Jumat, 23 Januari 2015

[FF] Together With You Part 3


[FF] Together With You Part 3



    Pagi harinya.
    Seung Jin mengernyitkan keningnya saat kedua matanya terbuka, ia terbangun dari tidurnya. Ia menyapu pandangannya kesekelilingnya. Sebuah ruangan yang tidak familiar dimatanya, ruangan dengan beberapa furniture yang sama sekali belum pernah dilihatnya sebelumnya.
    “Ini dimana? Eomma, Appa.. Aku takut.. Aku sama sekali tidak kenal tempat ini.. Eomma.. Appa.. Aku dimana? Aku takut..”
    Seung Jin meringkuk dibalik selimutnya. Ia makin takut saat seseorang membuka pintu kamar itu dengan perlahan.
    “Ah, annyeonghsaeyo.. Kau sudah bangun rupanya..”
    “Youngmin Hyung, apa itu kau?” Seung Jin membuka selimutnya dan berlari menghampiri Youngmin yang baru saja meletakkan sebuah nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas susu putih.
    “Ah, kau kenapa? Apa kau mimpi buruk? Katakan padaku!”
    Seung Jin menggeleng. “Aku hanya takut. Ku kira aku diculik. Karena aku tidak kenal tempat ini. Apa ini kamar mu Hyung? Kau membawaku pulang ke rumahmu, ya?”
    Youngmin tersenyum, melepaskan pelukan Seung Jin lalu membungkuk agar dapat melihat wajah Seung Jin dengan jelas.
    “Ne.. Aku membawamu pulang ke rumahku. Kau bilang, orang tuamu sedang pergi ke Busan, kan!? Jadi aku tidak mau kau sendirian dirumahmu. Maka dari itu aku membiarkanmu tidur disini.”
    “Lalu, semalam kau tidur dimana? Kau tidur di sofa ya, karena aku tidur ditempat tidurmu!? Jeongmal mianhae Hyung..”   
    “Ani.. Dibawah ada kamar kosong yang tidak terpakai. Jadi aku tidur disana. Oh ya..” Youngmin meraih nampan yang ia bawa tadi dan menyerahkannya kepada Seung Jin, “Aku sudah buatkan sarapan untukmu. Habiskan yaa..”
    Seung Jin mengangguk dan menerima nampan itu lalu memakannya dilantai. Ditemani Youngmin dihadapannya.
    “Hyung.. Apa kau punya saudara? Apa kau memiliki adik atau kakak?”
    “Aku sama sepertimu.”
    “Sama sepertiku? Berarti kau tidak memiliki adik atau pun kakak?”
    Youngmin mengangguk.
    “Waahh kita sama..”
    Youngmin tertawa kecil melihat tingkahnya.

    Siangnya, Youngmin membacakan buku cerita untuk Seung Jin. Dan hal itu membuat Seung Jin nampak bahagia. Bagi Seung Jin, Youngmin sudah menjadi orang tua pengganti dihidupnya. Dengan orang tua kandung yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, membuat Seung Jin selalu mengharapkan seseorang yang bisa mengerti perasaannya dan bisa mengembalikan kebahagiaannya. Mengembalikan masa kecilnya yang seharusnya bisa ia lewati dengan kesenangan dan keceriaan. Bukan dengan rasa sepi yang selalu menyelimutinya, sebelum ia bertemu dengan Youngmin.

*

    Semakin hari, Seung Jin dan Youngmin semakin dekat. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama-sama. Kebetulan sekolah Seung Jin tengah libur selama satu minggu karena mereka baru saja melaksanakan ujian kenaikan sekolah. Dan selama ujian, Seung Jin pun giat belajar dengan dibantu oleh Youngmin yang senantiasa mengajarkannya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
    Seung Jin mampu meraih peringkat pertama dengan nilai-nilai yang memuaskan. Orang tuanya bangga dengan Seung Jin meskipun mereka tidak sempat mengambil rapot Seung Jin dan tidak bisa melihat acara pementasan yang diadakan disekolah Seung Jin. Namun Seung Jin mulai tidak mempermasalahkannya lagi. Bahkan ia lebih senang jika Youngmin yang selalu bisa menemaninya. Bagi Seung Jin, Youngmin adalah segalanya.

    Siang hari dirumah Youngmin.
    “Hyung Hyung.. Ajak aku jalan-jalan!” Rengek Seung Jin pada Youngmin.
    “Memangnya kau mau jalan-jalan kemana?”
    “Mmhh..” Seung Jin menautkan jari telunjuk di dagunya sembari berpikir, “Bagaimana kalau kita makan ice cream?”
    “Hhmm, boleh.. Kalau begitu, aku ambil uang dulu ya. Kau tunggu disini.”
    Seung Jin mengangguk.
    Tak sampai menunggu lama, Youngmin datang dengan membawa tas yang berukuran agak sedang lalu bergegas pergi bersama Seung Jin.

    Mereka pergi ke kedai ice cream yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah Youngmin. Tapi harus melewati rumah Seung Jin. Seung Jin melirik ke rumahnya yang besar itu lalu mengalihkan pandangannya seakan-akan tidak peduli.
    “Apa kau tidak ingin pulang ke rumahmu? Siapa tau saja orang tuamu sudah pulang dari Busan.”
    Sueng Jin menggeleng. “Kalau mereka sudah pulang dari Busan, pasti mereka akan pergi lagi.”
    “Jinjja? Memangnya mereka tidak lelah?”
    “Entahlah.. Aku tidak peduli..”
    Youngmin meghela napas. Ia tidak ingin membahas orang tuanya Seung Jin, karena tidak ingin membuat Seung Jin sedih lagi. Jadi Youngmin membiarkan ia untuk sedikit melupakannya.
    “Tapi kau sudah memberitahu pembantu dirumahku kan, kalau aku menginap dirumahmu?” Tanya Seung Jin sembari melirik ke arah Youngmin sebentar. Youngmin hanya menanggapinya dengan anggukan.

    Setelah membeli ice cream dengan berbagai macam rasa, Seung Jin dan Youngmin membawa ice cream itu untuk dimakan bersama di taman yang ada diseberang kedai.
    “Kau tau, disini kan banyak kelinci berkeliaran.”
    “Jinjja? Kalau begitu aku ingin bermain dengan kelinci itu!”
    “Tapi habiskan dulu ice cream nya.”
    Seung Jin mengangguk.

    Setelah menghabiskan ice cream nya, Seung Jin bermain dengan beberapa kelinci yang ada di taman itu. Youngmin senang karena Seung Jin terlihat sangat bahagia. Dengan semangat, Seung Jin berlarian mengejar beberapa kelinci yang larinya begitu cepat darinya.
    “Aww..” Karena terlalu brsemangat dan kurang berhati-hati, Seung Jin jatuh dan lututnya berdarah, “Huuaahhh…” Seung Jin mulai menangis histeris.
    “Seung Jin, kau tidak apa-apa?” Youngmin panik dan berlari menghampiri Seung Jin. Ia mendekap Seung Jin dan membawanya ke bawah pohon rindang.
    “Lututku sakit Hyung..” Ringis Seung Jin
    “Biar ku obati..”
    “Pelan-pelan Hyung..”
    “Ne, Dongsaeng. Tahan yaa..” Youngmin mengobati luka dikaki Seung Jin dengan penuh kesabaran dan penuh kasih sayang. Perlahan air mata Seung Jin berhenti mengalir, lalu Seung Jin tersenyum.
    “Gomawo Hyung.. Sekarang sudah tidak terasa sakit lagi.”
    “Cheonmaneyo Seung Jin. Kalau begitu, ayo kita pulang.”
    Seung Jin mengangguk. Youngmin merapihkan kotak obatnya dan memasukkannya ke dalam ransel. Ia membalikkan badan, dengan kedua tangan yang mengadah.
    “Ayo naik ke atas punggungku! Biar aku gendong.”
    Seung Jin mengangguk, menuruti perkatan Youngmin.

    Youngmin membaringkan tubuh Seung Jin ditempat tidurnya lalu menyelimuti tubuh Seung Jin hingga bagian dadanya. Ia tersenyum dan mencium kening Seung Jin yang sudah tertidur saat perjalanan pulang menuju rumah dari taman.


    Malamnya, Youngmin terpaksa untuk membangunkan Seung Jin yang belum bangun untuk makan malam. Tapi Seung Jin tak kunjung bangun saat beberapa kali Youngmin memanggil namanya. Ia mengerutkan keningnya. Youngmin menempelkan punggung tangan kanannya di dahi Seung Jin. Matanya terbelalak.
    “Aigoo.. Seung Jin, badanmu panas sekali..”
    Youngmin membuka selimut  dari tubuh Seung Jin dan menggendongnya menuju ke lantai bawah.
    “Eomma.. Eomma..” Teriak Youngmin dengan panik.
    “Ne, waeyo Youngmin-ah? Kenapa kau berteriak seperti itu, eoh?” Tanya Eomma nya yang langsung datang.
    “Badan Seung Jin panas, Eomma. Sepertinya ia demam. Tadi siang juga ia sempat jatuh.”
    “Omo… Kalau begitu kita bawa Seung Jin ke Rumah Sakit! Kau yang mengendarai mobilnya. Appa sedang pergi membeli bahan makanan untuk restoran.”
    Youngmin mengangguk lalu segera membawa Seung Jin ke mobilnya, diikuti Eomma dari belakang.


    Youngmin dan Eomma nya menunggu Seung Jin diruang tunggu setelah Seung Jin dibawa masuk oleh beberapa perawat ke dalam ruang UGD.

    Dua puluh menit kemudian.
    Seorang dokter keluar dari ruang UGD dan menghampiri Youngmin juga Eomma nya.
    “Bagaimana keadaan Seung Jin? Apa dia baik-baik saja?” Tanya Youngmin dengan khawatir.
    “Dia baik-baik saja. Hanya demam biasa dan ia butuh banyak istirahat.”
    “Syukurlah..”
    Dokter itu bergegas pergi. Sementara Youngmin memeluk Eomma nya dengan tersenyum tipis.

Pagi harinya.
        Youngmin tertidur dikursi sambil menyandarkan kepala diatas kedua tangannya. Tepat diatas tempat tidur Seung Jin, yang masih tertidur.
    “Hyung.. Youngmin Hyung..”
   Youngmin tak sengaja mendengar sayup-sayup suara yang membangunkan tidurnya.
   “Seung Jin.. Kau sudah siuman!?”
   “Aku dimana Hyung? Apa aku berada dirumahku? Aku tidak mau disini!” Seung Jin meronta
   “Tenanglah.. Kau berada di Rumah Sakit. Semalam kau demam tinggi. Jadi aku dan Eomma membawamu kesini. Aku mengkhawatikanmu Seung Jin.”
   “Geuraeyo? Aku takut Hyung.. Ruangan ini menyeramkan.” Seung Jin bangkit, memeluk erat Youngmin sambil memejamkan kedua matanya.
   “Jangan takut. Aku akan selalu disini menjaga dan menemanimu. Jadi kau tidak perlu khawatir.” Balas peluk Youngmin.
   “Gomawo Hyung.. Aku sangat menyayangimu.”
   “Aku juga Seung Jin.”


Sore harinya.
   Youngmin duduk disebelah Eomma nya. Kedua matanya memandang ke arah Seung Jin yang baru saja tertidur.
   “Aku khawatir jika ia tidak mau pulang ke rumah.. Apa ini kesalahanku, Eomma?”
   “Tidak Youngmin-ah. Bukan sepenuhnya salahmu. Selama ini kau sudah melakukan semuanya dengan baik.”
   “Kau berkata seperti itu bukan karena kau hanya ingin menyenangkanku, kan!?” Eomma tersenyum. “Kenapa kau berbicara seperti itu? Tentu saja tidak. Eomma berkata seperti itu karena memang begitulah pandanganku terhadapmu. Apa itu salah?”
   Youngmin menunduk lalu kembali memandang Seung Jin. Ia menghampiri Seung Jin, duduk dikursi yang ada disamping tempat tidur, sambil memandang Seung Jin. Tatapan matanya sangat sendu. Perlahan air mata jatuh dari sudut matanya. Ia menggenggam salah satu tangan Seung Jin dengan erat, dengan memejamkan kedua matanya.
   “Mianhae Seung Jin.. Aku tidak ingin kehilanganmu. Tapi.. Hhh..” Youngmin tak mampu meneruskan kalimatnya yang menggantung. Eomma nya menghampiri lalu mendekapnya.

*

   Hari ini Seung Jin diperbolehkan pulang setelah dirawat selama dua hari di Rumah Sakit. Seung Jin sendiri tidak betah jika harus berlama-lama tinggal dirawat di Rumah Sakit. Meskipun ada Youngmin yang selalu menemaninya. Tapi baginya, lebih nyaman jika ia berada dirumah Youngmin, dibandingkan dengan dirawat di Rumah Sakit atau bahkan tinggal di rumahnya sendiri.

   “Seung Jin, kau harus pulang kerumahmu..” Ucap Youngmin dengan lembut, sambil terus berjalan menggenggam salah satu tangan Seung Jin. Namun Seung Jin menghentikan langkahnya, melepaskan genggamannya dari tangan Youngmin dengan agak kasar.
   “Ani. Aku tidak mau!”
   Youngmin menghela napas panjang. Ia menghadapkan tubuhnya didepan Seung Jin, lalu membungkuk, menyamakan tingginya dengan Seung Jin. Kedua tangannya yang kokoh menyentuh lengan Seung Jin dengan agak erat.
   “Kau sayang padaku, kan!?”
   Seung Jin mengangguk, namun pandangannya lurus kebawah. Tak berani menatap mata Youngmin.
   “Kalau kau sayang padaku, kau harus pulang ke rumahmu! Orang tuamu pasti sangat mencemaskanmu, Seung Jin! Selama ini aku sudah memperbolehkanmu untuk tinggal dirumahku. Tapi sekarang saatnya kau pulang!”
   Seung Jin menarik napas panjang, “Aku tidak mau! Aku tidak mau bertemu dengan kedua orang tuaku yang sama sekali tidak mempedulikanku!” Bentak Seung Jin pada Youngmin.
   “Kau tau? Aku sedih jika melihatmu seperti ini. Aku menjadi sangat merasa bersalah kepada orang tuamu, karena aku sudah merampasmu dari mereka. Kau sadar kan, kalau sekarang kau lebih nyaman tinggal dirumahku, nyaman bersama denganku. Apa kau sadar, perlahan kau sudah mulai melupakan kehadiran orang tuamu, Seung Jin!”
   Seung Jin mulai menangis. “Baiklah, jika kau memintaku untuk pulang ke rumahku. Aku akan pulang sekarang!”
   “Biar kuantar kau pulang, ya!?”
   “Tidak usah! Aku bisa sendiri!” Seung Jin berlari menjauh dari Youngmin.
   “Seung Jin, tunggu aku!” Youngmin berlari mengejar Seung Jin yang mulai jauh dari pandangannya.

   Ternyata Seung Jin benar-benar pulang sendiri, tanpa di antar oleh siapapun, termasuk Youngmin. Karena terlalu mengkhawatirkan Seung Jin, Youngmin diam-diam mengikuti Seung Jin dari belakang. Ia takut terjadi apa-apa dengan Seung Jin, meskipun jarak rumahnya dengan Rumah Sakit tak begitu jauh. Hanya butuh waktu lima belas menit jika ditempuh dengan berjalan kaki. Seperti yang dilakukan Seung Jin saat ini.

   Seung Jin masuk ke rumahnya, lewat pagar besi yang lumayan besar dan tinggi. Kedua matanya tertuju ke dua buah mobil yang terparkir tepat didepan rumahnya. Ia melanjutkan langkahnya, masuk ke dalam rumah.
   Kedua orang tua nya menyambut Seung Jin dengan perasaan yang cukup kalut, namun disertai dengan rasa bahagia, juga rasa syukur.
   Eomma nya mendekap Seung Jin dengan erat. “Seung Jin! Kau kemana saja, eoh? Kami sangat mengkhawatirkanmu!”
   “Lepaskan aku!” Seung Jin mengulurkan dekapan Eomma nya.
   “Untuk apa kalian pulang? Apa kalian kehabisan stok pakaian kalian!? Jadi kalian pulang untuk mengambil pakaian, lalu setelah itu kalian akan pergi lagi. Iya kan!?”
   “Kau ini bicara apa, eoh?” Tanya Eomma agak heran.
   “Seung Jin-ah! Kau belum menjawab pertanyaan Eomma mu!”
   Seung Jin menatap Appa nya, setelah itu kembali menatap Eomma nya.
   “Aku tinggal dirumah Youngmin. Orang yang selama ini selalu membuatku merasa bahagia. Orang yang selalu bisa membuat masa kecilku menjadi masa kecil yang berharga.”
   “Siapa orang yang kau maksud itu? Apa kami mengenalnya?”
   “Tentu saja kalian tidak mengenalnya. Kalian kan hanya sibuk bekerja. Jadi mana mungkin kalian memiliki waktu untuk mengenal teman-temanku. Dia anak dari pemilik restoran diseberang sekolahku. Mereka baik padaku. Aku seperti memiliki keluarga baru yang menyenangkan. Mereka saja membawaku ke Rumah Sakit saat aku demam. Dan mereka yang menjagaku saat aku dirawat di Rumah Sakit.”
   “Mwo? Kau di rawat di Rumah Sakit? Kenapa kau tidak memberitahu kami, eoh?”
   “Untuk apa aku memberitahu kalian. Kalian saja selalu sibuk dengan pekerjaan kalian. Kalian tidak pernah mempedulikanku. Tak punya waktu sedikit pun hanya untuk menemaniku belajar, sebelum aku ulangan kenaikan kelas kemarin! Bahkan saat aku liburan, kalian tetap sibuk dengan pekerjaan kalian. Apa itu yang namanya sayang padaku, eoh?”
   “Seung Jin, kami melakukan semua itu demi kau! Agar kau bisa hidup berkecukupan. Agar kau bisa bahagia. Kau ingin mainan yang banyak dan bagus kan!? Kami bisa membelikannya untukmu. Berapapun yang kau minta. Kami akan memberikannya untukmu.” Sahut Appa. Eomma nya mengangguk.
   “Kalian pikir aku hanya ingin mainan, eoh? Aku tidak butuh mainan! Aku hanya butuh kalian! Aku hanya ingin kalian perhatian padaku, seperti teman-temanku yang lain, yang selalu diperhatikan oleh orang tuanya. Aku hanya butuh kalian untuk selalu ada disampingku! Kemana kalian saat aku membutuhkan kasih sayang kalian? Justru orang lain yang bukan siapa-siapa, yang mau meluangkan waktunya untukku. yang bisa membuatku selalu merasa bahagia. Aku benci kalian!” Seung Jin menekankan kalimat terakhirnya, lalu ia berlari keluar.

   Sepuluh menit Youngmin menunggu Seung Jin yang tak kunjung terlihat setelah ia masuk ke dalam rumahnya. Youngmin berpikir kalau orang tuanya sudah pulang. Terlihat dari dua mobil pribadi yang terparkir dihalaman rumah Seung Jin. Jadi mungkin Seung Jin sedang bertemu kangen dengan kedua orang tuanya. Ia berjalan menjauh dari kediaman Seung Jin. Sedikit perasan lega karena Seung Jin mau menuruti perkataannya untuk pulang ke rumahnya.

   Sesampainya dirumah, ada rasa sakit yang tiba-tiba hinggap dikepalanya. Ia mencoba memejamkan matanya, namun rasa sakit itu terus bertambah sakit. Ia menghentikan langkahnya sambil menahan rasa sakit dikepalanya.
   “Youngmin Hyung..” Teriak seseorang dari belakang. Youngmin mencoba menoleh, berusaha untuk menyembunyikan rasa sakitnya.
   Dan ternyata Seung Jin lah yang memanggil nama Youngmin. Ia berlari menghampiri Youngmin lalu memeluknya dengan erat.
   “Seung Jin!? Sedang apa kau disini? Bukankah seharusnya kau bertemu dengan orang tuamu?”
   “Aku tidak mau bertemu dengan mereka lagi! Mereka tidak mengerti apa yang aku rasakan! Aku ingin bersamamu saja Hyung..” Tangis Seung Jin. Youngmin membalas pelukkan Seung Jin.
   “Seung Jin, jangan seperti itu..” Kini rasa bersalah pun kembali hinggap.
   “Aku hanya ingin merasakan kebahagiaan. Bersamamu.. Bersama Eomma dan Appa mu..”
   Youngmin mengulurkan kedua tangannya, melepaskan pelukan Seung Jin dari tubuhnya. Ia menyentuh kedua rahang Seung Jin, menghapus air matanya sembari menatapnya.
   “Sebaiknya kau kembali ke rumahmu sekarang.. Bicarakan baik-baik apa yang ada didalam hatimu kepada mereka. Tapi tidak dengan emosi. Aku yakin, mereka pasti akan mengerti.”
Seung Jin menggeleng. Aku terlanjur menyayangimu Hyung.. Aku ingin bersamamu saja. Aku ingin tinggal denganmu saja..”
   “Ani. Aku tidak bisa terus bersamamu. Aku tidak bisa menemanimu lebih lama lagi.” Ujar Youngmin dengan napas yang terengah-engah.
    “Kenapa? Kau tidak sayang lagi padaku? Apa kau ingin seperti orang tuaku?”
   “Bukan begitu maksudku. Aku harus pergi. Dan kau tidak bisa ikut denganku.”
   “Waeyo Hyung? Kenapa aku tidak bisa ikut denganmu? Aku nakal ya?”
   “Ani. Aku.. Aku..”
   Youngmin melepaskan kedua tangannya dari rahang Seung Jin dan menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Kali ini ia tidak bisa lagi menutupi rasa sakitnya dari Seung Jin. Ia mencium bau darah dari hidungnya, yang tak lama darah itu keluar dan jatuh ke lantai.
   “H-hyung.. K-kau kenapa? Hyung..” Seung Jin menyentuh kedua lengan Youngmin dan menggoyangkannya beberapa kali, berharap Youngmin menanggapi pertanyaannya. “Hyung, jawab pertanyaaku! Hyung..”
   Youngmin terkapar dilantai, sementara Seung Jin kembali menangis dan panik, bingung apa yang harus ia lakukan.
   “Hyung.. Bangun! Kenapa kau pingsan? Hyung.. Ayo bangun..” Seung Jin terus menggoyangkan tubuh Youngmin, berharap Youngmin dapat bangun secepatnya dan tidak lagi membuatnya khawatir.

TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength