Sabtu, 05 Juli 2014

[FF] You're My Lady part 2


You're My Lady part 2




        Youngmin membayar makanan yang ia pesan lalu membawanya ke sebuah meja kosong didekat jendela. Namun ia berubah fikiran saat matanya tertuju pada Jira yang sedang menikmati pemandangan diluar cafe lewat jendela dengan secangkir cappucino hangat. Youngmin menghampirinya.
        “Annyeong haseyo Jira-ya. Sudah lama kita tidak bertemu. Kau apa kabar?”
        Jira terkejut dengan kehadiran Youngmin. Ia menyunggingkan senyum lalu membalas sapaan Youngmin, “Annyeong haseyo Youngmin-ah. Kabarku baik.”
        “Maaf jika aku tiba-tiba datang. Aku akan pergi jika kau merasa terganggu dengan kehadiranku.”
        “Gwaenchana. Duduklah..”
        Youngmin pun tersenyum, lalu memandang kotak musik milik Jira dimeja, “Sepertinya aku sering melihat kau selalu membawa kotak musik itu kemana-mana.”
        Jira menatap kotak musiknya. Ia mencoba tesenyum. “Ini pemberian kekasihku beberapa minggu yang lalu sebelum ia kecelakaan.” Jira menggenggam kotak musiknya lalu menatapnya dalam-dalam
        “Pantas saja. Sepertinya sangat berharga ya? Lalu, bagaimana keadaan kekasihmu saat ini?”
        “Ne. Ini sangat berharga untukku. Dia..” Jira tak melanjutkan kata-katanya. Dadanya terasa sangat sesak jika harus mengatakan yang berhubungan dengan sang kekasihnya, yang kini berada tepat dihadapannya. Ia hanya tersenyum tipis lalu menunduk.
        “Baiklah jika kau tidak ingin berbagi denganku.” Youngmin melanjutkan makannya
        Jira mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Kini senyumnya lebih terlihat, “Dia mengalami amnesia dan.. Dia tidak mengingatku sama sekali.” Youngmin terkejut dan menghentikan makannya, sementara Jira menahan ari matanya agar tidak menetes.
        Youngmin mengelus tangan Jira lalu menatapnya. Ada getaran yang terasa dihati keduanya.
        “Mianhaeyo sudah membuatmu sedih.”
        Youngmin tidak mengetahui jika orang yang dimaksud Jira adalah dirinya. Sebenarnya Jira ingin sekali mengutarakan seluruh isi hatinya kepada Youngmin. Namun, Jira tidak ingin membuat keadaan Youngmin jadi memburuk. Jira hanya bisa menahan dirinya dan tetap memendamnya.
        “Mian, aku harus pergi. Gal geo ye yo..” Jira mengambil tas dan kotak musiknya lalu pergi. Youngmin hanya menatapnya.

        Eunri masuk kedalam cafe saat Jira hendak keluar. Eunri langsung menghampiri kekasihnya yang masih menjadi kekasih Jira. Eunri menghampiri Youngmin lalu mengecup pipi kekasihnya itu kemudian duduk dibangku yang kosong, disamping Youngmin.
        “Annyeong haseyo chagiya. Ini milik siapa? Apa kau sedang makan bersama orang lain?” tanya Eunri ketika ia melihat secangkir cappucino yang masih tersisa.
        “Aaa itu milik temanku. Tadi aku tidak sengaja melihatnya, lalu kita mengobrol sebentar. Tapi ia sudah pergi.”
        Eunri menganggukkan kepalanya, lalu memesan beberapa makanan kecil dan minuman kepada pelayan cafe.
        “Apa kau sudah memesan baju pernikahan kita?”
        “Ne. Kemarin aku dan Kwangmin sudah memesan baju. Hari ini kau harus melihat baju pemgantinnya.”
        “Baiklah." Eunri tersenyum.


        Ada perasaan aneh yang Youngmin rasakan saat Jira menceritakan tentang kekasihnya. Ada yang berbeda, tapi Youngmin sendiripun masih bingung. Youngmin larut dalam lamunannya tentang Jira. Dirinya selalu merasa nyaman saat berada disisi Jira. Berbeda sekali saat sedang berada disisi Eunri. Jika dibandingkan, Jira lebih masuk ke kriteria perempuan idamannya dibandingkan Eunri. Ia lebih menyukai wanita sederhana namun terlihat sangat manis dan baik hati, dan sifat itu terdapat pada Jira, bukan di Eunri. Youngmin merasa Eunri itu adalah perempuan yang agak centil dan selalu memampilkan sisi mewahnya, dan Youngmin tidak memyukainya 
        “ Youngmin-ah kenapa kau melamun seperti itu? Sedang melamunkan pernikahanmu dengan Eunri!?”
        “Aniya, Kwangmin-ah. Kau tahu? Aku tidak mengerti dengan perasaanku saat ini.”
        “Maksudmu apa hyung? Aku sama sekali tidak mengerti.” Kwangmin menatap hyung nya.
        “Aku merasa jika berada didekat Jira, hatiku menjadi tenang dan aku merasa sangat nyaman. Berbeda sekali saat aku berada disisi Eunri.”
        Deg.. Jantung Kwangmin berdetak lebih kencang dari sebelumnya, matanya terbelakak.
        “Dan kau tau? Kriteria kekasih idamanku adalah seperti yang dimiliki oleh Jira, bukan Eunri. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa menyukai Eunri dan akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini.”
        Kwangmin tidak tau harus berbicara apa, ia terdiam. Berusaha mencari alasan yang  tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari hyung nya.
        “Aaaa Youngmin-ah, aku baru ingat jika aku harus bertemu dengan temanku sore ini ditaman. Kita bicarakan ini nanti saja, ne? Mianhae hyung. Gal geo ye yo.”
             “Selalu saja seperti itu. Dasar Kwangmin..”

*

        Tidak terasa waktu dengan cepat berlalu. Kecelakaan yang mengakibatkan Youngmin amnesia sudah lewat selama tiga bulan yang lalu. Jira tidak percaya jika kekasih yang sangat ia cintai harus bersanding dipelaminan bersama perempuan lain. Ia sangat menyesal telah menyia-nyiakan waktunya selama ini. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain hanya pasrah.
        Malam ini Kwangmin menemui Jira yang sedang merenung dikamarnya. Ia duduk disamping Jira ditepi tempat tidur.
        “Mianhaeyo Jira-ya, sejauh ini aku sudah gagal membantumu untuk  mengembalikan ingatan Youngmin tentangmu.”
        “Kau tidak perlu minta maaf Kwangmin-ah. Justru aku ingin berterima kasih karena selama ini kau dan yang lain sudah membantuku, dan selama ini pun kalian yang selalu membuat aku tersenyum bahkan tertawa untuk melupakan semua beban hidupku.” Jira berusaha tersenyum walaupun hatinya terasa sakit.
        “Kau harus bisa menggagalkan pernikahan Youngmin dengan Eunri, Jira-ya!?”
        “Untuk apa? Aku tidak ada hak untuk menggagalkan pernikahan mereka. Walaupun aku menggagalkannya, tapi Youngmin tetap saja tidak ingat siapa diriku kan? Itu sama saja aku melakukan hal bodoh.”
Kwangmin menunduk.
        Jira menyeka air matanya yang berlinang. “Besok aku akan pergi ke Amerika. Mungkin aku akan menetap disana dan tinggal bersama saudaraku. Aku titip salam untuk Youngmin. Bilang padanya semoga ia bahagia dengan perempuan yang akan ia nikahi besok. Aku pasti akan selalu merindukan kalian..”
        “Mwo?” Kwangmin mengangat kepalanya, menatap Jira dengan lekat, Kau gila? Kau akan pergi dan meninggalkan Youngmin? Meninggalkan aku dan juga member Boyfriend yang lain?”
        “Mianhae Kwangmin-ah. Tapi keputusanku sudah bulat. Jika aku terus berada disini, hatiku pasti akan tambah sakit. Apalagi setelah melihatnya sudah menjadi seorang suami perempuan lain. aku tidak sanggup menahan rasa sakitnya lagi Kwangmin-ah..” Tangannya menyentuh dadanya.
        Kwangmin menghapus air mata Jira. Ia mendekap tubuh kekasih hyung nya itu dan berusaha untuk menenangkannya.
        “Jika itu yang terbaik untukmu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku akan selalu mendoakanmu Jira-ya. Aku yakin kau pasti akan bahagia walau tidak bersama hyung..”
        Jira melepaskan pelukan Kwangmin. “Ne Kwangmin-ah. Mianhae jika selama ini aku telah merepotkanmu dan juga member Boyfriend yang lainnya. Salam juga untuk mereka. Aku berjanji, aku tidak akan melupakan kebaikan kalian semua.”
        Kwangmin mengangguk lalu tersenyum.


        Malam semakin larut, namun Jira tak kunjung tertidur. Ia menata ke langit yang penuh dengan bintang, ia memejamkan matanya.

Flashback
             Youngmin mengajak Jira untuk menikmati indahnya pemandangan langit malam disebuah bukit. Dibawanya sebuah teropong agar Jira bisa melihat bintang-bintang dengan jelas. Tangannya menyentuh pipi Jira dengan perlahan, wajahnya ia dekatkan ke wajah Jira. Bibir mereka saling bersentuhan. Mata mereka terpejam sambil terus menikmatinya. Lalu Youngmin memeluk Jira dengan erat. Jira membalas pelukan Youngmin.
        “Aku berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkanmu Jira-ya. Aku berjanji.”
        “Saranghaeyo Youngmin-ah.."     
        “Saranghaeyo Jira-ya..”
Flashback end

        Air mata kembali membasahi kedua pipinya. Sebuah kenyataan pahit yang harus ia terima dengan sebuah kelapangan dada. Dengan berat hati, Jira mengorbankan dirinya sendiri demi kondisi orang yang ia cintai. Jira rela jika hatinya sakit demi menjaga kesehatan dan kondisi Youngmin, ia sangat tidak ingin jika Youngmin harus merasakan sakit lagi.
        Dengan sangat terpaksa, Jira kembali membereskan barang-barangnya yang akan ia bawa ke Amerika. Selesai mengecek barang-barang yang akan ia bawa besok, Jira memaksa dirinya untuk tidur.

Dirumah Jo Twins.
        Kwangmin melihat hyung nya yang sedang gelisah. Kwangmin ingin sekali menjelaskan semuanya yang Youngmin tidak ketahui, mengingat keadaan Jira yang sangat memprihatinkan saat ini. Namun, ia juga tidak ingin membuat kondisi kesehatan Youngmin memburuk.
        “Aaa Kwangmin-ah, dari mana saja kau. Aku sangat memerlukannmu..”
        “Waeyo hyung?”
        “Sejak tadi hatiku merasa sangat gelisah dan tidak tenang Kwang..”
        “Kau jangan terlalu memikirkan hal-hal yang berat hyung. Besok kan kau akan melangsungkan pernikahan dengan Eunri.”
        “Tapi aku merasa hatiku...”
        “Sudahlah hyung, tak ada yang perlu kau khawatirkan.” Sela Kwangmin.
        “Akhir-akhir ini aku sering memimpikan Jira. Didalam mimpiku, aku dan dia seperti pasangan kekasih yang saling mencintai satu sama lain.”
        “Hyung, sebaiknya kau istirahat. Aku juga ingin segera istirahat. Aku lelah. Jaljayo..” Kwangmin meninggalkan Youngmin yang masih terdiam.

*

             Youngmin terlihat sangat tampan dengan kemeja putih dan jass berwarna hitam yang ia kenakan. Ditatapnya bayangan dirinya dicermin, memastikan jika dirinya tidak kekurangan apapun dari segi penampilan.
        “Kau sangat tampan hyung. Jika aku menjadi Eunri, aku sudah menikahimu dari dulu.”
        “Aish, jinjja!” Youngmin menjitak kepala kembarannya dengan pelan.
        “Aduh..” Kwangmin mengelus kepalanya yang kesakitan.


        Youngmin berjalan seiringan dengan Eunri. Eunri nampak cantik mengenakan gaun pengantin dengan warna putih yang sepadan dengan kemeja yang dikenakan Youngmin. Tangan mereka saling bergandengan. Ditangan kiri Eunri menggenggam buket bunga pengantin miliknya. Eunri tersenyum bahagia, namun tidak dengan Youngmin. Ia justru berusaha menutupi kegelisahannya dihari pernikahannya dengan Eunri. Hatinya bimbang, gundah gulana. Apakah keputusannya menikah dengan Eunri itu tepat? Batinnya.

        Kwangmin kembali memastikan jika Jira tidak benar-benar pergi ke Amerika. Namun, Jira tetap pada pendiriannya. Tepat pukul 14.00 pesawat yang akan membawa Jira ke Amerika lepas landas. Kwangmin mengendarai motor sportnya dengan kecepatan maksimal menuju gereja tempat hyung nya akan mengikrarkan janjinya sehidup semati bersama Eunri. Ia bersyukur karena apartemen Jira tidak terlalu jauh dengan gereja itu.

        Langkah Youngmin dan Eunri terhenti dihadapan Pendeta. Pendeta itu mengucapkan beberapa kalimat, lalu ia menanyakan sesuatu.
        “Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah ada yang keberatan dengan pernikahan ini?”
        Satu menit, dua menit, tidak ada yang menjawab pertanyaan sang pendeta.
         “Sekali lagi saya ingin bertanya. Apakah ada yang keberatan dengan pernikahan ini?”
        Dengan penuh keyakinan, Youngmin berusaha mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
        “Saya keberatan!”
        Jelas semua tamu undangan yang menyaksikan pernikahan Youngmin dan Eunri terkejut, termasuk para wartawan yang meliput. Tak ada satu pun yang percaya dengan pernyataan Youngmin baru saja. Youngmin sendiri sangat yakin jika yang dikatakan adik sekaligus kembarannya benar dan tidak mungkin salah.

Flashback
        “Kwangmin aku mohon padamu. Apa yang sebenarnya terjadi antara aku dengan Jira!? Aku mohon jawab pertanyaanku Jo Kwang Min!” Pinta Youngmin dengan lirih. “Aku mohon..”
        Kwangmin menatap Youngmin dengan tatapan penuh arti.
        “Sebenarnya sudah dari awal aku ingin memberitahumu tentang ini hyung. Namun aku tidak ingin membuat kondisi kesehatanmu menurun.”
        “Sudahlah Kwangmin, cepat jelaskan padaku! Sebelum semuanya benar-benar terlambat. Aku tidak ingin menyesali semuanya. Meski ingatanku belum pulih..”
        “Baiklah.. Sebenarnya kau dan Jira itu memang berpacaran. Dan kalian saling mencintai. Mimpimu benar hyung. Dan Eunri, dia hanya teman biasa dihidupmu. Tidak lebih dari itu. Eunri memintaku untuk berbohong padamu. Sejak dulu Eunri memang suka padamu dan sangat ingin memilikimu. Namun, saat itu kau sudah dimiliki oleh Jira. Pada saat kecelakaan itu, dia tau jika kau amnesia, dan dia memanfaatkan kesempatan itu untuk memilikimu hyung. Dia mengancamku, juga mengancam yang lainnya. Jika aku tidak menuruti permintaannya, dia tidak akan segan-segan untuk menyakiti kami, bahkan ia bisa saja menyakitimu. Aku tidak ingin dia menyakitimu, aku tidak mau kehilanganmu hyung..”
        Tiba-tiba saja kepala Youngmin terasa sangat sakit. Kedua tangannya menahan sakit dikepalanya. Kwangmin pun merasakan hal yang sama, namun tidak sesakit yang dirasakan hyung nya. Kwangmin berusaha melawan rasa sakit itu dan mendekap kembarannya yang masih menahan sakit.
        “Bertahanlah hyung.. Mianhe.. Aku sudah membuatmu sakit seperti ini.. Mianhaeyo..”
        “Nan gwaenchana! Percayalah.. Kau tidak perlu minta maaf Kwangmin-ah.. Gomawo, kau telah menceritakan semuanya padaku.” Youngmin berusaha berdiri dan meninggalkan Kwangmin yang masih terduduk sambil memperhatikan Youngmin dari belakang.
Flashback end

        “Aku juga keberatan!!”
        Kwangmin berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah karena berlari. Ia masuk kedalam ruangan dan menghampiri Hyung nya.
        “Hyung, kau harus mencegah Jira pergi. Sebentar lagi pesawatnya akan lepas landas.”
        “Mwo? Jira akan pergi?” Tatap Youngmin pada Kwangmin, lalu mereka berlari meninggalkan gereja.
        “Youngmin-ah, kau akan menikah denganku. Aku ini calon istrimu!! Gajima!! Gajima!!"
        “Anio!!” bentak Youngmin kepada Eunri lalu meninggalkannya.

        Sebentar lagi, Jira akan meninggalkan Korea. Negara yang selama ini banyak menyimpan kenangan. Ia akan segera melepas Youngmin untuk orang lain. Perasaan yang harus ia korbankan selama ini demi orang yang ia cintai itu. Sesekali Jira menoleh ke arah pintu masuk, berharap Youngmin akan datang untuk mengucapkan salam perpisahan atau bahkan mencegah kepergiannya. Tapi Jira beranggapan bahwa yang ia harapkan itu sangat mustahil.
        Kwangmin mengendarai motor sportnya dengan kecepatan maksimal. Mereka tidak ingin Jira benar-benar pergi dari Korea dan meninggalkan mereka.
        “Cepatlah Kwang!!”
        “Ini sudah kecepatan maksimum Hyung.. Sabarlah..”

        Jira beranjak dari tempat duduknya lalu meraih sebuah koper dan tas tangannya. Sekali lagi ia menoleh ke arah pintu masuk. Tidak ada orang yang ia kenal sama sekali. Harapannya pupus untuk bertemu Youngmin yang terakhir kalinya sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Korea dan juga Youngmin.
        “Apa kau akan benar-benar pergi dan meninggalkanku?”
        Jira menoleh. Seketika matanya membulat. Youngmin menghampirinya dengan perlahan.
        “Kau!? Kenapa kau ada disini? Bukankah kau akan menikah dengan Eunri?”
        “Aku tidak akan berada disana jika kau tidak ada. Dan tentu saja aku akan melaksanakan pernikahan itu bersamamu. You’re my lady. Sampai kapanpun kau tetap gadisku..” Youngmin menggenggam kedua tangan Jira lalu menciumnya.
        “Aku mohon jangan pernah pergi dan jangan pernah meninggalkanku. Mianhae.. Selama ini aku sudah menghiraukanmu, aku sudah menjadi kekasih yang tidak baik untukmu Jira-ya..”
        “Semua ini bukan salahmu Youngmin. Aku senang jika kau bisa kembali mengingatku.”
        “My Lady My Lady I’m yours.. I love you.. My Lady My Lady I’m yours.. I miss you.. My Lady My Lady I’m yours.. I always think of you. Lady setsunai kisetsu sa.. Lady kaze ni fukarete iku.. Lady mune wo tataku no wa.. Kimi he no omoi dake.. My lady yuki ga tokete yuku.. Seishun jikan chikuchiku to hora yurete..” youngmin  menyanyikan sepenggal lagu milik Boyfriend, juga lagu yang Jepang yang sering dinyanyikannya untuk Jira.
          Jira memeluk kekasih yang sangat ia rindukan. Tangisnya pecah dipelukan Youngmin. Yang dipeluk pun tak kuasa menahan haru dan tersenyum bahagia. Tak jauh, Kwangmin menatap kebahagiaan sang kembarannya juga calon kakak iparnya. Hatinya merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Ia menyungginggkan sebuah senyum kebahagiaan.

The end.................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength