[FF] Together With You Part 4
“Seung Jin!” Panggil seseorang.
Seung Jin menoleh. Eomma dan Appa Youngmin berlari
menghampiri Seung Jin juga Youngmin.
“Ahjumma, Ahjussi.. Youngmin Hyung
pingsan.. Aku tidak tau kenapa ia pingsan. Ada darah yang terus keluar dari
hidungnya. Ahjumma, Ahjussi, Youngmin Hyung kenapa? Apa dia baik-baik saja?”
Tanpa menunggu lama, Appa Youngmin menelpon sebuah Rumah Sakit untuk memintanya agar mengirimkan ambulans, segera ke rumahnya. Dengan perasaan cemas juga khawatir, Eomma Youngmin mendekap erat Seung Jin dengan tangan kirinya, sementara tangan sebelah kanannya berusaha mendekap Youngmin.
Dirumah sakit.
Tanpa menunggu lama, Appa Youngmin menelpon sebuah Rumah Sakit untuk memintanya agar mengirimkan ambulans, segera ke rumahnya. Dengan perasaan cemas juga khawatir, Eomma Youngmin mendekap erat Seung Jin dengan tangan kirinya, sementara tangan sebelah kanannya berusaha mendekap Youngmin.
Dirumah sakit.
Eomma Youngmin masih mendekap Seung
Jin yang menangis saat Youngmin dibawa masuk ke sebuah ruangan dengan
menggunakan sebuah tempat tidur yang didorong oleh beberapa perawat,
sesampainya di Rumah Sakit.
“Aku takut Youngmin kenapa-kenapa..”
Ringis Seung Jin dalam dekapan Eomma Youngmin. Namun Eomma dan Appa Youngmin
tidak menjawab.
Seung Jin yang tak sabar mengetahui
keadaan Youngmin, mendorong pintu ruang UGD dan berlari menghampiri Youngmin
yang tengah diperiksa oleh seorang dokter dan beberapa perawat. Tangisnya tak
berhenti. Seorang dokter berjas putih menggosokkan kedua sisi alat pemacu detak
jantung, kemudian menempelkannya di dada Youngmin yang kehilangan kesadaran.
“Youngmin Hyung..” Gumam Seung Jin
pelan.
Dak..
Dak..
Tubuh Youngmin tertarik ke atas
kemudian kembali lagi. Dokter itu melakukannya hingga berkali-kali, hingga
detak jantung Youngmin semakin melemah.
“Jangan sakiti Youngmin Hyung-ku!”
Ujar Seung Jin setengah berteriak, membuat Dokter dan beberapa perawat yang
berada disekeliling Youngmin mengalihkan pandangannya ke arah Seung Jin.
Seorang perawat menghampiri Seung Jin dan mendekapnya dengan erat.
Seorang perawat menghampiri Seung Jin dan mendekapnya dengan erat.
“Adik kecil, tenanglah. Kami tidak
ingin menyakiti Hyung-mu. Kami hanya ingin menyelamatkan nyawanya. Diamlah
disini bersamaku. Dan biarkan teman-temanku berusaha untuk menyelamatkannya.”
Seung Jin terdiam, dan menuruti
perkataan perawat yeoja itu.
“Kita harus melakukan operasi. Tolong
siapkan peralatannya, dan pindahkan pasien ini ke ruang operasi nomor 1.” Ujar
Dokter.
“Baiklah.” Dua perawat meninggalkan
ruangan, sementara dua perawat lainnya yang dibantu dengan Dokter memindahkan
tepat tidur Youngmin menuju ruang operasi.
“Youngmin Hyung akan kalian bawa
kemana?”
“Hyung-mu akan di operasi.” Jawab
perawat yang memegangi Seung Jin.
“Apa operasi-nya menyakitkan? Apa
Youngmin Hyung akan terluka?”
“Ani. Kaja, kita keluar!” Perawat itu
mengulurkan kedua tangannya dan menggenggam erat pergelangan tangan Seung Jin,
membawanya keluar dari ruang UGD.
“Kami akan segera melakukan operasi
pada pasien. Seorang perawat akan menemui kalian untuk menandatangani surat
persetujuan operasi ini.” Ujar Dokter pada orang tua Youngmin.
“Baiklah..” Sahut Appa Youngmin,
masih mendekap istrinya seraya mengikuti Dokter dan kedua perawat itu. Diikuti
Seung Jin dan perawat yang menemaninya.
Setelah Eomma dan Appa Youngmin
menandatangani surat persetujuan, akhirnya operasi pun dimulai. Sebuah layar
tepat diluar ruang operasi menyala dan menampakkan tulisan ‘Operasi Jo Youngmin
sedang dilakukan’. Sementara lampu berwarna merah menyala terang pada bagian
sisi kiri pintu ruang operasi.
Orang tua Youngmin, Seung Jin dan
perawat yeoja itu duduk di ruang tunggu, mencemaskan juga mengkhawatirkan
keadaan Youngmin. mereka terus berdoa agar Youngmin dapat diselamatkan.
Setidaknya mereka tidak kehilangan Youngmin secepat yang mereka kira.
Hampir tiga jam, lampu berwarna merah
itu tak kunjung padam. Juga tulisan pada layar itu masih tetap sama. Hingga
lima belas menit kemudian, lampu akhirnya padam, dan tulisan pada layar itu
berubah, menjadi ‘Operasi Jo Youngmin telah selesai dilakukan’.
Orang tua Youngmin, Seung Jin dan perawat tadi, berdiri menyambut Dokter berjas putih itu. Mereka tak sabar ingin mengetahui bagaimana operasi-nya dan bagaimana keadaan Youngmin, terutama Eomma dan Appa nya yang sangat cemas da nada rasa takut yang menghampiri mereka.
Mereka menunggu Dokter itu mengatakannya tanpa menanyakannya secara langsung. Mereka yakin tanpa mereka tanyakan pun Dokter itu sudah tau, apa yang diinginkan dan apa yang akan ditanyakan oleh mereka.
Orang tua Youngmin, Seung Jin dan perawat tadi, berdiri menyambut Dokter berjas putih itu. Mereka tak sabar ingin mengetahui bagaimana operasi-nya dan bagaimana keadaan Youngmin, terutama Eomma dan Appa nya yang sangat cemas da nada rasa takut yang menghampiri mereka.
Mereka menunggu Dokter itu mengatakannya tanpa menanyakannya secara langsung. Mereka yakin tanpa mereka tanyakan pun Dokter itu sudah tau, apa yang diinginkan dan apa yang akan ditanyakan oleh mereka.
“Operasi-nya berhasil. Nyawanya dapat
diselamatkan. Tapi..” Dokter itu menunduk sejenak, lalu kembali menatap Eomma dan
Appa Youngmin. “Kemungkinannya sangat kecil untuk Youngmin bisa bertahan.
Meskipun keadaannya tidak dalam masa kritis, tapi ia tidak bisa bertahan selama
yang bisa kalian bayangkan.”
“Gwaenchanayo. Kami hanya ingin
mengutarakan perasaan kami padanya. Kami hanya ingin agar ia tau kalau kami
sangat mencintainya.” Ujar Eomma Youngmin.
“Seujujurnya kami sudah merelakan dan
mengikhlaskan jika Youngmin harus pergi. Walaupun sebenarnya kami masih ingin
melakukan berbagai banyak hal bersamanya.” Sahut Appa Youngmin, tak bisa
menahan tangisnya.
“Aku ingin bertemu dengan Youngmin
Hyung..”
Semuanya mengalihkan pandangan ke
arah Seung Jin.
Mereka semua mengikuti langkah
seorang perawat ke sebuah kamar rawat inap, masih dilantai yang sama. Para
perawat telah memindahkan Youngmin ke kamar ini. Eomma dan Appa nya mendekati
Youngmin. Memandang wajah Youngmin yang terlihat sendu namun tenang. Dengan
hidung yang dipasangkan alat bantu pernapasan. Juga tangan kirinya yang di
infus dan tangan kanannya dipasangkan sebuah alat pada salah satu jarinya.
Seung Jin berdiri, terdiam dan
mematung. Ia tidak tau harus berbuat apa. Ia sendiri tidak mengerti dengan
keadaan Youngmin seperti apa. Yang terlihat dimatanya hanyalah Youngmin yang
sedang terbaring ditempat tidur dengan mata yang terpejam. Lalu ia mengalihkan
pandangannya pada Eomma dan Appa Youngmin yang terus menangisi Youngmin. Dan
Seung Jin makin terlihat bingung. ‘Apa Youngmin mati? Atau hanya pingsan? Atau
bahkan Youngmin justru sedang tertidur?’ Itu hanya sebagian kecil pertanyaan-pertanyaan
yang muncul dalam pikirannya.
Tak lama kemudian, Youngmin
menggerakkan tangannya. Perlahan kedua matanya yang terpejam terbuka. Ia
memperhatikan ke sekelilingnya. Lalu menemukan Eomma dan Appa na tepat
dihadapannya.
“Kau sudah sadar sayang!?
Syukurlah..” Eomma Youngmin mengelus kening Youngmin dengan lembut.
“Eomma.. Appa..” Gumam Youngmin
pelan.
“Sayang…” Eomma dan Appa nya
menggenggam tangan kanan Youngmin dengan sangat erat. “Yang harus kamu ketahui,
kami sangat menyayangimu. Bahkan kami sangat mencintaimu. Tak ada anak sebaik
dan setampan dirimu diluar sana. Kau adalah malaikat terindah yang pernah Tuhan
beri untuk kami.”
“Ne, Youngmin-ah.. Aku sangat bangga
memiliki seorang anak sepertimu. Kami sangat beruntung bisa memilikimu Youngmin..”
“Aku juga sangat menyayangi dan
mencintai kalian, Eomma, Appa. Kalian adalah orang tua terbaik yang pernah aku
miliki. Terima kasih banyak atas semua yang sudah kalian berikan padaku. Terima
kasih sudah merawat dan menjagaku. Terima kasih karena kalian telah
memperjuangkan hidupku sampai hari ini. Aku benar-benar minta maaf karena sudah
sering menyusahkan kalian.”
Eomma nya menggelengkan kepala.
“Anio! Kau sama sekali tidak menyusahkan kami. Semua yang telah kami lakukan
padamu, itu sudah menjadi kewajiban kami, sebagai orang tua mu.”
Youngmin menarik sudut bibirnya, menyimpulkan senyuman kecil.
Youngmin menarik sudut bibirnya, menyimpulkan senyuman kecil.
“Dimana Seung Jin?”
Eomma dan Appa Youngmin menoleh ke
arah Seung Jin yang tengah berdiri dibelakang mereka.
“Seung Jin-ah, kemarilah sayang..”
Eomma Youngmin menghampiri Seung Jin dan menarik lengannya dengan lembut.
“Youngmin Hyung.. Apa kau baik-baik
saja? Apa kau masih sakit?”
Youngmin kembali tersenyum, membelai
Seung Jin dengan penuh kasih sayang.
“Gwaenchanayo. Terima kasih karena
kau sudah memperhatikan dan mempedulikanku selama ini. Aku sangat menyayanyimu
Seung Jin. Jika aku sudah pergi, kau tidak boleh nakal ya!? Kau harus kembali
tinggal bersama orang tua kandungmu. Kau harus menuruti semua perkataan mereka.
Agar kau bisa menjadi anak yang baik. Agar mereka bangga padamu. Mereka sangat
menyayangimu Seung Jin. Bahkan sangat mencintaimu. Sama sepertiku padamu.”
“Tapi.. Jangan pergi. Aku janji akan
kembali ke rumah, dan menuruti semua perkataan Eomma dan Appa. Tapi janji,
jangan pernah pergi! Jangan pernah tinggalkan aku.”
“Mianhaeyo, Seung Jin-ah.. Aku tidak
bisa menepati janjimu itu. Aku harus tetap pergi.” Youngmin mengelus pipi Seung
Jin yang chubby. “Sini, peluk Hyung..”
Seung Jin pun memeluk Youngmin dengan
erat. Air matanya terus menetes. Begitu juga dengan Youngmin yang tak kuasa
menahan air matanya, sambil memeluk Seung Jin.
“Aku sangat menyayangi kalian.
Saranghaeyo..”
Youngmin melepaskan kedua tangannya
dari tubuh Seung Jin. Begitu saja terkulai bagai tak ada tenaga sedikit pun.
Seperti seseorang yang tak sadarkan diri. Dan begitulah keadaannya sekarang.
Tiiiiiit…
Tiiiiiit…
Generator yang bgerada dimeja, tepat
disamping tempat tidur menunjukkan garis lurus yang terus berjalan tanpa henti.
Tangis Eomma dan Appa Youngmin pecah ketika mendengar bunyi yang dihasilkan dari generator itu.
Dokter dan kedua perawat yang sedari tadi memperhatikan, segera mengambil tindakan.
Tangis Eomma dan Appa Youngmin pecah ketika mendengar bunyi yang dihasilkan dari generator itu.
Dokter dan kedua perawat yang sedari tadi memperhatikan, segera mengambil tindakan.
Eomma Youngmin melepaskan tubuh Seung
Jin dari pelukkannya di tubuh Youngmin, menggendongnya lalu membawanya menjauh.
“Ahjumma.. Kenapa kau melepas
pelukanku?” Seung Jin mengalihkan pandangannya ke Dokter dan dua perawat itu.
“Mereka sedang apa? Apa yang mereka lakukan pada Youngmin?”
Dokter itu kembali menggosokkan kedua
sisi alat pemacu detak jantung, kemudian menempelkannya di dada Youngmin. Tubuh
Youngmin tertarik ke atas kemudian kembali lagi, seperti saat Youngmin belum di
operasi. Dokter itu melakukannya hingga berkali-kali. Namun, segala usaha yang
sudah dilakukan oleh seseorang, tidak selalu membuahkan hasil yang baik.
Seperti saat ini. Dokter sudah mengeluarkan seluruh usahanya untuk bisa
menyelamatkan Youngmin dari kematian. Namun takdir tak bisa ditolak. Bahkan
dirubah. Dokter itu menaruh alat pemacu jantung dimeja. Ia dan dua perawat itu
menundukkan kepalanya. Rasa menyesal pun kini hinggap. Dan mungkin ini yang
kesekian kalinya yang mereka rasakan.
“Mianhaeyo..” Ujar Dokter itu yang
ditujukan kepada orang tua Youngmin.
Salah seorang dari perawat itu melepaskan seluruh alat yang terpasang ditubuh Youngmin. sementara seorang perawat lainnya menutupi seluruh Youngmin dengan selimut putih.
Salah seorang dari perawat itu melepaskan seluruh alat yang terpasang ditubuh Youngmin. sementara seorang perawat lainnya menutupi seluruh Youngmin dengan selimut putih.
Isak tangis Eomma dan Appa Youngmin
makin menjadi ketika seorang perawat itu menutupi Youngmin dengan selimut putih
itu.
“K-kenapa tubuh Youngmin ditutupi
selimut? Apa ia kedinginan sampai seluruh tubuhnya harus ditutupi dengan
selimut?” Seung Jin meronta, lalu turun dari gendongan Eomma Youngmin dan
berjalan mendekati Youngmin. Dokter dan dua perawat itu membiarkan Seung Jin
membuka selimut yang menutupi tubuh Youngmin, hingga Seung Jin dapat melihat
wajahnya. Ia mendekap tubuh Youngmin.
“Hyung.. Kau sangat kedinginan ya?
Aku akan memelukmu lagi, agar kau tidak kedinginan lagi. Jadi kau tidak
memerlukan selimut itu.”
Seung Jin masih terus memeluk tubuh
Youngmin. Merasakan tubuh Youngmin yang mulai mendingin.
“Hyung.. Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Kenapa kau diam saja?” Seung Jin melepaskan dekapannya, memandang Youngmin dengan berurai air mata. “Hyung.. Apa.. Apa kau sudah mati? Hyung.. Jawab pertanyaanku! Hyung!! Bangunlah!!” Ia menggoyang-goyangkan tubuh Youngmin, berusaha untuk membangunkannya, namun tak ada respon dari Youngmin.
“Hyung.. Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Kenapa kau diam saja?” Seung Jin melepaskan dekapannya, memandang Youngmin dengan berurai air mata. “Hyung.. Apa.. Apa kau sudah mati? Hyung.. Jawab pertanyaanku! Hyung!! Bangunlah!!” Ia menggoyang-goyangkan tubuh Youngmin, berusaha untuk membangunkannya, namun tak ada respon dari Youngmin.
“Mianhae Seung Jin, Youngmin sudah
meninggal. Kau harus bisa mengikhlaskannya.”
“M-mwo? Andwae!!” Teriak Seung Jin.
“Kau jahat! Kau tidak bisa menyelamatkan Youngmin Hyung. Kau membiarkannya
meninggal. Kau jahat!”
Eomma Youngmin menghampiri Seung Jin,
meraih tubuhnya dari belakang dan menjauhkannya dari tubuh Youngmin yang
semakin mendingin.
“Lepaskan aku! Aku ingin bersama
Youngmin Hyung! Lepaskan aku!”
Appa membantu Eomma Youngmin untuk
membawanya keluar ruangan. Terus medekapnya agar Seung Jin tidak melakukan hal
yang tidak diinginkan.
Setelah beberapa jam mengurusi segala
seusatunya di Rumah Sakit, mereka kembali ke rumah dengan membawa mayat
Youngmin untuk dikebumikan. Seluruh sanak saudara Youngmin sudah berkumpul
dirumahnya.
“Kapan Youngmin akan dimakamkan,
Ahjumma?” Tanya salah seorang sepupu Youngmin.
“Besok pagi, Ah Reum. Sekarang sudah
sore. Jadi kurasa lebih baik besok pagi saja.”
Sepupu Youngmin yang bernama Ah Reum mengangguk, menyenderkan kepala Eomma Youngmin ke pundaknya.
Sepupu Youngmin yang bernama Ah Reum mengangguk, menyenderkan kepala Eomma Youngmin ke pundaknya.
Seung Jin terus meringkuk di sudut
kamar Youngmin. Digenggamannya terdapat sebuah sweater milik Youngmin yang ia
ambil didalam lemari. Seung Jin tau kalau sweater adalah sweater kesayangannya
Youngmin. Ia terus mencium parfum yang melekat pada sweater itu. Tangisnya
sudah berhenti, hingga membuat kedua matanya kini bengkak.
“Kenapa kau pergi secepat ini?
Padahal aku masih ingin bermain denganmu, Hyung.. Aku sangat menyayangimu.”
Seung Jin makin mendekap erat sweater milik Youngmin, dan kembali menangis.
Ah Reum menaiki tangga rumah Youngmin. Ia membuka pintu kamar Youngmin dan menghampiri Seung Jin. Ia tersenyum, kemudian membungkukkan tubuhnya dihadapan Seung Jin.
Ah Reum menaiki tangga rumah Youngmin. Ia membuka pintu kamar Youngmin dan menghampiri Seung Jin. Ia tersenyum, kemudian membungkukkan tubuhnya dihadapan Seung Jin.
“Annyeong.. Pasti kau yang bernama
Seung Jin. Aku Ah Reum..” Ah Reum mengulurkan tangannya.
Seung Jin menyalaminya sebentar lalu kembali memeluk sweater milik Youngmin.
Seung Jin menyalaminya sebentar lalu kembali memeluk sweater milik Youngmin.
“Jadi ini alasan kenapa Youngmin
tidak kuliah?”
“Memangnya Youngmin pernah mengatakan
padamu kalau ia tidak ingin melanjutkan pendidikannya?”
“Iya. Dia bilang, ada alasan kenapa
dia tidak akan kuliah. Karena Youngmin sakit!? Dan sekarang, dia harus
meninggal!?”
“Seung Jin-ah..” Ah Reum mengelus
kepala Seung Jin dengan lembut. “Tuhan menyayangi Youngmin. Dan Ia sangat
merindukannya. Jadi itu sebabnya Youngmin harus pergi terlebih dahulu dari pada
kita. Tapi kau tenang saja. Meskipun Youngmin sudah pergi, ia akan tetap berada
dihatimu. Sampai kapanpun. Jadi, berhenti menangis dan terus doakan Youngmin. Agar
ia bisa tenang disisi Tuhan.” Ah Reum menghapus air mata di pipi Seung Jin yang
baru saja menetes, lalu ia memeluknya. Ah
Reum pun tidak kuasa menahan air matanya yang ikut jatuh membasahi pipinya.
*
Seung Jin mengurung diri selama seharian
penuh setelah pemakaman Youngmin. ia tidak mau makan, juga bahkan tidak mau
berbicara pada siapapun. Ia hanya terus duduk disudut kamar Youngmin sambil
memeluk sweater milik Youngmin. Namun keesokan harinya Seung Jin melarikan
diri, tanpa seorang pun yang berada di rumah Youngmin tau kalau Seung Jin
pergi. eomma dan Appa Youngmin suda
mencarinya kemana-mana, namun tak kunjung menemukan Seung Jin. Mereka putus
asa. Lebih tepatnya lelah. Namun rasa cemas meghinggapi mereka. Mereka hanya
takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Walau bagaimana pun juga, Seung Jin
menjadi tanggung jawab mereka selama Seung Jin tinggal dirumah mereka. Terlebih
mereka sangat menyayangi Seung Jin, dan sudah menganggapnya sebagai anak
kandung mereka sendiri, meski pun meeka tau kalau Seung Jin masih memiliki
orang tua kandung.
Setelah putus asa melanda mereka,
Appa nya hanya bilang “sudahlah Eomma. Kau sudah lelah. Lagi pula kita baru
saja kehilangan Youngmin. Sebaiknya kau istrahat. Mungkin Seung Jin sudah
pulang ke rumahnya.” Appa berbicara seperti itu karena ia tidak tega melihat
keadaan istrinya. Akhirnya Eomma Youngmin pun menuruti perkataan Appa.
Tiga hari berlalu sejak kematian
Youngmin, yang membuat siapa saja yang mengenalnya merasa sangat kehilangan
akan sosoknya. Seperti Seung Jin. Rasa sayang dan cintanya begitu besar
terhadap Youngmin. Padahal ia sendiri sangat tau kalau Youngmin bukanlah
keluarga ataupun sanak saudaranya. Melainkan orang lain yang kini masuk ke
dalam kehidupannya. Orang yang sangat mengerti perasaannya, juga yang sangat
memperhatikan dan mempedulikannya. Bahkan ia seperti sudah tidak menganggap
kehadiran orang tua kandungnya sendiri.
Tok tok..
Tok tok..
Seseorang mengetuk pintu rumah
Youngmin.
“Annyeonghaseyo..” Sapa Eomma
Youngmin pada dua orang yang bertamu ke rumahnya. “Ada yang bisa kubantu?”
“Apa benar ini rumahnya Youngmin?”
Eomma Youngmin mengangguk.
“Apa kami bisa bertemu dengan
Youngmin?”
Eomma Youngmin mengalihkan
pandangannya. Sejujurnya, ia tidak bisa mendengar nama anaknya itu. Mendengar
nama Youngmin seakan ada yang mengiris hatinya. Sakit dan pilu. Ia berusaha
menahan air matanya yang kini sudah mengumpul disudut matanya.
“Ah, mari silahkan masuk.”
Eomma Youngmin masuk ke dalam setelah
mempersilahkan tamu nya duduk. Ia kembali dengan membawa dua gelas minuman.
“Kalau boleh tau, ada perlu apa
kalian mencari anakku?”
“Kami ingin tau kedekatan antara
Youngmin dengan anak kami, Seung Jin..”
Mata Eomma Youngmin terbelalak. “Jadi
kalian orang tua Seung Jin. Senang bertemu dengan kalian.”
Tamu yang ternyata adalah orang tua dari Seung Jin, tersenyum.
Tamu yang ternyata adalah orang tua dari Seung Jin, tersenyum.
“Mereka sangat dekat. Youngmin tak
sengaja bertemu dengan Seung Jin beberapa bulan yang lalu. Setelah pertemuan
itu, mereka menjadi dekat. Seung Jin selalu mampir ke restoran kami yang berada
di seberang sekolahnya. Ia selalu menemui Youngmin. aku sangat senang melihat
kedekatan mereka. Bahkan mereka sudah menganggap seperti seorang adik dan
kakak.” Eomma Youngmin menghela napas panjang. “Tapi akhir-akhir ini sakit yang
diderita Youngmin sejak kecil sering kambuh.”
“Sakit? Sakit apa?” Tanya Appa Seung
Jin penasaran.
“Kanker darah stadium akhir. Dokter
yang menanganinya pun bilang kalau Youngmin tak dapat bertahan hidup selama
yang kami bayangkan. Dan ternyata benar. Youngmin hanya mampu bertahan sejauh
ini. Dan akhirnya ia meninggalkan kami semua tiga hari yang lalu.”
Eomma dan Appa Youngmin terbelalak. Mereka saling berpandangan.
Eomma dan Appa Youngmin terbelalak. Mereka saling berpandangan.
“Kami benar-benar tidak tau. Kami
turut berduka cita.” Ujar mereka sambil membungkukkan badan ke hadapan Eomma
Youngmin.
“Lalu, apa kau tau keberadaan Seung
Jin? Kami sudah mencarinya ke sekolah, tapi ia tidak ada. Bahkan wali kelasnya
bilang kalau Seung Jin belum masuk sekolah semenjak hari liburannya habis. Kami
pikir Seung Jin sedang bersama dengan Youngmin dan pergi ke sekolah seperti
biasanya. Jadi kami tidak terlalu mengkhawatirkannya.”
“Karena pembantu rumah tangga kami
mengatakan kalau Seung Jin biasanya sering bersama dengan Youngmin.” Sahut Appa
Seung Jin.
“Aku benar-benar minta maaf yang
sebesar-besarnya pada kalian berdua. Saat pemakaman Youngmin seleai, Seung Jin
terus mengurung diri dikamar Youngmin seharian penuh. Aku dan suamiku, serta
sepupu Youngmin sudah membujuknya untuk makan, tapi Seung Jin tidak mau. Ia
hanya bilang, kalau ia ingin sendirian di kamar itu. Keesokan harinya, saat aku
kembali mengeceknya, Seung Jin sudah tidak ada. Ia pergi tanpa sepengetahuan
kami semua. Kami sudah mencarinya kemana-mana. Namun Seung Jin tak kunjung kami
temukan. Aku benar-benar menyesal karena tidak bisa mejaganya.”
“Ani. Itu bukan kesalahanmu. Justru
kami mengucapkan terima kasih banyak pada keluarga kalian, terutama pada
Youngmin. Karena kalian sudah mau mengurus dan menampung Seung Jin disini.”
Ujar Appa Seung Jin.
“Ne.. Kami yang salah. Kami sangat
tidak becus menjaga dan merawat anak kamu satu-satu nya. Kami hanya sibuk
bekerja dan terus bekerja sampai terlalu sering mencampakkan Seung Jin, dan
menitipkannya pada pembantu rumah tangga kami. Kami sangat menyesal.” Eomma
Seung Jin menangis dalam dekapan suaminya.
“Eomma, aku menerima banyak sekali
email yang masuk di handphone milik Youngmin.” Appa Youngmin datang sambil
menatap layar handphone milik Youngmin.
Sontak Appa Youngmin menjadi
perhatian orang tua Seung Jin yang tengah bertamu.
“Ah, mianhaeyo. Aku tidak tau kalau
sedang kedatangan tamu.” Appa Youngmin membungkuk.
“Mereka orang tua Seung Jin, Appa.”
“Ah, annyeonghaseyo.”
“Annyeonghaseyo.” Jawab sapa orang
tua Seung Jin.
“Ia suamiku. Appa Youngmin.” Sahut
Eomma Youngmin.
“Eomma, apa mereka tau kalau anak
kita..”
Eomma Youngmin mengangguk.
“Kalau begitu, kami pamit pulang.
Kami akan mencari Seung Jin lagi.” Orang tua Seung Jin beranjak dari tempat
duduknya. Begitu juga dengan Eomma Youngmin.
“Kalau begitu, mari kita cari
bersama-sama. Bagaimana Appa?”
Appa Youngmin mengangguk.
Akhirnya mereka sepakat untuk mencari
Seung Jin bersama-sama.
“Sebaiknya kita ke makam Youngmin.”
“Mwo?”
“Aku khawatir Seung Jin ada disana.”
Tanpa banyak berpikir, Appa Seung Jin
yang menyetir mobil, memutar balik arah dan membelokkan mobilnya ke kiri.
Mereka turun dari mobil dan berlari
kecil menuju makam Youngmin yang letaknya tak begitu jauh dari pintu masuk. Dan
ternyata yang dikatakan oleh Eomma Youngmin benar. Seung Jin berada tepat
disamping makam Youngmin. Ia bersandar diatas makam, sambil memeluk sweater
milik Youngmin.
“Seung Jin-ah..” Teriak Eomma nya
yang terus berlari menghampiri anaknya yang tak sadarkan diri.
“Omo.. Badanmu dingin sekali. Biar Eomma
peluk agar kau tidak kedinginan.”
“Eomma.. Appa..” Gumam Seung Jin
sambil membuka matanya yang terpejam dengan pelan. “Aku sangat menyayangi
kalian. Tapi kalian selalu tidak ada waktu untukku. Aku selalu bersama
Youngmin. Dan izinkan aku untuk terus bersama Youngmin. Karena aku akan bahagia
jika bersamanya.”
“Kami juga sangat menyayangimu Seung
Jin. Sangat mencintaimu. Kami benar-benar minta maaf karena sudah
mencampakanmu. Kami minta maaf, karena kami sudah menjadi orang tua yang tidak
becus menjagamu. Kami menyesal Seung Jin.”
“Pulang lah Seung Jin. Pulang lah
bersama kami.” Sahut Appa nya.
“Seung Jin-ah, Youngmin sudah bahagia
disana. Kau juga harus menemukan kebahagiaanmu disini, bersama orang tuamu. Kau
anak yang baik Seung Jin. Kembali lah bersama orang tua mu.” Sahut Eomma
Youngmin.
“Aku ingin bersama Youngmin. Youngmin
sudah menungguku disana.. Aku mecintainya.” Dengan perlahan Seung Jin
memejamkan kedua matanya. Membuat orang tuanya juga orang tua Youngmin menjadi
panik.
Akhirnya mereka membawa Seung Jin ke
Rumah Sakit terdekat.
Beberapa perawat membawanya masuk ke
dalam ruang UGD sesampainya Seung Jin di Rumah Sakit. Sementra orang tua nya
dan juga orang tua Youngmin mengikuti mereka, kemudian ikut masuk ke dalam
ruang UGD.
Mereka tidak tega saat melihat Seung
Jin dipasangkan beberapa alat oleh seorang Dokter yang dibantu dengan bebeapa
perawat.
“Bertahanlah sayang.. Bertahanlah..”
Gumam Appa Seung Jin.
Perlahan Seung Jin membuka kedua
matanya secara perlahan. Ia melihat bayangan Youngmin yang tersenyum padanya.
Berdiri tak jauh dari tempat tidur, sambil melambaikan tangannya pada Seung
Jin. Lalu Youngmin mngulurkan salah satu tangannya, seakan mengajak Seung Jin
untuk ikut dengannya. Senyumnya masih terlihat.
“Youngmin Hyung..” Gumam Seung Jin
pelan.
Youngmin terus mengajak Seung Jin
untuk ikut dengannya, tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Seung Jin senang karena Youngmin akan mengajaknya pergi. Meskipun ia sendiri tidak tau kemana Youngmin akan mengajaknya pergi. Namun Seung Jin tetap ikut ikut dengannya.
Seung Jin senang karena Youngmin akan mengajaknya pergi. Meskipun ia sendiri tidak tau kemana Youngmin akan mengajaknya pergi. Namun Seung Jin tetap ikut ikut dengannya.
Seung Jin kembali memejamkan kedua
matanya. Sementara Dokter yang menanganinya terus mempertahankan hidup Seung
Jin. Namun, generator yang salah satu kabelnya menyamung ditubuh Seung Jin,
menampakkan garis lurus yang terus berjalan tanpa henti.
Eomma dan Appa Youngmin tidak kuat melihatnya. Sedikit rasa trauma hinggap. Mereka seperti tengah menyaksikan sendiri kematian anak mereka, seperti tiga hari yang lalu. Dan kini mereka merasakannya kembali. Dengan Seung Jin yang berada disana. Yang sedang mempertaruhkan hidupnya dengan kematian. Namun, hal itu terjadi kembali. Mereka pun harus menyaksikan kembali kematian seorang anak yang sudah mereka anggap sebagai anak mereka sendiri. Seorang anak yang sangat mereka sayangi. Juga yang sangat dekat dengan Youngmin.
Eomma dan Appa Youngmin tidak kuat melihatnya. Sedikit rasa trauma hinggap. Mereka seperti tengah menyaksikan sendiri kematian anak mereka, seperti tiga hari yang lalu. Dan kini mereka merasakannya kembali. Dengan Seung Jin yang berada disana. Yang sedang mempertaruhkan hidupnya dengan kematian. Namun, hal itu terjadi kembali. Mereka pun harus menyaksikan kembali kematian seorang anak yang sudah mereka anggap sebagai anak mereka sendiri. Seorang anak yang sangat mereka sayangi. Juga yang sangat dekat dengan Youngmin.
Orang tua Seung Jin menangis
histeris, terutama Eomma nya, saat Dokter itu mengatakan kalau Seung Jin tak
dapat lagi untuk diselamatkan. Mereka berlari menghampiri Seung Jin lalu terus
mendekapnya dengan erat. Menangisi kepergian anak satu-satunya, menangisi
penyesalan mereka.
“Bangunlah Seung Jin.. Bangun! Kami
akan membelikanmu banyak mainan, jika kau mau bangun. Kami akan mengajakmu
jalan-jalan ke mana pun, ke tempat yang kau sukai.” Ujar Appa nya.
“Benar Seung Jin. Eomma janji akan
menjemputmu sepulang sekolah. Eomma akan masak makanan kesukaanmu setiap harinya,
asalkan kau mau bangun Seung Jin. Bangunlah Seung Jin.. Bangun..”
Eomma Youngmin pun tak kuasa menahan air matanya yang seketika tumpah, didekapan suaminya.
Eomma Youngmin pun tak kuasa menahan air matanya yang seketika tumpah, didekapan suaminya.
Satu hari kemudian, Seung Jin
dimakamkan tepat disamping makam Youngmin, disisi kirinya. Orang tuanya terus
menangisi Seung Jin, yang masih belum bisa menerima kenyataan atas kepergian
Seung Jin.
“Kami turut berduka cita atas
kepergian Seung Jin. Kami tidak menyangka Seung Jin akan pergi secepat ini.
Kami juga menyesal.. Karena Youngmin, Seung Jin harus seperti ini.”
Eomma Seung Jin menoleh, berdiri dan
memeluk Eomma Youngmin.
“Jangan berbicara seperti itu Eonni.
Jangan salahkan Youngmin yang sudah meninggal. Ia tidak salah sama sekali.
Justru Youngmin lah yang sudah membuat Seung Jin bahagia. Kami yang sepenuhnya
salah atas kejadian ini. kalau saja kami bisa menjadi orang tua yang baik untuk
Seung Jin, semua ini tidak akan terjadi.” Eomma Seung Jin melepaskan
pelukkannya. “Sekarang, mereka sudah bahagia.” Ia tersenyum, mengalihkan
pandangan dari Eomma Youngmin ke makam Seung Jin juga Youngmin.
Eomma Youngmin mengangguk, kemudian
kembali berpelukan.
Dari kejauhan, sebuah cahaya putih
muncul dibawah pohon rindang. Youngmin dan Seung Jin. Mereka tersenyum sangat
manis, dengan kebahagiaan yang tengah menyelimuti mereka. Memandang kedua orang
tua mereka dari jauh. Mereka saling berpandangan.
“Kini, aku dapat memilikimu seutuhnya
Seung Jin.”
“Kita akan selalu bersama-sama
Hyung.. Selamanya. Aku sangat menyayangimu Hyung.”
“Aku juga sangat menyayangimu Seung Jin.”
Mereka kembali memandang orang tua mereka, lalu menghilang secepat kilat.
The end…………………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar