Title : Go Back
Author : Han Rae Hwa
Rating: T
Genre : Romance
Main cast :
- You as Kireina
- Jo Youngmin 'BoyFriend' as Youngmin
- Jo Kwangmin 'BoyFriend' as Kwangmin
- Other Boyfriend member
Kireina POV
Author : Han Rae Hwa
Rating: T
Genre : Romance
Main cast :
- You as Kireina
- Jo Youngmin 'BoyFriend' as Youngmin
- Jo Kwangmin 'BoyFriend' as Kwangmin
- Other Boyfriend member
Kireina POV
Hari minggu
seperti ini memang enaknya jalan-jalan keluar rumah. Mamah, Papah dan kak Yoga
sedang pergi, dan teman-temanku juga sedang sibuk dengan urusannya
masing-masing. Jadi, dirumah aku sendirian. Bosan juga sih lama-lama dirumah,
jadi suntuk. Tanpa menunggu lama, aku mengganti pakaian dan mengambil tas. Aku
menyetop sebuah taksi yang lewat di depan kompleks.
“Mall Bekasi
ya pak..” perintahku.
Sampai di
mall, aku melihat-lihat baju dan sepatu dibutik langganan. Puas melihat-lihat
dan membeli beberapa baju-baju lucu, aku menuju ke food court untuk mengisi
perutku yang kelaparan.
Aku memesan
beberapa makanan dan minuman ringan lalu hendak membayarnya. Karna agak susah
meraih domeptku didalam tas, aku harus merogoh-rogoh tas ku. Karena aku
mengambilnya agak kasar, akhirnya dompetku terjatuh kelantai. Aku mengambil
dompet itu dengan malas, namun ada seseorang yang ikut mengambilkan dompetku
yang terjatuh itu. Wajah kami berpapasan dan kami berdua saling bertatapan.
Jantungku berdegup kencang entah kenapa. Dia tersenyum lalu meraih dompetku dan
menyerahkannya padaku. Aku menatapnya sebentar lalu berterimakasih. Dia
tersenyum lalu berlalu dariku. Aku segera membayar pesananku dan membawanya ke
salah satu meja yang kosong.
“Shillye
hamnida, boleh kah aku makan disini bersamamu?” pintanya dengan sopan.
Aku
menatapnya. Ternyata dia orang yang mengambilkan dompetku yang tadi terjatuh.
Sepertinya dia bukan orang Indonesia. Rambutnya berwarna pirang, berponi
kekiri. Senyumnya sangat manis dan lembut, seperti seorang perempuan.
“Mianhae?”
“A, ne mianhae.
Silahkan saja.” Aku tersadar dari lamunanku.
Laki-laki
itu duduk dihadapanku lalu menyantap makanan yang ia bawa.
“Siksa
hasipsiyo. Ireumi moaseyo? A, maksudku, siapa namamu?” tanyanya
“Siksa
hasipsiyo. Kireina Imnida. Sedangkan namamu?” aku berbalik tanya
“Ng… Joneun Kwangmin
Imnida. Kau, orang Korea juga ya?”
“A, anio.
Kebetulan kakek dari Ibuku yang asli orang Korea. Aku hanya keturunan saja.”
“Pantas saja
kau bisa mengerti ucapanku.” Laki-laki bernama Kwangmin itu melanjutkan
makannya.
Baru pertama
kali ini aku bertemu dengan seseorang yang bisa langsung akrab begini denganku.
Untung saja dia seumuran denganku. Jadi aku bisa lebih mudah untuk mengobrol
dengannya.
“Kau orang
Korea kan? Lalu, apa yang kau lakukan disini?” tanyaku agak ragu
“Aku sedang
menerima pertukaran pelajar disini. Tapi siswa dari sini menolak untuk
dipindahkan kesana. Entah karna apa alasannya. Nae mollayo.”
“Wah sayang
sekali ya siswa itu tidak menerima pertukaran pelajarnya. Kapan lagi dia bisa
sekolah di negara yang maju dan sangat terkenal seperti Korea.”
Kami larut
dalam perbincangan. Tentu saja dengan menggunakan bahasa Korea yang pasif.
Untung saja aku bisa memahami setiap perkataannya. Karena Kwangmin pun sama
sekali tidak mengerti bahasa Indonesia sedikitpun. Paling hanya sedikit
menggunakan bahasa Inggris saja. Ternyata Kwangmin pun tidak terlalu bisa
bahasa Inggris.
“Oh ya,
bolehkah aku meminta nomor hp mu dan alamat emailmu? Menyenangkan juga bisa
berkenalan denganmu.”
Aku segera
memberikan nomor hp ku dan tentu saja alamat emailku juga kepada Kwangmin.
Kwangmin lalu mencatat di hp nya. Entah mengapa aku dan Kwangmin cepat akrab.
Waktu menunjukkan pukul 15.00 sore. Aku dan Kwangmin memutuskan untuk pulang,
dan ia akan mengantarku pulang. Ternyata Kwangmin tinggal diperumahan yang sama
denganku. Tak mungkin aku menolak ajakannya.
“Sampai
jumpa lagi.” Kwangmin tersenyum lalu berlalu meninggalkan halaman rumahku
dengan mobilnya.
***
Semalaman
penuh aku chatingan dengan Kwangmin lewat email. Kwangmin orangnya asik. Aku
dan Kwangmin saling menceritakan tentang keluarga kita masing-masing. Ternyata
Kwangmin adalah anak kembar dan mereka mempunyai seorang adik. Kwangmin
memberikan foto keluarganya padaku terutama foto si kembarannya itu. Walaupun
mereka kembar identik, namun ada saja perbedaan mereka yang dapat membedakan
mereka satu sama lain. Aku juga sudah tau kalau mereka adalah personil dari
BoyFriend, boyband yang terkenal dinegara mereka.
‘Tunggu
kejutan yang akan kuberikan besok untukmu.. ~Ppyong..’
Aku terkejut
membaca email yang dikirim Kwangmin untukku. Baiklah, aku akan menunggu kejutan
yang akan ia berikan padaku besok.
Akibat tidur
terlalu malam, rasa kantuk pun menghinggapiku dipagi hari. Semoga saja aku
tidak tertidur pada saat KBM berjalan. Tiba-tiba saja Mrs. Lala masuk dan
memberikan kami pengumuman. Katanya ada seorang murid pertukaran pelajar dari
Korea Selatan yang akan belajar disekolahku ini, terutama dikelasku. Kira-kira
siapa yaa? Siapa tau saja artis Korea terkenal yang menjadi murid pertukaran
pelajarnya. Mengkhayal saja deh hihihi.
“... Namanya
Jo Kwangmin. Please come here Kwangmin.” Mrs. Lala mempersilahkan murid baru
itu masuk kekelas
Aku kaget,
senang, bahagia dan entah apalagi yang aku rasakan. Semua perasaanku campur
aduk. Apakah ini kejutan yang diberikan Kwangmin untukku? Oh, aku baru sadar
tentang pertukaran pelajar yang kami perbincangkan sewaktu di cafe kemarin.
Jadi yang dimaksud Kwangmin, murid yang menolak sekolah di Korea itu adalah
aku!? Ya, aku memang diterima untuk pertukaran pelajar itu. Namun aku
menolaknya. Dan ini kejutannya? Ini benar-benar kejutan untukku. Aku sangat
bahagia.
Mrs. Lala
mempersilahkan Kwangmin duduk dibelakangku. Kwangmin melangkah menuju bangku
yang ada dibelakangku. Saat melewati mejaku, Kwangmin mengedipkan sebelah
matanya kearahku. Aku hanya tersenyum membalasnya.
“Disini
siapa yang lancar bahasa Inggris?” tanya Mrs. Lala
“Kirei Miss.
Kirei juga bisa bahasa Korea miss. “
“Benar
begitu Kirei?” tanya Mrs. Lala lagi.
Aku
mengangguk. “Iya miss.”
Mrs. Lala
menyuruhku untuk duduk mendampingi Kwangmin agar ia tidak kesulitan untuk
mengikuti pelajaran disini. Aku mengikuti perintah dari wali kelasku. Kwangmin
menyambutku dengan penuh kegembiraan. Senyumannya tak pernah lepas dari wajah
manisnya.
Hari ini
kami melewati pelajaran dengan serius namun tetap dibawa santai. Terutama bagi
Kwangmin yang baru pertama kalinya belajar di Indonesia. Kwangmin sangat
menikmati berada dikelas ini, dan Kwangmin pun sudah mengatakan bahwa inilah
kejutannya untukku. Saat ia tau kalau aku sekolah disini, saat itulah ia
mempunyai ide untuk memberikanku kejutan. Pilihannya untuk memilih mengikuti
pelajaran dikelasku ini, katanya karna aku lah yang menjadi alasannya. Aku
bahagia sekali. Aku senang mempunyai teman baru yang sangat asik dan
menyenangkan seperti Kwangmin.
***
Kwangmin
mengajakku untuk pulang, karna waktu sudah hampir sore. Tiba-tiba saja hujan
menerjang ditengah perjalanan pulang. Akhirnya dengan terpaksa Kwangmin
memberhentikan motornya disebuah ruko usang yang sepertinya sudah tak terpakai
lagi.
“Kita
meneduh disini dulu yaa.”
Aku
mengangguk sambil tersenyum.
Kwangmin
melihatku yang kedinginan. Ia melepaskan sweater ditubuhnya lalu memakaikannya
ditubuhku. Lalu Kwangmin mendekap tubuhku dengan erat agar aku tidak merasa
kedinginan lagi. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku. Hembusan
nafasnya hampir saja membuatku terlelap. Sungguh nyaman berada dalam dekapan
Kwangmin. Walau tubuhnya tidak atletis, hihihi.
Hujan tak
kunjung reda, Kwangmin sudah melepaskan dekapannya sedari tadi. Karna Kwangmin
merasa bosan, ia menyipratkan air hujan kearahku. Aku kesal karna bajuku basah.
Akhirnya aku membalas menyipratkan air hujan kearah Kwangmin. Kwangmin malah
terlihat asik bermain air hujan. Ia menyeretku ditengah-tengah hujan yang
turun. Kami berlari-lari, menari-nari disebuah taman kecil tak jauh dari ruko
tempat kita meneduh.
“Kwangmin,
bajuku basah karenamu.”
“Habis kau
terlihat lucu. Mianhaeyo Kireina-ya. Karna ulah kekanak-kanakkanku, kau jadi
basah kuyup seperti ini. Aku menyesal..” Kwangmin menunduk
“Gwaenchanayo.
Justru aku ingin berterimakasih karna kau sudah membuatku tertawa bahagia.
Karna ini baru kali pertama aku bermain hujan-hujanan dengan seorang namja, dan
ini begitu menyenangkan.” Aku tersenyum dan menggandeng tangan Kwangmin untuk
menghilangkan rasa bersalahnya.
Kwangmin
tersenyum bahagia mendengar jawabanku. Hujan sudah mulai reda. Aku dan Kwangmin
memutuskan untuk kembali meneruskan perjalanan pulang. Kwangmin akhirnya menumpang
mandi dirumahku. Mamah membuatkan kami cokelat hangat dan beberapa camilan lalu
vitamin agar kami tidak sakit karna habis main hujan-hujanan. Kwangmin sangat
senang bisa menghabiskan waktu denganku. Apalagi sikap Mamahku yang membuat
Kwangmin merasa nyaman disini.
Aku fikir
Kwangmin sakit dan tidak masuk hari ini, karna kemarin ia bermain hujan-hujanan
bersamaku. Tapi ternyata, keadaan Kwangmin baik-baik saja. Ia telat karna
kesiangan bangun. Dasar Kwangmin, kalau sudah tidur memang susah dibangunkan.
“Kufikir kau
tidak masuk.”
“Aku tak
mungkin melewatkan hariku tanpa bertemu denganmu Kireina-ya.”
“Kau ini..”
aku menyenggolnya.
Kwangmin
membuka buku catatannya dan mengikuti pelajaran yang sudah ia lewatkan selama
15 menit.
***
Sudah mulai
memasuki bulan ketiga Kwangmin belajar disini.Hari-hari berlalu dengan sangat
menyenangkan. Kwangmin juga sudah mulai menyesuaikan dirinya dengan sekolah dan
lingkungan barunya.
Sepulang
sekolah Kwangmin mengajakku untuk makan siang berdua diluar. Aku tak mungkin
menolak ajakan dari Kwangmin.
“Yang ini
bagaimana?”
Aku melihat
buku catatan matematika Kwangmin. “Kalau yang ini, baris yang ini dikali dengan
kolom yang ini. Yang sebelah sini juga sama. Lalu kedua hasilnya ditambah.” Aku
menjelaskan dengan menggunakan bahasa Korea. “Kau sudah mengerti?”
“Ne,
algesseoyo. Gomawo Kireina-ya, kau sudah mau mengajariku dengan penuh
kesabaran.” Kwangmin tersenyum
“Kau ini
bisa saja. Yasudah lanjutkan.”
***
Aku membuka
tas Kwangmin saat si pemiliknya sedang pergi ke kantin. Kuambil buku catatan
matematika milik Kwangmin.
“Ini dia.
Tunggu-tunggu..”
Aku merogoh
tas Kwangmin agak kedalam.
“Kotak P3K?
Untuk apa Kwangmin membawa kotak P3K?” aku megeluarkan kotak P3K itu dari dalam
tasnya.
Saat kubuka,
ternyata kotak P3K milik Kwangmin sangat lengkap isinya. Bahkan lebih lengkap
dari kotak P3K milik PMR saat aku yang memegangnya.
“Kireina-ya..”
“A, mainhae
Kwangmin. Tadi aku ingin meminjam buku catatan matematikamu dan aku tidak
sengaja menemukan ini.” Kuangkat sedikit kotak P3K milik Kwangmin
“A, kotak
P3K ku.” Kwangmin meraihnya dari tanganku. “Aku selalu membawa ini kemana-mana.
Entah kenapa benda ini menjadi sangat penting bagiku.”
“Bukankah!?”
Aku sempat
berpikir sesuatu tentang kotak P3K itu. Seingatku, kalau tidak salah baca, yang
sering membawa kotak P3K itu adalah kembarannya. Bukan Kwangmin.
“Waeyo
Kireina-ya?”
“A, anio.”
Hari ini ada
pelajaran seni yang mengharuskan kami semua tampil menyanyi didepan kelas
minggu depan. Bu Dita menyuruh kami untuk berlatih agar kami bisa tampil dengan
sangat memuaskan. Semata-mata demi nilai kami juga. Bu Dita juga mengosongkan
pelajaran pada hari ini untuk menyiapkan penampilan minggu depan.
“Kau mau
menampilkan lagu apa Kireina-ya?” Kwangmin menatapku.
Aku menggelengkan
kepala, “Kau sendiri, ingin menyanyikan lagu apa nanti?”
“Aku belum
tau. Paling aku akan menyanyikan lagu milik BoyFriend. Atau lagu milik Kim Hyun
Joong dari SS501. Aku sangat menyukai Hyun Joong hyung.”
Aku
mengangguk. Kwangmin berdiri dan tidak sengaja menjatuhkan gantungan tas nya
yang berbentuk Winnie the Pooh yang terlepas sendiri. Aku berusaha meraihnya
dan membetulkannya lagi seperti semula.
“Winnie the
Pooh!?” aku menatap gantungan tas itu.
Seminggu pun
berlalu dengan sangat cepat. Kelas ku dihadapkan dengan pelajaran Bu Dita lagi.
Sepertinya teman-temanku sudah siap untuk menampilkan suara-suara indahnya
didepan kelas nanti.
Kwangmin
Nampaknya gelisah. Ia keluar kelas dan menuju keran yang ada dibelakang kelas.
Lagi-lagi ia mencuci kedua tangannya.
Aku
menatapnya, “Nervous ya?”
Kwangmin
mengangguk dengan cepat.
“Ayo..”
ajaknya kembali kedalam kelas.
Aku terus
memperhatikannya dari belakang. Kwangmin memang selalu mencuci tangannya ketika
ia sedang stress atau nervous. Ya, itulah Kwangmin.
Bu Dita
masuk kelas dengan senyumannya yang tak pernah lepas dari wajah cantiknya itu.
Ia duduk dan membuka buku absen. Setelah mengabsen semua murid yang kebetulan
masuk semua, Bu Dita menyiapkan kertas nilai untuk pengambilan nilai hari ini.
Bu Dita
mulai memanggil murid yang harus tampil. Dalam pengambilan nilai kali ini, kami
semua harus bernyanyi didepan kelas sendiri-sendiri alias individu. Nggak harus
monoton nyanyi sih. Bisa diimbangi dengan bermain alat musik, tari tradisional
atau tari modern yang biasa disebut dance.
“Kireina
Syallikha Adhilla..”
Bu Dita
memanggil namaku. Dengan sigap, aku berdiri dan maju ke depan. Kuhilangkan
segala nervous yang melanda diriku. Dengan yakin, aku mengambil nafas lalu
memainkan gitarku dan menyanyikan lagu Best Friend milik Jason Chen.
Tanpa ragu,
aku terus menyanyikan lagu dengan percaya diri. Ditambah dengan alunan gitar
yang kumainkan sendiri. Semua teman-temanku termasuk Bu Dita memberikan tepuk
tangan untukku setelah selesai tampil. Aku senang karena salah satu bebanku
sudah hilang. Ya, seeminggu ini aku terus berlatih keras demi mendapatkan nilai
maksimal untuk pelajaran seni.
Kemudian Bu
Dita memanggil Kwangmin. Dia tersenyum saat melirikku. Aku membalas
senyumannya. Dia maju kedepan dan menyanyikan bait demi bait lagu Kris Allen
yang berjudul Falling Slowly.
“I don’t
know you but I want you all the more for that…..”
Sama
sepertiku, saat Kwangmin selesai tampil teman-temanku dan Bu Dita memberikan
tepuk tangan atas penampilan Kwangmin barusan.
“Katanya mau
nyanyiin lagunya Kim Hyun Joong SS501. Kenapa jadi nyanyi lagunya Kris Allen?”
Kwangmin
tersenyum. “Aku hanya ingin menyanyikan lagu itu untuk seseorang. Lagi pula,
kalau aku menyanyikan lagu milik Hyun Joong hyung, nanti hanya aku saja yang
menyanyi lagu Korea. Emangnya Bu Dita ngerti sama lagu Korea?”
Aku menahan
ketawa saat mendengar jawaban dari Kwangmin. Wajahnya yang polos lah yang
menjadi alasan pertama mengapa aku ingin sekali tertawa.
"Seharusnya,
saat tampil tadi, kau tunjukkan bakat ngerapp mu. Tapi kenapa tadi kau tidak
menunjukkannya?"
Kwangmin
menjadi salah tingkah.
"Ng..
Ya, karena lagu yang aku bawakan barusan kan lagu mellow. Dan tidak ada bagian
dimana aku harus ngerapp. Lagi pula aku ingin sekali menyanyikan lagu itu
untukmu." Kwangmin menatapku.
Sekarang,
aku yang menjadi salah tingkah. Aku mengalihkan pandanganku dan berusaha fokus
kepada temanku yang sedang tampil didepan.
***
Hari ini aku
mengajak Kwangmin untuk menghabiskan waktu di salah satu tempat wisata dengan
banyak wahana yang dapat kami naiki. Kwangmin tak pernah lepas dari kamera yang
ia genggam.
Kwangmin
mengajakku naik bianglala, ia sangat bersemangat. Setelah menaiki salah satu
bianglala, Kwangmin memotret kami dengan kameranya. Aku mencoba berpose lucu
yang diikuti Kwangmin. Aku merangkulnya dan Kwangmin kembali memotret kami.
Kusenderkan kepalaku dibahu Kwangmin dengan memejamkan mata.
Beberapa
wahana sudah kami naiki. Kwangmin senang sekali bisa menghabiskan akhir pekan
dengan menyambangi tempat ini. Saat siang menjelang sore, aku mengajak Kwangmin
ke pantai yang letaknya tak jauh dari tempat yang kami kunjungi tadi.
Kwangmin
melihat hasil potretannya dikamera yang ia bawa.
“Kireina-ya..”
Aku menoleh
dengan raut wajah datar dan Kwangmin langsung memotretnya. Aku menghampiri
Kwangmin yang tertawa saat melihat hasilnya.
“Kwangmin..
Cepat hapus fotonya! Sungguh, wajahku jelek sekali difoto ini.” Aku menutupi
wajahku
“Hahahah
gwaenchanayo Kireina-ya. Akan kusimpan foto ini sebagai kenang-kenangan.”
Kwangmin kembali tertawa.
Entah berapa
banyak foto yang sudah kami abadikan lewat kamera Kwangmin.
Aku dan
Kwangmin duduk disalah satu batu karang ditepi pantai. Deburan ombak terus
datang lalu pergi menghantam batu karang dihadapan kami. Kwangmin masih
senantiasa menggenggam erat kamera miliknya.
“Kuperhatikan,
sejak tadi kau selalu menggenggam kameramu terus!?”
Kwangmin
menatap kamera yang ada ditangannya, lalu tersenyum.
“Ini kan
kekasihku. Jadi wajar saja jika aku tidak mau kehilangannya. Aku kan sangat
menyayanginya.”
“Kau berkata
seperti itu, karena kau sering memotret dirimu sendiri kan, di kamera itu?” aku
menyenggol lengan Kwangmin dengan pelan.
Kwangmin
tersipu malu, “Entah kenapa, aku sangat menyukai benda ini. Terlebih, kamera
ini adalah pemberian dari Kwangmin. Saudara kembarku.” Kwangmin tersenyum lagi
“Mwo?
Kwangmin!?”
Kwangmin
terlihat salah tingkah.
“A, maksudku
Youngmin. Ng.. Sudah sore. Sebaiknya kita pulang.” Kwangmin berdiri dan berlalu
dariku.
Aku sempat
memikirkan hal itu. Tapi aku berusaha menghiraukannya. Mungkin Kwangmin
hanya salah pengucapan. Kubiarkan hal itu berlalu, dan tidak ku ungkit kembali.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar