kecepatan maksimum Hyung.. Sabarlah..”

        Jira beranjak dari tempat duduknya lalu meraih sebuah koper dan tas tangannya. Sekali lagi ia menoleh ke arah pintu masuk. Tidak ada orang yang ia kenal sama sekali. Harapannya pupus untuk bertemu Youngmin yang terakhir kalinya sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Korea dan juga Youngmin.
        “Apa kau akan benar-benar pergi dan meninggalkanku?”
        Jira menoleh. Seketika matanya membulat. Youngmin menghampirinya dengan perlahan.
        “Kau!? Kenapa kau ada disini? Bukankah kau akan menikah dengan Eunri?”
        “Aku tidak akan berada disana jika kau tidak ada. Dan tentu saja aku akan melaksanakan pernikahan itu bersamamu. You’re my lady. Sampai kapanpun kau tetap gadisku..” Youngmin menggenggam kedua tangan Jira lalu menciumnya.
        “Aku mohon jangan pernah pergi dan jangan pernah meninggalkanku. Mianhae.. Selama ini aku sudah menghiraukanmu, aku sudah menjadi kekasih yang tidak baik untukmu Jira-ya..”
        “Semua ini bukan salahmu Youngmin. Aku senang jika kau bisa kembali mengingatku.”
        “My Lady My Lady I’m yours.. I love you.. My Lady My Lady I’m yours.. I miss you.. My Lady My Lady I’m yours.. I always think of you. Lady setsunai kisetsu sa.. Lady kaze ni fukarete iku.. Lady mune wo tataku no wa.. Kimi he no omoi dake.. My lady yuki ga tokete yuku.. Seishun jikan chikuchiku to hora yurete..” youngmin  menyanyikan sepenggal lagu milik Boyfriend, juga lagu yang Jepang yang sering dinyanyikannya untuk Jira.
          Jira memeluk kekasih yang sangat ia rindukan. Tangisnya pecah dipelukan Youngmin. Yang dipeluk pun tak kuasa menahan haru dan tersenyum bahagia. Tak jauh, Kwangmin menatap kebahagiaan sang kembarannya juga calon kakak iparnya. Hatinya merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Ia menyungginggkan sebuah senyum kebahagiaan.

The end.................................

Jumat, 04 Juli 2014

[FF] How Many Times



Title: How Many Times
Author: Han Rae Hwa
Rating: T
Genre: Family, Hurt/Comfort, Bromance
Main cast:
- Jo Youngmin 'Boyfriend' as Youngmin
- Jo Kwangmin 'Boyfriend' as Kwangmin
Other Cast:
- You as Hyojin

   Kwangmin POV

   Aku segera membereskan buku pelajaranku dan memasukkannya ke dalam tas. Ku pandang diriku dicermin. Kurasa tidak ada atribut yang kurang satu pun. Aku segera memakai sepatu dan meraih tas ku lalu menyambangi ruang makan untuk sarapan. Mataku tertuju ke arah Youngmin hyung yang sudah sarapan terlebih dahulu.
   "Annyeonghaseyo hyung.."
   "Annyeonghaseyo.." Jawab Youngmin hyung tanpa menoleh ke arahku.
   Aku menyuap beberapa kali sarapanku hingga aku merasa kenyang. Youngmin hyung yang terlebih dahulu selesai sarapan meninggalkan meja makan tanpa sepatah kata pun.
   "Hyung.. Aku berangkat bersama mu ya hari ini!?"
   "Kau kan sudah besar. Jadi kau bisa berangkat sendiri. Dan kau harus membiasakannya!" Jawab Youngmin hyung sambil berlalu dariku.
   "Tapi kan hyung.. Kita bersekolah disekolah yang sama. Apa salahnya jika kita berangkat bersama-sama!?"
   "Kubilang kau harus berangkat sendiri Kwangmin-ah! Kau mengerti tidak!?" Bentak Youngmin tepat dihadapanku.
   Aku hanya bisa terdiam jika ia sudah marah seperti itu. Aku ini sangat bodoh. Lagi-lagi aku membuatnya marah karena hal sepele.

   Aku menutup pintu rumahku lalu berangkat ke sekolah sendirian. Untung saja jarak antara rumahku dan sekolah tidak terlalu jauh. Jadi aku bisa berjalan kaki setiap harinya tanpa harus mengeluarkan uang lebih untuk biaya transportasi ke sekolah.

   "Annyeonghaseyo Kwangmin-ah.." Sapa Hyojin kepadaku.
   Aku menoleh ke arahnya yang tepat berada disampingku. Ia tersenyum sangat manis. Dengan rambut ikal nya yang ia ikat menambah manis yeoja ini yang satu kelas dengan Youngmin hyung.
   "Annyeong haseyo Hyojin." Aku membalas sapaannya lalu mengalihkan pandanganku.
   Dari kejauhan sepasang mata memperhatikanku dengan tajam. Aku menunduk agar tidak melihat tatapan mata itu lagi.
   "Mianhae Hyojin-ah.. Aku harus segera ke kelas."
   Hyojin hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun.
  

   Hari ini aku pulang agak sore karena ada latihan dance bersama grup dance ku disekolah. Satu bulan lagi ada perlombaan dance yang akan kami ikuti. Maka dari itu mulai dari minggu ini kami mulai berlatih dengan giat dan menciptakan koreografi yang bagus untuk perlombaan itu.
   Aku agak terkejut melihat Youngmin hyung menatapku saat aku masuk kedalam rumah.
   "Woaahh.. Hyung.. Kau mengagetkanku saja. Kenapa kau menatapku seperti itu?" Ku elus dadaku beberapa kali
   "Kau dari mana? Kenapa jam segini baru pulang? Kenapa kau tidak mengabariku? Jika Eomma dan Appa tau, justru yang akan mereka marahi adalah aku. Bukannya memarahimu!"
   "Mianhaeyo hyung.. Tadi aku habis latihan dance. Satu bulan lagi ada perlombaan. Maka dari itu grup dance ku harus berlatih lebih giat lagi agar kami bisa menang."
   "Sebulan lagi? Aaa.. Sepertinya grup dance ku juga akan mengikuti perlombaan."
   "Geuraeyo? Apa grup dance kalian akan mengikuti perlombaan yang sama dengan grup dance ku?"
   "Tentu saja tidak! Grup dance ku sudah tingkat internasional. Tentu saja berbeda dengan grup dance di sekolah. Maka dari itu aku malas mengikuti grup dance di sekolah."
   Youngmin hyung berlalu dariku dan masuk ke dalam kamarnya. Aku mengikutinya dari belakang lalu masuk ke dalam kamarku. Youngmin hyung memang hebat. Ia mampu menjadi anggota tetap di tempat dance yang ia ikuti. Tempat dance yang sangat terkenal dan mempunyai akreditasi yang sangat bagus. Aku bangga memiliki hyung seperti Youngmin hyung.

***

   Perlombaan dance itu membuatku semakin gila untuk berlatih. Tidak hanya menyempatkan latihan disekolah, aku pun memanfaatkan waktu senggangku dirumah untuk latihan.

   Aku mencoba beberapa gerakan yang diajarkan songsaengnim disekolah. Beberapa kali aku coba namun yang terakhir, tubuhku kehilangan keseimbangan. Aku terjatuh dan terguling keluar kamar.
   Brukk..
   Aku melihat seorang namja terjatuh. Sepertinya karena terselingkat kakiku. Aku segera bangkit dan membantunya untuk berdiri.
   "Kwangmin-ah!! Bisakah kau berhenti latihan dance dirumah!?" Lagi-lagi Youngmin hyung membentakku. Ia menahan sakit di sikut sebelah kirinya.
   "Mianhaeyo hyung.. Aku kan hanya ingin latihan lebih giat lagi agar grup dance ku bisa menang diperlombaan itu. Aku juga ingin membuat bangga sekolah.."
   "Terserah kau saja!" Youngmin hyung tidak berkutik. Ia hanya pergi meninggalkanku.


   Kubuka buku catatanku yang masih kosong. Sembari menonton acara televisi kesukaaanku diruang tengah, aku menulis beberapa kalimat yang selama ini bersarang dipikiranku. Karena mulai jenuh, akhirnya ku tulis semua beban yang ingin ku lepas. Aku mulai menulis saat acara televisi kesukaanku iklan.

Kwangmin POV end~

Author POV

   Kwangmin yang mulai mengantuk menguap beberapa kali sambil terus menulis. Matanya yang mulai sayu kini terpejam. Dengan tangan yang masih menggenggam pulpen kesayangannya.
   Youngmin terbangun karena ia merasa haus. Ia pergi ke dapur untuk mengambil minuman dingin lalu meminumnya. Setelah dirasa haus nya sudah hilang, ia kembali ke kamar. Namun saat melewati ruang tengah, Youngmin tersadar kalau adik kembarnya tertidur disana. Dengan televisi yang masih menyala. Dengan tangan yang masih menggenggam pulpen di atas buku catatannya.

Flashback on~

   "Kwangmin-ah.. Ireona!! Ayo pindah tidurnya!! Aku tidak bisa menggendongmu Kwangie.." Youngmin berusaha menggoyang-goyangkan tubuh Kwangmin yang mungil, sama seperti dirinya.
   "Tunggu Youngie.. Film kartun pikachu nya belum habis. Lagi iklan.." Jawab Kwangmin sambil mengusap-usap kedua matanya yang mengantuk
   "Kwangie.. Film kartun nya sudah habis. Kau lihat, channel nya sudah menampilkan acara televisi lainnya."
   "Mwo? Ah sial.. Aku ketiduran lagi.." Kwangmin terkejut dan langsung bangun, "Baiklah.. Aku akan pindah. Tapi kita tidur berdua dikamarmu yaa hyung.."
   "Baiklah.."
   Youngmin merangkul pundak Kwangmin dan pergi kekamarnya. Mereka menyelimuti tubuh mereka masing-masing. Tak lama mereka merentangkan tangan mereka lalu saling berpelukan satu sama lain.

Flashback end~

   Youngmin tersenyum sambil mengelus kepala Kwangmin yang tertidur. Tiba-tiba ia membuyarkan lamunannya. Diraihnya remot televisi lalu mematikannya. Ia juga menyimpan dengan rapih buku catatan dan pulpen Kwangmin dimeja. Sekali lagi ia mengelus kepala adik kembarnya itu lalu menggendongnya kekamar dan membaringkannya ditempat tidur.
   Tanpa sepatah kata yang keluar dari mulut Youngmin, ia segera mematikan lampu kamar Kwangmin dan menutup pintu kamarnya lalu berlalu ke kamarnya. Saat melewati ruang tengah, ia menoleh ke arah buku catatan Kwangmin. Awalnya ia ingin sekali membaca tulisannya. Namun terlintas dipikirannya kalau tulisan Kwangmin di buku itu tidak penting baginya. Ia mengalihkan pandangannya dan berlalu ke kamarnya.


   Pagi harinya...

   Kwangmin mencari-cari buku catatannya yang tadi malam sempat ia tulis.
   "Kau sedang mencari apa?" Tanya Youngmin saat melihat adik kembarnya yang sedang kebingungan
   "Mencari buku catatanku. Kau melihatnya tidak?" Kwangmin menoleh ke arah Hyung nya.
   Youngmin memandang ke atas sembari berpikir.
   "Sepertinya kusimpan di meja ruang tengah."
   Kwangmin segera menyambar buku catatannya yang tergeletak di meja bersama dengan sebuah pulpen.
   "Ng.. Apa kau sempat membacanya Hyung?" Tanya Kwangmin dengan ragu
   "Ani."
   "Syukurlah kau belum membacanya"
   "Pasti tulisanmu itu tidak penting kan!?
   "Ah," Kwangmin mengangguk pelan.
   Youngmin berlalu dari Kwangmin. Sementara Kwangmin hanya tersenyum kecut.

Author POV end ~

***

Kwangmin POV

   Malam semakin larut, tapi Youngmin hyung belum kunjung pulang. Beberapa kali aku mengintip keluar jendela untuk memastikan. Tapi sudah jam 10 malam Youngmin hyung belum menampakan batang hidungnya.
   Aku mulai mengantuk. Ku tepuk-tepuk kedua pipiku untuk mengusir rasa kantukku.
   "Kwangmin.. Kau harus tahan!! Kau harus menunggu hyung mu pulang!!"

   Selang lima belas menit Youngmin hyung pulang dengan baju seragam yang berantakan.
   "Youngmin hyung.. Kau kemana saja? Kenapa kau pulang selarut ini?"
   Youngmin menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arahku.
   "Hhh.. Urus saja dirimu sendiri!" Gumam Youngmin pelan
   "Tapi aku berhak peduli padamu hyung!"
   Youngmin tidak menjawab. Ia justru melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Namun tak lama, tubuh Youngmin terhuyung ke lantai.
   "Youngmin hyung.." Aku menghampiri Youngmin yang tergeletak di lantai. Ku raih kepalanya dan sedikit ku angkat, "Hyung.. ireona!! Kau kenapa? Hyung.. Jawab aku!!"
   "Kwang..min-ah.." Hanya namaku yang ia ucap. Matanya terlihat sayu dan sendu.
   Aku berusaha mengangkat tubuhnya dan membawanya ke kamar.

   Ku buka pintu kamarnya lalu aku membaringkannya di tempat tidur. Youngmin sempat membuka matanya saat aku menyelimutinya.
   "Kwangmin-ah.."
   "Ne hyung!?"
   Youngmin tidak menjawab apa-apa. Tapi hyung hanya menatapku selama beberapa menit lalu memejamkan matanya. Aku tersenyum sembari menatap wajahnya yang mirip denganku. Sempat ku elus kepalanya sebentar lalu Aku membiarkan hyung tidur tanpa mengganggunya.

***

TBC~

Rabu, 02 Juli 2014

[FF] Go Back


Title : Go Back
Author : Han Rae Hwa
Rating: T
Genre : Romance
Main cast :
- You as Kireina
- Jo Youngmin 'BoyFriend' as Youngmin
- Jo Kwangmin 'BoyFriend' as Kwangmin
- Other Boyfriend member

Kireina POV
            Hari minggu seperti ini memang enaknya jalan-jalan keluar rumah. Mamah, Papah dan kak Yoga sedang pergi, dan teman-temanku juga sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Jadi, dirumah aku sendirian. Bosan juga sih lama-lama dirumah, jadi suntuk. Tanpa menunggu lama, aku mengganti pakaian dan mengambil tas. Aku menyetop sebuah taksi yang lewat di depan kompleks.
            “Mall Bekasi ya pak..” perintahku.
            Sampai di mall, aku melihat-lihat baju dan sepatu dibutik langganan. Puas melihat-lihat dan membeli beberapa baju-baju lucu, aku menuju ke food court untuk mengisi perutku yang kelaparan.
            Aku memesan beberapa makanan dan minuman ringan lalu hendak membayarnya. Karna agak susah meraih domeptku didalam tas, aku harus merogoh-rogoh tas ku. Karena aku mengambilnya agak kasar, akhirnya dompetku terjatuh kelantai. Aku mengambil dompet itu dengan malas, namun ada seseorang yang ikut mengambilkan dompetku yang terjatuh itu. Wajah kami berpapasan dan kami berdua saling bertatapan. Jantungku berdegup kencang entah kenapa. Dia tersenyum lalu meraih dompetku dan menyerahkannya padaku. Aku menatapnya sebentar lalu berterimakasih. Dia tersenyum lalu berlalu dariku. Aku segera membayar pesananku dan membawanya ke salah satu meja yang kosong.
            “Shillye hamnida, boleh kah aku makan disini bersamamu?” pintanya dengan sopan.
            Aku menatapnya. Ternyata dia orang yang mengambilkan dompetku yang tadi terjatuh. Sepertinya dia bukan orang Indonesia. Rambutnya berwarna pirang, berponi kekiri. Senyumnya sangat manis dan lembut, seperti seorang perempuan.
            “Mianhae?”
            “A, ne mianhae. Silahkan saja.” Aku tersadar dari lamunanku.
            Laki-laki itu duduk dihadapanku lalu menyantap makanan yang ia bawa.
            “Siksa hasipsiyo. Ireumi moaseyo? A, maksudku, siapa namamu?” tanyanya
            “Siksa hasipsiyo. Kireina Imnida. Sedangkan namamu?” aku berbalik tanya
            “Ng… Joneun Kwangmin Imnida. Kau, orang Korea juga ya?”
            “A, anio. Kebetulan kakek dari Ibuku yang asli orang Korea. Aku hanya keturunan saja.”
            “Pantas saja kau bisa mengerti ucapanku.” Laki-laki bernama Kwangmin itu melanjutkan makannya.
            Baru pertama kali ini aku bertemu dengan seseorang yang bisa langsung akrab begini denganku. Untung saja dia seumuran denganku. Jadi aku bisa lebih mudah untuk mengobrol dengannya.
            “Kau orang Korea kan? Lalu, apa yang kau lakukan disini?” tanyaku agak ragu
            “Aku sedang menerima pertukaran pelajar disini. Tapi siswa dari sini menolak untuk dipindahkan kesana. Entah karna apa alasannya. Nae mollayo.”
            “Wah sayang sekali ya siswa itu tidak menerima pertukaran pelajarnya. Kapan lagi dia bisa sekolah di negara yang maju dan sangat terkenal seperti Korea.”
            Kami larut dalam perbincangan. Tentu saja dengan menggunakan bahasa Korea yang pasif. Untung saja aku bisa memahami setiap perkataannya. Karena Kwangmin pun sama sekali tidak mengerti bahasa Indonesia sedikitpun. Paling hanya sedikit menggunakan bahasa Inggris saja. Ternyata Kwangmin pun tidak terlalu bisa bahasa Inggris.
            “Oh ya, bolehkah aku meminta nomor hp mu dan alamat emailmu? Menyenangkan juga bisa berkenalan denganmu.”
            Aku segera memberikan nomor hp ku dan tentu saja alamat emailku juga kepada Kwangmin. Kwangmin lalu mencatat di hp nya. Entah mengapa aku dan Kwangmin cepat akrab. Waktu menunjukkan pukul 15.00 sore. Aku dan Kwangmin memutuskan untuk pulang, dan ia akan mengantarku pulang. Ternyata Kwangmin tinggal diperumahan yang sama denganku. Tak mungkin aku menolak ajakannya.
            “Sampai jumpa lagi.” Kwangmin tersenyum lalu berlalu meninggalkan halaman rumahku dengan mobilnya.
***
            Semalaman penuh aku chatingan dengan Kwangmin lewat email. Kwangmin orangnya asik. Aku dan Kwangmin saling menceritakan tentang keluarga kita masing-masing. Ternyata Kwangmin adalah anak kembar dan mereka mempunyai seorang adik. Kwangmin memberikan foto keluarganya padaku terutama foto si kembarannya itu. Walaupun mereka kembar identik, namun ada saja perbedaan mereka yang dapat membedakan mereka satu sama lain. Aku juga sudah tau kalau mereka adalah personil dari BoyFriend, boyband yang terkenal dinegara mereka.
            ‘Tunggu kejutan yang akan kuberikan besok untukmu.. ~Ppyong..’
            Aku terkejut membaca email yang dikirim Kwangmin untukku. Baiklah, aku akan menunggu kejutan yang akan ia berikan padaku besok.
            Akibat tidur terlalu malam, rasa kantuk pun menghinggapiku dipagi hari. Semoga saja aku tidak tertidur pada saat KBM berjalan. Tiba-tiba saja Mrs. Lala masuk dan memberikan kami pengumuman. Katanya ada seorang murid pertukaran pelajar dari Korea Selatan yang akan belajar disekolahku ini, terutama dikelasku. Kira-kira siapa yaa? Siapa tau saja artis Korea terkenal yang menjadi murid pertukaran pelajarnya. Mengkhayal saja deh hihihi.
            “... Namanya Jo Kwangmin. Please come here Kwangmin.” Mrs. Lala mempersilahkan murid baru itu masuk kekelas
            Aku kaget, senang, bahagia dan entah apalagi yang aku rasakan. Semua perasaanku campur aduk. Apakah ini kejutan yang diberikan Kwangmin untukku? Oh, aku baru sadar tentang pertukaran pelajar yang kami perbincangkan sewaktu di cafe kemarin. Jadi yang dimaksud Kwangmin, murid yang menolak sekolah di Korea itu adalah aku!? Ya, aku memang diterima untuk pertukaran pelajar itu. Namun aku menolaknya. Dan ini kejutannya? Ini benar-benar kejutan untukku. Aku sangat bahagia.
            Mrs. Lala mempersilahkan Kwangmin duduk dibelakangku. Kwangmin melangkah menuju bangku yang ada dibelakangku. Saat melewati mejaku, Kwangmin mengedipkan sebelah matanya kearahku. Aku hanya tersenyum membalasnya.
            “Disini siapa yang lancar bahasa Inggris?” tanya Mrs. Lala
            “Kirei Miss. Kirei juga bisa bahasa Korea miss. “
            “Benar begitu Kirei?” tanya Mrs. Lala lagi.
            Aku mengangguk. “Iya miss.”
            Mrs. Lala menyuruhku untuk duduk mendampingi Kwangmin agar ia tidak kesulitan untuk mengikuti pelajaran disini. Aku mengikuti perintah dari wali kelasku. Kwangmin menyambutku dengan penuh kegembiraan. Senyumannya tak pernah lepas dari wajah manisnya.
            Hari ini kami melewati pelajaran dengan serius namun tetap dibawa santai. Terutama bagi Kwangmin yang baru pertama kalinya belajar di Indonesia. Kwangmin sangat menikmati berada dikelas ini, dan Kwangmin pun sudah mengatakan bahwa inilah kejutannya untukku. Saat ia tau kalau aku sekolah disini, saat itulah ia mempunyai ide untuk memberikanku kejutan. Pilihannya untuk memilih mengikuti pelajaran dikelasku ini, katanya karna aku lah yang menjadi alasannya. Aku bahagia sekali. Aku senang mempunyai teman baru yang sangat asik dan menyenangkan seperti Kwangmin.
***
            Kwangmin mengajakku untuk pulang, karna waktu sudah hampir sore. Tiba-tiba saja hujan menerjang ditengah perjalanan pulang. Akhirnya dengan terpaksa Kwangmin memberhentikan motornya disebuah ruko usang yang sepertinya sudah tak terpakai lagi.
            “Kita meneduh disini dulu yaa.”
            Aku mengangguk sambil tersenyum.
            Kwangmin melihatku yang kedinginan. Ia melepaskan sweater ditubuhnya lalu memakaikannya ditubuhku. Lalu Kwangmin mendekap tubuhku dengan erat agar aku tidak merasa kedinginan lagi. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku. Hembusan nafasnya hampir saja membuatku terlelap. Sungguh nyaman berada dalam dekapan Kwangmin. Walau tubuhnya tidak atletis, hihihi.
            Hujan tak kunjung reda, Kwangmin sudah melepaskan dekapannya sedari tadi. Karna Kwangmin merasa bosan, ia menyipratkan air hujan kearahku. Aku kesal karna bajuku basah. Akhirnya aku membalas menyipratkan air hujan kearah Kwangmin. Kwangmin malah terlihat asik bermain air hujan. Ia menyeretku ditengah-tengah hujan yang turun. Kami berlari-lari, menari-nari disebuah taman kecil tak jauh dari ruko tempat kita meneduh.
            “Kwangmin, bajuku basah karenamu.”
            “Habis kau terlihat lucu. Mianhaeyo Kireina-ya. Karna ulah kekanak-kanakkanku, kau jadi basah kuyup seperti ini. Aku menyesal..” Kwangmin menunduk
            “Gwaenchanayo. Justru aku ingin berterimakasih karna kau sudah membuatku tertawa bahagia. Karna ini baru kali pertama aku bermain hujan-hujanan dengan seorang namja, dan ini begitu menyenangkan.” Aku tersenyum dan menggandeng tangan Kwangmin untuk menghilangkan rasa bersalahnya.
            Kwangmin tersenyum bahagia mendengar jawabanku. Hujan sudah mulai reda. Aku dan Kwangmin memutuskan untuk kembali meneruskan perjalanan pulang. Kwangmin akhirnya menumpang mandi dirumahku. Mamah membuatkan kami cokelat hangat dan beberapa camilan lalu vitamin agar kami tidak sakit karna habis main hujan-hujanan. Kwangmin sangat senang bisa menghabiskan waktu denganku. Apalagi sikap Mamahku yang membuat Kwangmin merasa nyaman disini.
            Aku fikir Kwangmin sakit dan tidak masuk hari ini, karna kemarin ia bermain hujan-hujanan bersamaku. Tapi ternyata, keadaan Kwangmin baik-baik saja. Ia telat karna kesiangan bangun. Dasar Kwangmin, kalau sudah tidur memang susah dibangunkan.
            “Kufikir kau tidak masuk.”
            “Aku tak mungkin melewatkan hariku tanpa bertemu denganmu Kireina-ya.”
            “Kau ini..” aku menyenggolnya.
            Kwangmin membuka buku catatannya dan mengikuti pelajaran yang sudah ia lewatkan selama 15 menit.
***
            Sudah mulai memasuki bulan ketiga Kwangmin belajar disini.Hari-hari berlalu dengan sangat menyenangkan. Kwangmin juga sudah mulai menyesuaikan dirinya dengan sekolah dan lingkungan barunya.
            Sepulang sekolah Kwangmin mengajakku untuk makan siang berdua diluar. Aku tak mungkin menolak ajakan dari Kwangmin.
            “Yang ini bagaimana?”
            Aku melihat buku catatan matematika Kwangmin. “Kalau yang ini, baris yang ini dikali dengan kolom yang ini. Yang sebelah sini juga sama. Lalu kedua hasilnya ditambah.” Aku menjelaskan dengan menggunakan bahasa Korea. “Kau sudah mengerti?”
            “Ne, algesseoyo. Gomawo Kireina-ya, kau sudah mau mengajariku dengan penuh kesabaran.” Kwangmin tersenyum
            “Kau ini bisa saja. Yasudah lanjutkan.”
***
            Aku membuka tas Kwangmin saat si pemiliknya sedang pergi ke kantin. Kuambil buku catatan matematika milik Kwangmin.
            “Ini dia. Tunggu-tunggu..”
            Aku merogoh tas Kwangmin agak kedalam.
            “Kotak P3K? Untuk apa Kwangmin membawa kotak P3K?” aku megeluarkan kotak P3K itu dari dalam tasnya.
            Saat kubuka, ternyata kotak P3K milik Kwangmin sangat lengkap isinya. Bahkan lebih lengkap dari kotak P3K milik PMR saat aku yang memegangnya.
            “Kireina-ya..”
            “A, mainhae Kwangmin. Tadi aku ingin meminjam buku catatan matematikamu dan aku tidak sengaja menemukan ini.” Kuangkat sedikit kotak P3K milik Kwangmin
            “A, kotak P3K ku.” Kwangmin meraihnya dari tanganku. “Aku selalu membawa ini kemana-mana. Entah kenapa benda ini menjadi sangat penting bagiku.”
            “Bukankah!?”
            Aku sempat berpikir sesuatu tentang kotak P3K itu. Seingatku, kalau tidak salah baca, yang sering membawa kotak P3K itu adalah kembarannya. Bukan Kwangmin.
            “Waeyo Kireina-ya?”
            “A, anio.”

            Hari ini ada pelajaran seni yang mengharuskan kami semua tampil menyanyi didepan kelas minggu depan. Bu Dita menyuruh kami untuk berlatih agar kami bisa tampil dengan sangat memuaskan. Semata-mata demi nilai kami juga. Bu Dita juga mengosongkan pelajaran pada hari ini untuk menyiapkan penampilan minggu depan.
            “Kau mau menampilkan lagu apa Kireina-ya?” Kwangmin menatapku.
            Aku menggelengkan kepala, “Kau sendiri, ingin menyanyikan lagu apa nanti?”
            “Aku belum tau. Paling aku akan menyanyikan lagu milik BoyFriend. Atau lagu milik Kim Hyun Joong dari SS501. Aku sangat menyukai Hyun Joong hyung.”
            Aku mengangguk. Kwangmin berdiri dan tidak sengaja menjatuhkan gantungan tas nya yang berbentuk Winnie the Pooh yang terlepas sendiri. Aku berusaha meraihnya dan membetulkannya lagi seperti semula.
            “Winnie the Pooh!?” aku menatap gantungan tas itu.

            Seminggu pun berlalu dengan sangat cepat. Kelas ku dihadapkan dengan pelajaran Bu Dita lagi. Sepertinya teman-temanku sudah siap untuk menampilkan suara-suara indahnya didepan kelas nanti.
            Kwangmin Nampaknya gelisah. Ia keluar kelas dan menuju keran yang ada dibelakang kelas. Lagi-lagi ia mencuci kedua tangannya.
            Aku menatapnya, “Nervous ya?”
            Kwangmin mengangguk dengan cepat.
            “Ayo..” ajaknya kembali kedalam kelas.
            Aku terus memperhatikannya dari belakang. Kwangmin memang selalu mencuci tangannya ketika ia sedang stress atau nervous. Ya, itulah Kwangmin.
            Bu Dita masuk kelas dengan senyumannya yang tak pernah lepas dari wajah cantiknya itu. Ia duduk dan membuka buku absen. Setelah mengabsen semua murid yang kebetulan masuk semua, Bu Dita menyiapkan kertas nilai untuk pengambilan nilai hari ini.
            Bu Dita mulai memanggil murid yang harus tampil. Dalam pengambilan nilai kali ini, kami semua harus bernyanyi didepan kelas sendiri-sendiri alias individu. Nggak harus monoton nyanyi sih. Bisa diimbangi dengan bermain alat musik, tari tradisional atau tari modern yang biasa disebut dance.
            “Kireina Syallikha Adhilla..”
            Bu Dita memanggil namaku. Dengan sigap, aku berdiri dan maju ke depan. Kuhilangkan segala nervous yang melanda diriku. Dengan yakin, aku mengambil nafas lalu memainkan gitarku dan menyanyikan lagu Best Friend milik Jason Chen.
            Tanpa ragu, aku terus menyanyikan lagu dengan percaya diri. Ditambah dengan alunan gitar yang kumainkan sendiri. Semua teman-temanku termasuk Bu Dita memberikan tepuk tangan untukku setelah selesai tampil. Aku senang karena salah satu bebanku sudah hilang. Ya, seeminggu ini aku terus berlatih keras demi mendapatkan nilai maksimal untuk pelajaran seni.
            Kemudian Bu Dita memanggil Kwangmin. Dia tersenyum saat melirikku. Aku membalas senyumannya. Dia maju kedepan dan menyanyikan bait demi bait lagu Kris Allen yang berjudul Falling Slowly.
            “I don’t know you but I want you all the more for that…..”
            Sama sepertiku, saat Kwangmin selesai tampil teman-temanku dan Bu Dita memberikan tepuk tangan atas penampilan Kwangmin barusan.
            “Katanya mau nyanyiin lagunya Kim Hyun Joong SS501. Kenapa jadi nyanyi lagunya Kris Allen?”
            Kwangmin tersenyum. “Aku hanya ingin menyanyikan lagu itu untuk seseorang. Lagi pula, kalau aku menyanyikan lagu milik Hyun Joong hyung, nanti hanya aku saja yang menyanyi lagu Korea. Emangnya Bu Dita ngerti sama lagu Korea?”
            Aku menahan ketawa saat mendengar jawaban dari Kwangmin. Wajahnya yang polos lah yang menjadi alasan pertama mengapa aku ingin sekali tertawa.
            "Seharusnya, saat tampil tadi, kau tunjukkan bakat ngerapp mu. Tapi kenapa tadi kau tidak menunjukkannya?"
            Kwangmin menjadi salah tingkah.
            "Ng.. Ya, karena lagu yang aku bawakan barusan kan lagu mellow. Dan tidak ada bagian dimana aku harus ngerapp. Lagi pula aku ingin sekali menyanyikan lagu itu untukmu." Kwangmin menatapku.
            Sekarang, aku yang menjadi salah tingkah. Aku mengalihkan pandanganku dan berusaha fokus kepada temanku yang sedang tampil didepan.
***
            Hari ini aku mengajak Kwangmin untuk menghabiskan waktu di salah satu tempat wisata dengan banyak wahana yang dapat kami naiki. Kwangmin tak pernah lepas dari kamera yang ia genggam.
            Kwangmin mengajakku naik bianglala, ia sangat bersemangat. Setelah menaiki salah satu bianglala, Kwangmin memotret kami dengan kameranya. Aku mencoba berpose lucu yang diikuti Kwangmin. Aku merangkulnya dan Kwangmin kembali memotret kami. Kusenderkan kepalaku dibahu Kwangmin dengan memejamkan mata.
            Beberapa wahana sudah kami naiki. Kwangmin senang sekali bisa menghabiskan akhir pekan dengan menyambangi tempat ini. Saat siang menjelang sore, aku mengajak Kwangmin ke pantai yang letaknya tak jauh dari tempat yang kami kunjungi tadi.
            Kwangmin melihat hasil potretannya dikamera yang ia bawa.
            “Kireina-ya..”
            Aku menoleh dengan raut wajah datar dan Kwangmin langsung memotretnya. Aku menghampiri Kwangmin yang tertawa saat melihat hasilnya.
            “Kwangmin.. Cepat hapus fotonya! Sungguh, wajahku jelek sekali difoto ini.” Aku menutupi wajahku
            “Hahahah gwaenchanayo Kireina-ya. Akan kusimpan foto ini sebagai kenang-kenangan.” Kwangmin kembali tertawa.
            Entah berapa banyak foto yang sudah kami abadikan lewat kamera Kwangmin.
            Aku dan Kwangmin duduk disalah satu batu karang ditepi pantai. Deburan ombak terus datang lalu pergi menghantam batu karang dihadapan kami. Kwangmin masih senantiasa menggenggam erat kamera miliknya.
            “Kuperhatikan, sejak tadi kau selalu menggenggam kameramu terus!?”
            Kwangmin menatap kamera yang ada ditangannya, lalu tersenyum.
            “Ini kan kekasihku. Jadi wajar saja jika aku tidak mau kehilangannya. Aku kan sangat menyayanginya.”
            “Kau berkata seperti itu, karena kau sering memotret dirimu sendiri kan, di kamera itu?” aku menyenggol lengan Kwangmin dengan pelan.
            Kwangmin tersipu malu, “Entah kenapa, aku sangat menyukai benda ini. Terlebih, kamera ini adalah pemberian dari Kwangmin. Saudara kembarku.” Kwangmin tersenyum lagi
            “Mwo? Kwangmin!?”
            Kwangmin terlihat salah tingkah.
            “A, maksudku Youngmin. Ng.. Sudah sore. Sebaiknya kita pulang.” Kwangmin berdiri dan berlalu dariku.
            Aku sempat memikirkan hal itu. Tapi aku berusaha menghiraukannya.  Mungkin Kwangmin hanya salah pengucapan. Kubiarkan hal itu berlalu, dan tidak ku ungkit kembali.
***

My Strength

My Strength