Rabu, 02 Juli 2014

[FF] Go Back


Title : Go Back
Author : Han Rae Hwa
Rating: T
Genre : Romance
Main cast :
- You as Kireina
- Jo Youngmin 'BoyFriend' as Youngmin
- Jo Kwangmin 'BoyFriend' as Kwangmin
- Other Boyfriend member

Kireina POV
            Hari minggu seperti ini memang enaknya jalan-jalan keluar rumah. Mamah, Papah dan kak Yoga sedang pergi, dan teman-temanku juga sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Jadi, dirumah aku sendirian. Bosan juga sih lama-lama dirumah, jadi suntuk. Tanpa menunggu lama, aku mengganti pakaian dan mengambil tas. Aku menyetop sebuah taksi yang lewat di depan kompleks.
            “Mall Bekasi ya pak..” perintahku.
            Sampai di mall, aku melihat-lihat baju dan sepatu dibutik langganan. Puas melihat-lihat dan membeli beberapa baju-baju lucu, aku menuju ke food court untuk mengisi perutku yang kelaparan.
            Aku memesan beberapa makanan dan minuman ringan lalu hendak membayarnya. Karna agak susah meraih domeptku didalam tas, aku harus merogoh-rogoh tas ku. Karena aku mengambilnya agak kasar, akhirnya dompetku terjatuh kelantai. Aku mengambil dompet itu dengan malas, namun ada seseorang yang ikut mengambilkan dompetku yang terjatuh itu. Wajah kami berpapasan dan kami berdua saling bertatapan. Jantungku berdegup kencang entah kenapa. Dia tersenyum lalu meraih dompetku dan menyerahkannya padaku. Aku menatapnya sebentar lalu berterimakasih. Dia tersenyum lalu berlalu dariku. Aku segera membayar pesananku dan membawanya ke salah satu meja yang kosong.
            “Shillye hamnida, boleh kah aku makan disini bersamamu?” pintanya dengan sopan.
            Aku menatapnya. Ternyata dia orang yang mengambilkan dompetku yang tadi terjatuh. Sepertinya dia bukan orang Indonesia. Rambutnya berwarna pirang, berponi kekiri. Senyumnya sangat manis dan lembut, seperti seorang perempuan.
            “Mianhae?”
            “A, ne mianhae. Silahkan saja.” Aku tersadar dari lamunanku.
            Laki-laki itu duduk dihadapanku lalu menyantap makanan yang ia bawa.
            “Siksa hasipsiyo. Ireumi moaseyo? A, maksudku, siapa namamu?” tanyanya
            “Siksa hasipsiyo. Kireina Imnida. Sedangkan namamu?” aku berbalik tanya
            “Ng… Joneun Kwangmin Imnida. Kau, orang Korea juga ya?”
            “A, anio. Kebetulan kakek dari Ibuku yang asli orang Korea. Aku hanya keturunan saja.”
            “Pantas saja kau bisa mengerti ucapanku.” Laki-laki bernama Kwangmin itu melanjutkan makannya.
            Baru pertama kali ini aku bertemu dengan seseorang yang bisa langsung akrab begini denganku. Untung saja dia seumuran denganku. Jadi aku bisa lebih mudah untuk mengobrol dengannya.
            “Kau orang Korea kan? Lalu, apa yang kau lakukan disini?” tanyaku agak ragu
            “Aku sedang menerima pertukaran pelajar disini. Tapi siswa dari sini menolak untuk dipindahkan kesana. Entah karna apa alasannya. Nae mollayo.”
            “Wah sayang sekali ya siswa itu tidak menerima pertukaran pelajarnya. Kapan lagi dia bisa sekolah di negara yang maju dan sangat terkenal seperti Korea.”
            Kami larut dalam perbincangan. Tentu saja dengan menggunakan bahasa Korea yang pasif. Untung saja aku bisa memahami setiap perkataannya. Karena Kwangmin pun sama sekali tidak mengerti bahasa Indonesia sedikitpun. Paling hanya sedikit menggunakan bahasa Inggris saja. Ternyata Kwangmin pun tidak terlalu bisa bahasa Inggris.
            “Oh ya, bolehkah aku meminta nomor hp mu dan alamat emailmu? Menyenangkan juga bisa berkenalan denganmu.”
            Aku segera memberikan nomor hp ku dan tentu saja alamat emailku juga kepada Kwangmin. Kwangmin lalu mencatat di hp nya. Entah mengapa aku dan Kwangmin cepat akrab. Waktu menunjukkan pukul 15.00 sore. Aku dan Kwangmin memutuskan untuk pulang, dan ia akan mengantarku pulang. Ternyata Kwangmin tinggal diperumahan yang sama denganku. Tak mungkin aku menolak ajakannya.
            “Sampai jumpa lagi.” Kwangmin tersenyum lalu berlalu meninggalkan halaman rumahku dengan mobilnya.
***
            Semalaman penuh aku chatingan dengan Kwangmin lewat email. Kwangmin orangnya asik. Aku dan Kwangmin saling menceritakan tentang keluarga kita masing-masing. Ternyata Kwangmin adalah anak kembar dan mereka mempunyai seorang adik. Kwangmin memberikan foto keluarganya padaku terutama foto si kembarannya itu. Walaupun mereka kembar identik, namun ada saja perbedaan mereka yang dapat membedakan mereka satu sama lain. Aku juga sudah tau kalau mereka adalah personil dari BoyFriend, boyband yang terkenal dinegara mereka.
            ‘Tunggu kejutan yang akan kuberikan besok untukmu.. ~Ppyong..’
            Aku terkejut membaca email yang dikirim Kwangmin untukku. Baiklah, aku akan menunggu kejutan yang akan ia berikan padaku besok.
            Akibat tidur terlalu malam, rasa kantuk pun menghinggapiku dipagi hari. Semoga saja aku tidak tertidur pada saat KBM berjalan. Tiba-tiba saja Mrs. Lala masuk dan memberikan kami pengumuman. Katanya ada seorang murid pertukaran pelajar dari Korea Selatan yang akan belajar disekolahku ini, terutama dikelasku. Kira-kira siapa yaa? Siapa tau saja artis Korea terkenal yang menjadi murid pertukaran pelajarnya. Mengkhayal saja deh hihihi.
            “... Namanya Jo Kwangmin. Please come here Kwangmin.” Mrs. Lala mempersilahkan murid baru itu masuk kekelas
            Aku kaget, senang, bahagia dan entah apalagi yang aku rasakan. Semua perasaanku campur aduk. Apakah ini kejutan yang diberikan Kwangmin untukku? Oh, aku baru sadar tentang pertukaran pelajar yang kami perbincangkan sewaktu di cafe kemarin. Jadi yang dimaksud Kwangmin, murid yang menolak sekolah di Korea itu adalah aku!? Ya, aku memang diterima untuk pertukaran pelajar itu. Namun aku menolaknya. Dan ini kejutannya? Ini benar-benar kejutan untukku. Aku sangat bahagia.
            Mrs. Lala mempersilahkan Kwangmin duduk dibelakangku. Kwangmin melangkah menuju bangku yang ada dibelakangku. Saat melewati mejaku, Kwangmin mengedipkan sebelah matanya kearahku. Aku hanya tersenyum membalasnya.
            “Disini siapa yang lancar bahasa Inggris?” tanya Mrs. Lala
            “Kirei Miss. Kirei juga bisa bahasa Korea miss. “
            “Benar begitu Kirei?” tanya Mrs. Lala lagi.
            Aku mengangguk. “Iya miss.”
            Mrs. Lala menyuruhku untuk duduk mendampingi Kwangmin agar ia tidak kesulitan untuk mengikuti pelajaran disini. Aku mengikuti perintah dari wali kelasku. Kwangmin menyambutku dengan penuh kegembiraan. Senyumannya tak pernah lepas dari wajah manisnya.
            Hari ini kami melewati pelajaran dengan serius namun tetap dibawa santai. Terutama bagi Kwangmin yang baru pertama kalinya belajar di Indonesia. Kwangmin sangat menikmati berada dikelas ini, dan Kwangmin pun sudah mengatakan bahwa inilah kejutannya untukku. Saat ia tau kalau aku sekolah disini, saat itulah ia mempunyai ide untuk memberikanku kejutan. Pilihannya untuk memilih mengikuti pelajaran dikelasku ini, katanya karna aku lah yang menjadi alasannya. Aku bahagia sekali. Aku senang mempunyai teman baru yang sangat asik dan menyenangkan seperti Kwangmin.
***
            Kwangmin mengajakku untuk pulang, karna waktu sudah hampir sore. Tiba-tiba saja hujan menerjang ditengah perjalanan pulang. Akhirnya dengan terpaksa Kwangmin memberhentikan motornya disebuah ruko usang yang sepertinya sudah tak terpakai lagi.
            “Kita meneduh disini dulu yaa.”
            Aku mengangguk sambil tersenyum.
            Kwangmin melihatku yang kedinginan. Ia melepaskan sweater ditubuhnya lalu memakaikannya ditubuhku. Lalu Kwangmin mendekap tubuhku dengan erat agar aku tidak merasa kedinginan lagi. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku. Hembusan nafasnya hampir saja membuatku terlelap. Sungguh nyaman berada dalam dekapan Kwangmin. Walau tubuhnya tidak atletis, hihihi.
            Hujan tak kunjung reda, Kwangmin sudah melepaskan dekapannya sedari tadi. Karna Kwangmin merasa bosan, ia menyipratkan air hujan kearahku. Aku kesal karna bajuku basah. Akhirnya aku membalas menyipratkan air hujan kearah Kwangmin. Kwangmin malah terlihat asik bermain air hujan. Ia menyeretku ditengah-tengah hujan yang turun. Kami berlari-lari, menari-nari disebuah taman kecil tak jauh dari ruko tempat kita meneduh.
            “Kwangmin, bajuku basah karenamu.”
            “Habis kau terlihat lucu. Mianhaeyo Kireina-ya. Karna ulah kekanak-kanakkanku, kau jadi basah kuyup seperti ini. Aku menyesal..” Kwangmin menunduk
            “Gwaenchanayo. Justru aku ingin berterimakasih karna kau sudah membuatku tertawa bahagia. Karna ini baru kali pertama aku bermain hujan-hujanan dengan seorang namja, dan ini begitu menyenangkan.” Aku tersenyum dan menggandeng tangan Kwangmin untuk menghilangkan rasa bersalahnya.
            Kwangmin tersenyum bahagia mendengar jawabanku. Hujan sudah mulai reda. Aku dan Kwangmin memutuskan untuk kembali meneruskan perjalanan pulang. Kwangmin akhirnya menumpang mandi dirumahku. Mamah membuatkan kami cokelat hangat dan beberapa camilan lalu vitamin agar kami tidak sakit karna habis main hujan-hujanan. Kwangmin sangat senang bisa menghabiskan waktu denganku. Apalagi sikap Mamahku yang membuat Kwangmin merasa nyaman disini.
            Aku fikir Kwangmin sakit dan tidak masuk hari ini, karna kemarin ia bermain hujan-hujanan bersamaku. Tapi ternyata, keadaan Kwangmin baik-baik saja. Ia telat karna kesiangan bangun. Dasar Kwangmin, kalau sudah tidur memang susah dibangunkan.
            “Kufikir kau tidak masuk.”
            “Aku tak mungkin melewatkan hariku tanpa bertemu denganmu Kireina-ya.”
            “Kau ini..” aku menyenggolnya.
            Kwangmin membuka buku catatannya dan mengikuti pelajaran yang sudah ia lewatkan selama 15 menit.
***
            Sudah mulai memasuki bulan ketiga Kwangmin belajar disini.Hari-hari berlalu dengan sangat menyenangkan. Kwangmin juga sudah mulai menyesuaikan dirinya dengan sekolah dan lingkungan barunya.
            Sepulang sekolah Kwangmin mengajakku untuk makan siang berdua diluar. Aku tak mungkin menolak ajakan dari Kwangmin.
            “Yang ini bagaimana?”
            Aku melihat buku catatan matematika Kwangmin. “Kalau yang ini, baris yang ini dikali dengan kolom yang ini. Yang sebelah sini juga sama. Lalu kedua hasilnya ditambah.” Aku menjelaskan dengan menggunakan bahasa Korea. “Kau sudah mengerti?”
            “Ne, algesseoyo. Gomawo Kireina-ya, kau sudah mau mengajariku dengan penuh kesabaran.” Kwangmin tersenyum
            “Kau ini bisa saja. Yasudah lanjutkan.”
***
            Aku membuka tas Kwangmin saat si pemiliknya sedang pergi ke kantin. Kuambil buku catatan matematika milik Kwangmin.
            “Ini dia. Tunggu-tunggu..”
            Aku merogoh tas Kwangmin agak kedalam.
            “Kotak P3K? Untuk apa Kwangmin membawa kotak P3K?” aku megeluarkan kotak P3K itu dari dalam tasnya.
            Saat kubuka, ternyata kotak P3K milik Kwangmin sangat lengkap isinya. Bahkan lebih lengkap dari kotak P3K milik PMR saat aku yang memegangnya.
            “Kireina-ya..”
            “A, mainhae Kwangmin. Tadi aku ingin meminjam buku catatan matematikamu dan aku tidak sengaja menemukan ini.” Kuangkat sedikit kotak P3K milik Kwangmin
            “A, kotak P3K ku.” Kwangmin meraihnya dari tanganku. “Aku selalu membawa ini kemana-mana. Entah kenapa benda ini menjadi sangat penting bagiku.”
            “Bukankah!?”
            Aku sempat berpikir sesuatu tentang kotak P3K itu. Seingatku, kalau tidak salah baca, yang sering membawa kotak P3K itu adalah kembarannya. Bukan Kwangmin.
            “Waeyo Kireina-ya?”
            “A, anio.”

            Hari ini ada pelajaran seni yang mengharuskan kami semua tampil menyanyi didepan kelas minggu depan. Bu Dita menyuruh kami untuk berlatih agar kami bisa tampil dengan sangat memuaskan. Semata-mata demi nilai kami juga. Bu Dita juga mengosongkan pelajaran pada hari ini untuk menyiapkan penampilan minggu depan.
            “Kau mau menampilkan lagu apa Kireina-ya?” Kwangmin menatapku.
            Aku menggelengkan kepala, “Kau sendiri, ingin menyanyikan lagu apa nanti?”
            “Aku belum tau. Paling aku akan menyanyikan lagu milik BoyFriend. Atau lagu milik Kim Hyun Joong dari SS501. Aku sangat menyukai Hyun Joong hyung.”
            Aku mengangguk. Kwangmin berdiri dan tidak sengaja menjatuhkan gantungan tas nya yang berbentuk Winnie the Pooh yang terlepas sendiri. Aku berusaha meraihnya dan membetulkannya lagi seperti semula.
            “Winnie the Pooh!?” aku menatap gantungan tas itu.

            Seminggu pun berlalu dengan sangat cepat. Kelas ku dihadapkan dengan pelajaran Bu Dita lagi. Sepertinya teman-temanku sudah siap untuk menampilkan suara-suara indahnya didepan kelas nanti.
            Kwangmin Nampaknya gelisah. Ia keluar kelas dan menuju keran yang ada dibelakang kelas. Lagi-lagi ia mencuci kedua tangannya.
            Aku menatapnya, “Nervous ya?”
            Kwangmin mengangguk dengan cepat.
            “Ayo..” ajaknya kembali kedalam kelas.
            Aku terus memperhatikannya dari belakang. Kwangmin memang selalu mencuci tangannya ketika ia sedang stress atau nervous. Ya, itulah Kwangmin.
            Bu Dita masuk kelas dengan senyumannya yang tak pernah lepas dari wajah cantiknya itu. Ia duduk dan membuka buku absen. Setelah mengabsen semua murid yang kebetulan masuk semua, Bu Dita menyiapkan kertas nilai untuk pengambilan nilai hari ini.
            Bu Dita mulai memanggil murid yang harus tampil. Dalam pengambilan nilai kali ini, kami semua harus bernyanyi didepan kelas sendiri-sendiri alias individu. Nggak harus monoton nyanyi sih. Bisa diimbangi dengan bermain alat musik, tari tradisional atau tari modern yang biasa disebut dance.
            “Kireina Syallikha Adhilla..”
            Bu Dita memanggil namaku. Dengan sigap, aku berdiri dan maju ke depan. Kuhilangkan segala nervous yang melanda diriku. Dengan yakin, aku mengambil nafas lalu memainkan gitarku dan menyanyikan lagu Best Friend milik Jason Chen.
            Tanpa ragu, aku terus menyanyikan lagu dengan percaya diri. Ditambah dengan alunan gitar yang kumainkan sendiri. Semua teman-temanku termasuk Bu Dita memberikan tepuk tangan untukku setelah selesai tampil. Aku senang karena salah satu bebanku sudah hilang. Ya, seeminggu ini aku terus berlatih keras demi mendapatkan nilai maksimal untuk pelajaran seni.
            Kemudian Bu Dita memanggil Kwangmin. Dia tersenyum saat melirikku. Aku membalas senyumannya. Dia maju kedepan dan menyanyikan bait demi bait lagu Kris Allen yang berjudul Falling Slowly.
            “I don’t know you but I want you all the more for that…..”
            Sama sepertiku, saat Kwangmin selesai tampil teman-temanku dan Bu Dita memberikan tepuk tangan atas penampilan Kwangmin barusan.
            “Katanya mau nyanyiin lagunya Kim Hyun Joong SS501. Kenapa jadi nyanyi lagunya Kris Allen?”
            Kwangmin tersenyum. “Aku hanya ingin menyanyikan lagu itu untuk seseorang. Lagi pula, kalau aku menyanyikan lagu milik Hyun Joong hyung, nanti hanya aku saja yang menyanyi lagu Korea. Emangnya Bu Dita ngerti sama lagu Korea?”
            Aku menahan ketawa saat mendengar jawaban dari Kwangmin. Wajahnya yang polos lah yang menjadi alasan pertama mengapa aku ingin sekali tertawa.
            "Seharusnya, saat tampil tadi, kau tunjukkan bakat ngerapp mu. Tapi kenapa tadi kau tidak menunjukkannya?"
            Kwangmin menjadi salah tingkah.
            "Ng.. Ya, karena lagu yang aku bawakan barusan kan lagu mellow. Dan tidak ada bagian dimana aku harus ngerapp. Lagi pula aku ingin sekali menyanyikan lagu itu untukmu." Kwangmin menatapku.
            Sekarang, aku yang menjadi salah tingkah. Aku mengalihkan pandanganku dan berusaha fokus kepada temanku yang sedang tampil didepan.
***
            Hari ini aku mengajak Kwangmin untuk menghabiskan waktu di salah satu tempat wisata dengan banyak wahana yang dapat kami naiki. Kwangmin tak pernah lepas dari kamera yang ia genggam.
            Kwangmin mengajakku naik bianglala, ia sangat bersemangat. Setelah menaiki salah satu bianglala, Kwangmin memotret kami dengan kameranya. Aku mencoba berpose lucu yang diikuti Kwangmin. Aku merangkulnya dan Kwangmin kembali memotret kami. Kusenderkan kepalaku dibahu Kwangmin dengan memejamkan mata.
            Beberapa wahana sudah kami naiki. Kwangmin senang sekali bisa menghabiskan akhir pekan dengan menyambangi tempat ini. Saat siang menjelang sore, aku mengajak Kwangmin ke pantai yang letaknya tak jauh dari tempat yang kami kunjungi tadi.
            Kwangmin melihat hasil potretannya dikamera yang ia bawa.
            “Kireina-ya..”
            Aku menoleh dengan raut wajah datar dan Kwangmin langsung memotretnya. Aku menghampiri Kwangmin yang tertawa saat melihat hasilnya.
            “Kwangmin.. Cepat hapus fotonya! Sungguh, wajahku jelek sekali difoto ini.” Aku menutupi wajahku
            “Hahahah gwaenchanayo Kireina-ya. Akan kusimpan foto ini sebagai kenang-kenangan.” Kwangmin kembali tertawa.
            Entah berapa banyak foto yang sudah kami abadikan lewat kamera Kwangmin.
            Aku dan Kwangmin duduk disalah satu batu karang ditepi pantai. Deburan ombak terus datang lalu pergi menghantam batu karang dihadapan kami. Kwangmin masih senantiasa menggenggam erat kamera miliknya.
            “Kuperhatikan, sejak tadi kau selalu menggenggam kameramu terus!?”
            Kwangmin menatap kamera yang ada ditangannya, lalu tersenyum.
            “Ini kan kekasihku. Jadi wajar saja jika aku tidak mau kehilangannya. Aku kan sangat menyayanginya.”
            “Kau berkata seperti itu, karena kau sering memotret dirimu sendiri kan, di kamera itu?” aku menyenggol lengan Kwangmin dengan pelan.
            Kwangmin tersipu malu, “Entah kenapa, aku sangat menyukai benda ini. Terlebih, kamera ini adalah pemberian dari Kwangmin. Saudara kembarku.” Kwangmin tersenyum lagi
            “Mwo? Kwangmin!?”
            Kwangmin terlihat salah tingkah.
            “A, maksudku Youngmin. Ng.. Sudah sore. Sebaiknya kita pulang.” Kwangmin berdiri dan berlalu dariku.
            Aku sempat memikirkan hal itu. Tapi aku berusaha menghiraukannya.  Mungkin Kwangmin hanya salah pengucapan. Kubiarkan hal itu berlalu, dan tidak ku ungkit kembali.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength