[FF] Together With You Part 3
Pagi harinya.
Seung Jin mengernyitkan keningnya saat
kedua matanya terbuka, ia terbangun dari tidurnya. Ia menyapu pandangannya
kesekelilingnya. Sebuah ruangan yang tidak familiar dimatanya, ruangan dengan
beberapa furniture yang sama sekali belum pernah dilihatnya sebelumnya.
“Ini dimana? Eomma, Appa.. Aku takut..
Aku sama sekali tidak kenal tempat ini.. Eomma.. Appa.. Aku dimana? Aku
takut..”
Seung Jin meringkuk dibalik selimutnya.
Ia makin takut saat seseorang membuka pintu kamar itu dengan perlahan.
“Ah, annyeonghsaeyo.. Kau sudah bangun
rupanya..”
“Youngmin Hyung, apa itu kau?” Seung Jin
membuka selimutnya dan berlari menghampiri Youngmin yang baru saja meletakkan
sebuah nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas susu putih.
“Ah, kau kenapa? Apa kau mimpi buruk?
Katakan padaku!”
Seung Jin menggeleng. “Aku hanya takut.
Ku kira aku diculik. Karena aku tidak kenal tempat ini. Apa ini kamar mu Hyung?
Kau membawaku pulang ke rumahmu, ya?”
Youngmin tersenyum, melepaskan pelukan
Seung Jin lalu membungkuk agar dapat melihat wajah Seung Jin dengan jelas.
“Ne.. Aku membawamu pulang ke rumahku.
Kau bilang, orang tuamu sedang pergi ke Busan, kan!? Jadi aku tidak mau kau
sendirian dirumahmu. Maka dari itu aku membiarkanmu tidur disini.”
“Lalu, semalam kau tidur dimana? Kau
tidur di sofa ya, karena aku tidur ditempat tidurmu!? Jeongmal mianhae
Hyung..”
“Ani.. Dibawah ada kamar kosong yang
tidak terpakai. Jadi aku tidur disana. Oh ya..” Youngmin meraih nampan yang ia
bawa tadi dan menyerahkannya kepada Seung Jin, “Aku sudah buatkan sarapan
untukmu. Habiskan yaa..”
Seung Jin mengangguk dan menerima nampan
itu lalu memakannya dilantai. Ditemani Youngmin dihadapannya.
“Hyung.. Apa kau punya saudara? Apa kau
memiliki adik atau kakak?”
“Aku sama sepertimu.”
“Sama sepertiku? Berarti kau tidak
memiliki adik atau pun kakak?”
Youngmin mengangguk.
“Waahh kita sama..”
Youngmin tertawa kecil melihat
tingkahnya.
Siangnya, Youngmin membacakan buku cerita
untuk Seung Jin. Dan hal itu membuat Seung Jin nampak bahagia. Bagi Seung Jin,
Youngmin sudah menjadi orang tua pengganti dihidupnya. Dengan orang tua kandung
yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, membuat Seung Jin selalu mengharapkan
seseorang yang bisa mengerti perasaannya dan bisa mengembalikan kebahagiaannya.
Mengembalikan masa kecilnya yang seharusnya bisa ia lewati dengan kesenangan
dan keceriaan. Bukan dengan rasa sepi yang selalu menyelimutinya, sebelum ia
bertemu dengan Youngmin.
*
Semakin hari, Seung Jin dan Youngmin
semakin dekat. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama-sama. Kebetulan sekolah
Seung Jin tengah libur selama satu minggu karena mereka baru saja melaksanakan
ujian kenaikan sekolah. Dan selama ujian, Seung Jin pun giat belajar dengan
dibantu oleh Youngmin yang senantiasa mengajarkannya dengan penuh kesabaran dan
kasih sayang.
Seung Jin mampu meraih peringkat pertama
dengan nilai-nilai yang memuaskan. Orang tuanya bangga dengan Seung Jin
meskipun mereka tidak sempat mengambil rapot Seung Jin dan tidak bisa melihat
acara pementasan yang diadakan disekolah Seung Jin. Namun Seung Jin mulai tidak
mempermasalahkannya lagi. Bahkan ia lebih senang jika Youngmin yang selalu bisa
menemaninya. Bagi Seung Jin, Youngmin adalah segalanya.
Siang hari dirumah Youngmin.
“Hyung Hyung.. Ajak aku jalan-jalan!”
Rengek Seung Jin pada Youngmin.
“Memangnya kau mau jalan-jalan kemana?”
“Mmhh..” Seung Jin menautkan jari
telunjuk di dagunya sembari berpikir, “Bagaimana kalau kita makan ice cream?”
“Hhmm, boleh.. Kalau begitu, aku ambil
uang dulu ya. Kau tunggu disini.”
Seung Jin mengangguk.
Tak sampai menunggu lama, Youngmin datang
dengan membawa tas yang berukuran agak sedang lalu bergegas pergi bersama Seung
Jin.
Mereka pergi ke kedai ice cream yang
letaknya tidak begitu jauh dari rumah Youngmin. Tapi harus melewati rumah Seung
Jin. Seung Jin melirik ke rumahnya yang besar itu lalu mengalihkan pandangannya
seakan-akan tidak peduli.
“Apa kau tidak ingin pulang ke rumahmu?
Siapa tau saja orang tuamu sudah pulang dari Busan.”
Sueng Jin menggeleng. “Kalau mereka sudah
pulang dari Busan, pasti mereka akan pergi lagi.”
“Jinjja? Memangnya mereka tidak lelah?”
“Entahlah.. Aku tidak peduli..”
Youngmin meghela napas. Ia tidak ingin
membahas orang tuanya Seung Jin, karena tidak ingin membuat Seung Jin sedih
lagi. Jadi Youngmin membiarkan ia untuk sedikit melupakannya.
“Tapi kau sudah memberitahu pembantu
dirumahku kan, kalau aku menginap dirumahmu?” Tanya Seung Jin sembari melirik
ke arah Youngmin sebentar. Youngmin hanya menanggapinya dengan anggukan.
Setelah membeli ice cream dengan berbagai
macam rasa, Seung Jin dan Youngmin membawa ice cream itu untuk dimakan bersama
di taman yang ada diseberang kedai.
“Kau tau, disini kan banyak kelinci
berkeliaran.”
“Jinjja? Kalau begitu aku ingin bermain
dengan kelinci itu!”
“Tapi habiskan dulu ice cream nya.”
Seung Jin mengangguk.
Setelah menghabiskan ice cream nya, Seung
Jin bermain dengan beberapa kelinci yang ada di taman itu. Youngmin senang
karena Seung Jin terlihat sangat bahagia. Dengan semangat, Seung Jin berlarian
mengejar beberapa kelinci yang larinya begitu cepat darinya.
“Aww..” Karena terlalu brsemangat dan
kurang berhati-hati, Seung Jin jatuh dan lututnya berdarah, “Huuaahhh…” Seung
Jin mulai menangis histeris.
“Seung Jin, kau tidak apa-apa?” Youngmin
panik dan berlari menghampiri Seung Jin. Ia mendekap Seung Jin dan membawanya
ke bawah pohon rindang.
“Lututku sakit Hyung..” Ringis Seung Jin
“Biar ku obati..”
“Pelan-pelan Hyung..”
“Ne, Dongsaeng. Tahan yaa..” Youngmin
mengobati luka dikaki Seung Jin dengan penuh kesabaran dan penuh kasih sayang.
Perlahan air mata Seung Jin berhenti mengalir, lalu Seung Jin tersenyum.
“Gomawo Hyung.. Sekarang sudah tidak
terasa sakit lagi.”
“Cheonmaneyo Seung Jin. Kalau begitu, ayo
kita pulang.”
Seung Jin mengangguk. Youngmin merapihkan
kotak obatnya dan memasukkannya ke dalam ransel. Ia membalikkan badan, dengan
kedua tangan yang mengadah.
“Ayo naik ke atas punggungku! Biar aku
gendong.”
Seung Jin mengangguk, menuruti perkatan
Youngmin.
Youngmin membaringkan tubuh Seung Jin
ditempat tidurnya lalu menyelimuti tubuh Seung Jin hingga bagian dadanya. Ia
tersenyum dan mencium kening Seung Jin yang sudah tertidur saat perjalanan
pulang menuju rumah dari taman.
Malamnya, Youngmin terpaksa untuk membangunkan
Seung Jin yang belum bangun untuk makan malam. Tapi Seung Jin tak kunjung
bangun saat beberapa kali Youngmin memanggil namanya. Ia mengerutkan keningnya.
Youngmin menempelkan punggung tangan kanannya di dahi Seung Jin. Matanya
terbelalak.
“Aigoo.. Seung Jin, badanmu panas
sekali..”
Youngmin membuka selimut dari tubuh
Seung Jin dan menggendongnya menuju ke lantai bawah.
“Eomma.. Eomma..” Teriak Youngmin dengan
panik.
“Ne, waeyo Youngmin-ah? Kenapa kau
berteriak seperti itu, eoh?” Tanya Eomma nya yang langsung datang.
“Badan Seung Jin panas, Eomma. Sepertinya
ia demam. Tadi siang juga ia sempat jatuh.”
“Omo… Kalau begitu kita bawa Seung Jin ke
Rumah Sakit! Kau yang mengendarai mobilnya. Appa sedang pergi membeli bahan
makanan untuk restoran.”
Youngmin mengangguk lalu segera membawa
Seung Jin ke mobilnya, diikuti Eomma dari belakang.
Youngmin dan Eomma nya menunggu Seung Jin
diruang tunggu setelah Seung Jin dibawa masuk oleh beberapa perawat ke dalam
ruang UGD.
Dua puluh menit kemudian.
Seorang dokter keluar dari ruang UGD dan
menghampiri Youngmin juga Eomma nya.
“Bagaimana keadaan Seung Jin? Apa dia
baik-baik saja?” Tanya Youngmin dengan khawatir.
“Dia baik-baik saja. Hanya demam biasa
dan ia butuh banyak istirahat.”
“Syukurlah..”
Dokter itu bergegas pergi. Sementara
Youngmin memeluk Eomma nya dengan tersenyum tipis.
Pagi harinya.
Youngmin tertidur
dikursi sambil menyandarkan kepala diatas kedua tangannya. Tepat diatas tempat
tidur Seung Jin, yang masih tertidur.
“Hyung.. Youngmin Hyung..”
Youngmin tak sengaja mendengar sayup-sayup
suara yang membangunkan tidurnya.
“Seung Jin.. Kau sudah siuman!?”
“Aku dimana Hyung? Apa aku berada dirumahku?
Aku tidak mau disini!” Seung Jin meronta
“Tenanglah.. Kau berada di Rumah Sakit. Semalam
kau demam tinggi. Jadi aku dan Eomma membawamu kesini. Aku mengkhawatikanmu
Seung Jin.”
“Geuraeyo? Aku takut Hyung.. Ruangan ini
menyeramkan.” Seung Jin bangkit, memeluk erat Youngmin sambil memejamkan kedua
matanya.
“Jangan takut. Aku akan selalu disini menjaga
dan menemanimu. Jadi kau tidak perlu khawatir.” Balas peluk Youngmin.
“Gomawo Hyung.. Aku sangat menyayangimu.”
“Aku juga Seung Jin.”
Sore harinya.
Youngmin duduk disebelah Eomma nya. Kedua
matanya memandang ke arah Seung Jin yang baru saja tertidur.
“Aku khawatir
jika ia tidak mau pulang ke rumah.. Apa ini kesalahanku, Eomma?”
“Tidak Youngmin-ah. Bukan sepenuhnya salahmu.
Selama ini kau sudah melakukan semuanya dengan baik.”
“Kau berkata seperti itu bukan karena kau hanya
ingin menyenangkanku, kan!?” Eomma tersenyum. “Kenapa kau berbicara seperti
itu? Tentu saja tidak. Eomma berkata seperti itu karena memang begitulah
pandanganku terhadapmu. Apa itu salah?”
Youngmin menunduk lalu kembali memandang
Seung Jin. Ia menghampiri Seung Jin, duduk dikursi yang ada disamping tempat
tidur, sambil memandang Seung Jin. Tatapan matanya sangat sendu. Perlahan air
mata jatuh dari sudut matanya. Ia menggenggam salah satu tangan Seung Jin
dengan erat, dengan memejamkan kedua matanya.
“Mianhae Seung Jin.. Aku tidak ingin
kehilanganmu. Tapi.. Hhh..” Youngmin tak mampu meneruskan kalimatnya yang
menggantung. Eomma nya menghampiri lalu mendekapnya.
*
Hari ini Seung Jin diperbolehkan pulang
setelah dirawat selama dua hari di Rumah Sakit. Seung Jin sendiri tidak betah
jika harus berlama-lama tinggal dirawat di Rumah Sakit. Meskipun ada Youngmin
yang selalu menemaninya. Tapi baginya, lebih nyaman jika ia berada dirumah
Youngmin, dibandingkan dengan dirawat di Rumah Sakit atau bahkan tinggal di
rumahnya sendiri.
“Seung Jin, kau harus pulang kerumahmu..”
Ucap Youngmin dengan lembut, sambil terus berjalan menggenggam salah satu
tangan Seung Jin. Namun Seung Jin menghentikan langkahnya, melepaskan
genggamannya dari tangan Youngmin dengan agak kasar.
“Ani. Aku tidak
mau!”
Youngmin menghela napas panjang. Ia
menghadapkan tubuhnya didepan Seung Jin, lalu membungkuk, menyamakan tingginya
dengan Seung Jin. Kedua tangannya yang kokoh menyentuh lengan Seung Jin dengan
agak erat.
“Kau sayang padaku, kan!?”
Seung Jin mengangguk, namun pandangannya lurus
kebawah. Tak berani menatap mata Youngmin.
“Kalau kau sayang padaku, kau harus pulang ke
rumahmu! Orang tuamu pasti sangat mencemaskanmu, Seung Jin! Selama ini aku
sudah memperbolehkanmu untuk tinggal dirumahku. Tapi sekarang saatnya kau
pulang!”
Seung Jin menarik napas panjang, “Aku tidak
mau! Aku tidak mau bertemu dengan kedua orang tuaku yang sama sekali tidak
mempedulikanku!” Bentak Seung Jin pada Youngmin.
“Kau tau? Aku sedih jika melihatmu seperti ini.
Aku menjadi sangat merasa bersalah kepada orang tuamu, karena aku sudah
merampasmu dari mereka. Kau sadar kan, kalau sekarang kau lebih nyaman tinggal
dirumahku, nyaman bersama denganku. Apa kau sadar, perlahan kau sudah mulai
melupakan kehadiran orang tuamu, Seung Jin!”
Seung Jin mulai menangis. “Baiklah, jika kau
memintaku untuk pulang ke rumahku. Aku akan pulang sekarang!”
“Biar kuantar kau pulang, ya!?”
“Tidak usah! Aku bisa sendiri!” Seung Jin
berlari menjauh dari Youngmin.
“Seung Jin, tunggu aku!” Youngmin berlari
mengejar Seung Jin yang mulai jauh dari pandangannya.
Ternyata Seung Jin
benar-benar pulang sendiri, tanpa di antar oleh siapapun, termasuk Youngmin.
Karena terlalu mengkhawatirkan Seung Jin, Youngmin diam-diam mengikuti Seung
Jin dari belakang. Ia takut terjadi apa-apa dengan Seung Jin, meskipun jarak
rumahnya dengan Rumah Sakit tak begitu jauh. Hanya butuh waktu lima belas menit
jika ditempuh dengan berjalan kaki. Seperti yang dilakukan Seung Jin saat ini.
Seung Jin masuk ke
rumahnya, lewat pagar besi yang lumayan besar dan tinggi. Kedua matanya tertuju
ke dua buah mobil yang terparkir tepat didepan rumahnya. Ia melanjutkan
langkahnya, masuk ke dalam rumah.
Kedua orang tua nya
menyambut Seung Jin dengan perasaan yang cukup kalut, namun disertai dengan
rasa bahagia, juga rasa syukur.
Eomma nya mendekap
Seung Jin dengan erat. “Seung Jin! Kau kemana saja, eoh? Kami sangat
mengkhawatirkanmu!”
“Lepaskan aku!”
Seung Jin mengulurkan dekapan Eomma nya.
“Untuk apa kalian
pulang? Apa kalian kehabisan stok pakaian kalian!? Jadi kalian pulang untuk
mengambil pakaian, lalu setelah itu kalian akan pergi lagi. Iya kan!?”
“Kau ini bicara
apa, eoh?” Tanya Eomma agak heran.
“Seung Jin-ah! Kau belum menjawab pertanyaan
Eomma mu!”
Seung Jin menatap
Appa nya, setelah itu kembali menatap Eomma nya.
“Aku tinggal dirumah Youngmin. Orang yang
selama ini selalu membuatku merasa bahagia. Orang yang selalu bisa membuat masa
kecilku menjadi masa kecil yang berharga.”
“Siapa orang yang
kau maksud itu? Apa kami mengenalnya?”
“Tentu saja kalian
tidak mengenalnya. Kalian kan hanya sibuk bekerja. Jadi mana mungkin kalian
memiliki waktu untuk mengenal teman-temanku. Dia anak dari pemilik restoran
diseberang sekolahku. Mereka baik padaku. Aku seperti memiliki keluarga baru
yang menyenangkan. Mereka saja membawaku ke Rumah Sakit saat aku demam. Dan
mereka yang menjagaku saat aku dirawat di Rumah Sakit.”
“Mwo? Kau di rawat di Rumah Sakit? Kenapa kau
tidak memberitahu kami, eoh?”
“Untuk apa aku memberitahu kalian. Kalian saja
selalu sibuk dengan pekerjaan kalian. Kalian tidak pernah mempedulikanku. Tak
punya waktu sedikit pun hanya untuk menemaniku belajar, sebelum aku ulangan
kenaikan kelas kemarin! Bahkan saat aku liburan, kalian tetap sibuk dengan
pekerjaan kalian. Apa itu yang namanya sayang padaku, eoh?”
“Seung Jin, kami melakukan semua itu demi kau!
Agar kau bisa hidup berkecukupan. Agar kau bisa bahagia. Kau ingin mainan yang
banyak dan bagus kan!? Kami bisa membelikannya untukmu. Berapapun yang kau
minta. Kami akan memberikannya untukmu.” Sahut Appa. Eomma nya mengangguk.
“Kalian pikir aku hanya ingin mainan, eoh? Aku
tidak butuh mainan! Aku hanya butuh kalian! Aku hanya ingin kalian perhatian
padaku, seperti teman-temanku yang lain, yang selalu diperhatikan oleh orang
tuanya. Aku hanya butuh kalian untuk selalu ada disampingku! Kemana kalian saat
aku membutuhkan kasih sayang kalian? Justru orang lain yang bukan siapa-siapa,
yang mau meluangkan waktunya untukku. yang bisa membuatku selalu merasa
bahagia. Aku benci kalian!” Seung Jin menekankan kalimat terakhirnya, lalu ia
berlari keluar.
Sepuluh menit Youngmin menunggu Seung Jin yang
tak kunjung terlihat setelah ia masuk ke dalam rumahnya. Youngmin berpikir
kalau orang tuanya sudah pulang. Terlihat dari dua mobil pribadi yang terparkir
dihalaman rumah Seung Jin. Jadi mungkin Seung Jin sedang bertemu kangen dengan
kedua orang tuanya. Ia berjalan menjauh dari kediaman Seung Jin. Sedikit
perasan lega karena Seung Jin mau menuruti perkataannya untuk pulang ke
rumahnya.
Sesampainya dirumah, ada rasa sakit yang
tiba-tiba hinggap dikepalanya. Ia mencoba memejamkan matanya, namun rasa sakit
itu terus bertambah sakit. Ia menghentikan langkahnya sambil menahan rasa sakit
dikepalanya.
“Youngmin Hyung..” Teriak seseorang dari
belakang. Youngmin mencoba menoleh, berusaha untuk menyembunyikan rasa
sakitnya.
Dan ternyata Seung Jin lah yang memanggil nama
Youngmin. Ia berlari menghampiri Youngmin lalu memeluknya dengan erat.
“Seung Jin!? Sedang apa kau disini? Bukankah
seharusnya kau bertemu dengan orang tuamu?”
“Aku tidak mau bertemu dengan mereka lagi!
Mereka tidak mengerti apa yang aku rasakan! Aku ingin bersamamu saja Hyung..”
Tangis Seung Jin. Youngmin membalas pelukkan Seung Jin.
“Seung Jin, jangan seperti itu..” Kini rasa
bersalah pun kembali hinggap.
“Aku hanya ingin merasakan kebahagiaan.
Bersamamu.. Bersama Eomma dan Appa mu..”
Youngmin mengulurkan kedua tangannya,
melepaskan pelukan Seung Jin dari tubuhnya. Ia menyentuh kedua rahang Seung
Jin, menghapus air matanya sembari menatapnya.
“Sebaiknya kau kembali ke rumahmu sekarang..
Bicarakan baik-baik apa yang ada didalam hatimu kepada mereka. Tapi tidak
dengan emosi. Aku yakin, mereka pasti akan mengerti.”
Seung Jin menggeleng. Aku terlanjur menyayangimu Hyung.. Aku
ingin bersamamu saja. Aku ingin tinggal denganmu saja..”
“Ani. Aku tidak bisa terus bersamamu. Aku
tidak bisa menemanimu lebih lama lagi.” Ujar Youngmin dengan napas yang
terengah-engah.
“Kenapa? Kau tidak sayang lagi padaku? Apa kau
ingin seperti orang tuaku?”
“Bukan begitu maksudku. Aku harus pergi. Dan
kau tidak bisa ikut denganku.”
“Waeyo Hyung? Kenapa aku tidak bisa ikut
denganmu? Aku nakal ya?”
“Ani. Aku.. Aku..”
Youngmin melepaskan
kedua tangannya dari rahang Seung Jin dan menyentuh kepalanya yang terasa
sakit. Kali ini ia tidak bisa lagi menutupi rasa sakitnya dari Seung Jin. Ia
mencium bau darah dari hidungnya, yang tak lama darah itu keluar dan jatuh ke
lantai.
“H-hyung.. K-kau kenapa? Hyung..” Seung Jin
menyentuh kedua lengan Youngmin dan menggoyangkannya beberapa kali, berharap
Youngmin menanggapi pertanyaannya. “Hyung, jawab pertanyaaku! Hyung..”
Youngmin terkapar dilantai, sementara Seung Jin
kembali menangis dan panik, bingung apa yang harus ia lakukan.
“Hyung.. Bangun! Kenapa kau pingsan? Hyung..
Ayo bangun..” Seung Jin terus menggoyangkan tubuh Youngmin, berharap Youngmin
dapat bangun secepatnya dan tidak lagi membuatnya khawatir.
TBC~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar