Minggu, 25 Januari 2015

[FF] Together With You Part 4


[FF] Together With You Part 4

   “Seung Jin!” Panggil seseorang.
Seung Jin menoleh. Eomma dan Appa Youngmin berlari menghampiri Seung Jin juga Youngmin.
    “Ahjumma, Ahjussi.. Youngmin Hyung pingsan.. Aku tidak tau kenapa ia pingsan. Ada darah yang terus keluar dari hidungnya. Ahjumma, Ahjussi, Youngmin Hyung kenapa? Apa dia baik-baik saja?”
Tanpa menunggu lama, Appa Youngmin menelpon sebuah Rumah Sakit untuk memintanya agar mengirimkan ambulans, segera ke rumahnya. Dengan perasaan cemas juga khawatir, Eomma Youngmin mendekap erat Seung Jin dengan tangan kirinya, sementara tangan sebelah kanannya berusaha mendekap Youngmin.

Dirumah sakit.
    Eomma Youngmin masih mendekap Seung Jin yang menangis saat Youngmin dibawa masuk ke sebuah ruangan dengan menggunakan sebuah tempat tidur yang didorong oleh beberapa perawat, sesampainya di Rumah Sakit.
    “Aku takut Youngmin kenapa-kenapa..” Ringis Seung Jin dalam dekapan Eomma Youngmin. Namun Eomma dan Appa Youngmin tidak menjawab.

    Seung Jin yang tak sabar mengetahui keadaan Youngmin, mendorong pintu ruang UGD dan berlari menghampiri Youngmin yang tengah diperiksa oleh seorang dokter dan beberapa perawat. Tangisnya tak berhenti. Seorang dokter berjas putih menggosokkan kedua sisi alat pemacu detak jantung, kemudian menempelkannya di dada Youngmin yang kehilangan kesadaran.
    “Youngmin Hyung..” Gumam Seung Jin pelan.

Dak..
    Tubuh Youngmin tertarik ke atas kemudian kembali lagi. Dokter itu melakukannya hingga berkali-kali, hingga detak jantung Youngmin semakin melemah.
    “Jangan sakiti Youngmin Hyung-ku!” Ujar Seung Jin setengah berteriak, membuat Dokter dan beberapa perawat yang berada disekeliling Youngmin mengalihkan pandangannya ke arah Seung Jin.
Seorang perawat menghampiri Seung Jin dan mendekapnya dengan erat.
    “Adik kecil, tenanglah. Kami tidak ingin menyakiti Hyung-mu. Kami hanya ingin menyelamatkan nyawanya. Diamlah disini bersamaku. Dan biarkan teman-temanku berusaha untuk menyelamatkannya.”
    Seung Jin terdiam, dan menuruti perkataan perawat yeoja itu.

    “Kita harus melakukan operasi. Tolong siapkan peralatannya, dan pindahkan pasien ini ke ruang operasi nomor 1.” Ujar Dokter.
    “Baiklah.” Dua perawat meninggalkan ruangan, sementara dua perawat lainnya yang dibantu dengan Dokter memindahkan tepat tidur Youngmin menuju ruang operasi.
    “Youngmin Hyung akan kalian bawa kemana?”
    “Hyung-mu akan di operasi.” Jawab perawat yang memegangi Seung Jin.
    “Apa operasi-nya menyakitkan? Apa Youngmin Hyung akan terluka?”
    “Ani. Kaja, kita keluar!” Perawat itu mengulurkan kedua tangannya dan menggenggam erat pergelangan tangan Seung Jin, membawanya keluar dari ruang UGD.

    “Kami akan segera melakukan operasi pada pasien. Seorang perawat akan menemui kalian untuk menandatangani surat persetujuan operasi ini.” Ujar Dokter pada orang tua Youngmin.
    “Baiklah..” Sahut Appa Youngmin, masih mendekap istrinya seraya mengikuti Dokter dan kedua perawat itu. Diikuti Seung Jin dan perawat yang menemaninya.

    Setelah Eomma dan Appa Youngmin menandatangani surat persetujuan, akhirnya operasi pun dimulai. Sebuah layar tepat diluar ruang operasi menyala dan menampakkan tulisan ‘Operasi Jo Youngmin sedang dilakukan’. Sementara lampu berwarna merah menyala terang pada bagian sisi kiri pintu ruang operasi.
    Orang tua Youngmin, Seung Jin dan perawat yeoja itu duduk di ruang tunggu, mencemaskan juga mengkhawatirkan keadaan Youngmin. mereka terus berdoa agar Youngmin dapat diselamatkan. Setidaknya mereka tidak kehilangan Youngmin secepat yang mereka kira.

    Hampir tiga jam, lampu berwarna merah itu tak kunjung padam. Juga tulisan pada layar itu masih tetap sama. Hingga lima belas menit kemudian, lampu akhirnya padam, dan tulisan pada layar itu berubah, menjadi ‘Operasi Jo Youngmin telah selesai dilakukan’.
Orang tua Youngmin, Seung Jin dan perawat tadi, berdiri menyambut Dokter berjas putih itu. Mereka tak sabar ingin mengetahui bagaimana operasi-nya dan bagaimana keadaan Youngmin, terutama Eomma dan Appa nya yang sangat cemas da nada rasa takut yang menghampiri mereka.
Mereka menunggu Dokter itu mengatakannya tanpa menanyakannya secara langsung. Mereka yakin tanpa mereka tanyakan pun Dokter itu sudah tau, apa yang diinginkan dan apa yang akan ditanyakan oleh mereka.
    “Operasi-nya berhasil. Nyawanya dapat diselamatkan. Tapi..” Dokter itu menunduk sejenak, lalu kembali menatap Eomma dan Appa Youngmin. “Kemungkinannya sangat kecil untuk Youngmin bisa bertahan. Meskipun keadaannya tidak dalam masa kritis, tapi ia tidak bisa bertahan selama yang bisa kalian bayangkan.”
    “Gwaenchanayo. Kami hanya ingin mengutarakan perasaan kami padanya. Kami hanya ingin agar ia tau kalau kami sangat mencintainya.” Ujar Eomma Youngmin.
    “Seujujurnya kami sudah merelakan dan mengikhlaskan jika Youngmin harus pergi. Walaupun sebenarnya kami masih ingin melakukan berbagai banyak hal bersamanya.” Sahut Appa Youngmin, tak bisa menahan tangisnya.
    “Aku ingin bertemu dengan Youngmin Hyung..”
    Semuanya mengalihkan pandangan ke arah Seung Jin.

    Mereka semua mengikuti langkah seorang perawat ke sebuah kamar rawat inap, masih dilantai yang sama. Para perawat telah memindahkan Youngmin ke kamar ini. Eomma dan Appa nya mendekati Youngmin. Memandang wajah Youngmin yang terlihat sendu namun tenang. Dengan hidung yang dipasangkan alat bantu pernapasan. Juga tangan kirinya yang di infus dan tangan kanannya dipasangkan sebuah alat pada salah satu jarinya.
    Seung Jin berdiri, terdiam dan mematung. Ia tidak tau harus berbuat apa. Ia sendiri tidak mengerti dengan keadaan Youngmin seperti apa. Yang terlihat dimatanya hanyalah Youngmin yang sedang terbaring ditempat tidur dengan mata yang terpejam. Lalu ia mengalihkan pandangannya pada Eomma dan Appa Youngmin yang terus menangisi Youngmin. Dan Seung Jin makin terlihat bingung. ‘Apa Youngmin mati? Atau hanya pingsan? Atau bahkan Youngmin justru sedang tertidur?’ Itu hanya sebagian kecil pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.

    Tak lama kemudian, Youngmin menggerakkan tangannya. Perlahan kedua matanya yang terpejam terbuka. Ia memperhatikan ke sekelilingnya. Lalu menemukan Eomma dan Appa na tepat dihadapannya.
    “Kau sudah sadar sayang!? Syukurlah..” Eomma Youngmin mengelus kening Youngmin dengan lembut.
    “Eomma.. Appa..” Gumam Youngmin pelan.
    “Sayang…” Eomma dan Appa nya menggenggam tangan kanan Youngmin dengan sangat erat. “Yang harus kamu ketahui, kami sangat menyayangimu. Bahkan kami sangat mencintaimu. Tak ada anak sebaik dan setampan dirimu diluar sana. Kau adalah malaikat terindah yang pernah Tuhan beri untuk kami.”
    “Ne, Youngmin-ah.. Aku sangat bangga memiliki seorang anak sepertimu. Kami sangat beruntung bisa memilikimu Youngmin..”
    “Aku juga sangat menyayangi dan mencintai kalian, Eomma, Appa. Kalian adalah orang tua terbaik yang pernah aku miliki. Terima kasih banyak atas semua yang sudah kalian berikan padaku. Terima kasih sudah merawat dan menjagaku. Terima kasih karena kalian telah memperjuangkan hidupku sampai hari ini. Aku benar-benar minta maaf karena sudah sering menyusahkan kalian.”
    Eomma nya menggelengkan kepala. “Anio! Kau sama sekali tidak menyusahkan kami. Semua yang telah kami lakukan padamu, itu sudah menjadi kewajiban kami, sebagai orang tua mu.”
Youngmin menarik sudut bibirnya, menyimpulkan senyuman kecil.
    “Dimana Seung Jin?”
    Eomma dan Appa Youngmin menoleh ke arah Seung Jin yang tengah berdiri dibelakang mereka.
    “Seung Jin-ah, kemarilah sayang..” Eomma Youngmin menghampiri Seung Jin dan menarik lengannya dengan lembut.
    “Youngmin Hyung.. Apa kau baik-baik saja? Apa kau masih sakit?”
    Youngmin kembali tersenyum, membelai Seung Jin dengan penuh kasih sayang.
    “Gwaenchanayo. Terima kasih karena kau sudah memperhatikan dan mempedulikanku selama ini. Aku sangat menyayanyimu Seung Jin. Jika aku sudah pergi, kau tidak boleh nakal ya!? Kau harus kembali tinggal bersama orang tua kandungmu. Kau harus menuruti semua perkataan mereka. Agar kau bisa menjadi anak yang baik. Agar mereka bangga padamu. Mereka sangat menyayangimu Seung Jin. Bahkan sangat mencintaimu. Sama sepertiku padamu.”
    “Tapi.. Jangan pergi. Aku janji akan kembali ke rumah, dan menuruti semua perkataan Eomma dan Appa. Tapi janji, jangan pernah pergi! Jangan pernah tinggalkan aku.”
    “Mianhaeyo, Seung Jin-ah.. Aku tidak bisa menepati janjimu itu. Aku harus tetap pergi.” Youngmin mengelus pipi Seung Jin yang chubby. “Sini, peluk Hyung..”
    Seung Jin pun memeluk Youngmin dengan erat. Air matanya terus menetes. Begitu juga dengan Youngmin yang tak kuasa menahan air matanya, sambil memeluk Seung Jin.
    “Aku sangat menyayangi kalian. Saranghaeyo..”
    Youngmin melepaskan kedua tangannya dari tubuh Seung Jin. Begitu saja terkulai bagai tak ada tenaga sedikit pun. Seperti seseorang yang tak sadarkan diri. Dan begitulah keadaannya sekarang.

Tiiiiiit…
    Generator yang bgerada dimeja, tepat disamping tempat tidur menunjukkan garis lurus yang terus berjalan tanpa henti.
Tangis Eomma dan Appa Youngmin pecah ketika mendengar bunyi yang dihasilkan dari generator itu.
Dokter dan kedua perawat yang sedari tadi memperhatikan, segera mengambil tindakan.

    Eomma Youngmin melepaskan tubuh Seung Jin dari pelukkannya di tubuh Youngmin, menggendongnya lalu membawanya menjauh.
    “Ahjumma.. Kenapa kau melepas pelukanku?” Seung Jin mengalihkan pandangannya ke Dokter dan dua perawat itu. “Mereka sedang apa? Apa yang mereka lakukan pada Youngmin?”

    Dokter itu kembali menggosokkan kedua sisi alat pemacu detak jantung, kemudian menempelkannya di dada Youngmin. Tubuh Youngmin tertarik ke atas kemudian kembali lagi, seperti saat Youngmin belum di operasi. Dokter itu melakukannya hingga berkali-kali. Namun, segala usaha yang sudah dilakukan oleh seseorang, tidak selalu membuahkan hasil yang baik. Seperti saat ini. Dokter sudah mengeluarkan seluruh usahanya untuk bisa menyelamatkan Youngmin dari kematian. Namun takdir tak bisa ditolak. Bahkan dirubah. Dokter itu menaruh alat pemacu jantung dimeja. Ia dan dua perawat itu menundukkan kepalanya. Rasa menyesal pun kini hinggap. Dan mungkin ini yang kesekian kalinya yang mereka rasakan.

    “Mianhaeyo..” Ujar Dokter itu yang ditujukan kepada orang tua Youngmin.
Salah seorang dari perawat itu melepaskan seluruh alat yang terpasang ditubuh Youngmin. sementara seorang perawat lainnya menutupi seluruh Youngmin dengan selimut putih.
    Isak tangis Eomma dan Appa Youngmin makin menjadi ketika seorang perawat itu menutupi Youngmin dengan selimut putih itu.
    “K-kenapa tubuh Youngmin ditutupi selimut? Apa ia kedinginan sampai seluruh tubuhnya harus ditutupi dengan selimut?” Seung Jin meronta, lalu turun dari gendongan Eomma Youngmin dan berjalan mendekati Youngmin. Dokter dan dua perawat itu membiarkan Seung Jin membuka selimut yang menutupi tubuh Youngmin, hingga Seung Jin dapat melihat wajahnya. Ia mendekap tubuh Youngmin.
    “Hyung.. Kau sangat kedinginan ya? Aku akan memelukmu lagi, agar kau tidak kedinginan lagi. Jadi kau tidak memerlukan selimut itu.”
    Seung Jin masih terus memeluk tubuh Youngmin. Merasakan tubuh Youngmin yang mulai mendingin.
“Hyung.. Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Kenapa kau diam saja?” Seung Jin melepaskan dekapannya, memandang Youngmin dengan berurai air mata. “Hyung.. Apa.. Apa kau sudah mati? Hyung.. Jawab pertanyaanku! Hyung!! Bangunlah!!” Ia menggoyang-goyangkan tubuh Youngmin, berusaha untuk membangunkannya, namun tak ada respon dari Youngmin.

    “Mianhae Seung Jin, Youngmin sudah meninggal. Kau harus bisa mengikhlaskannya.”
    “M-mwo? Andwae!!” Teriak Seung Jin. “Kau jahat! Kau tidak bisa menyelamatkan Youngmin Hyung. Kau membiarkannya meninggal. Kau jahat!”
    Eomma Youngmin menghampiri Seung Jin, meraih tubuhnya dari belakang dan menjauhkannya dari tubuh Youngmin yang semakin mendingin.
    “Lepaskan aku! Aku ingin bersama Youngmin Hyung! Lepaskan aku!”
    Appa membantu Eomma Youngmin untuk membawanya keluar ruangan. Terus medekapnya agar Seung Jin tidak melakukan hal yang tidak diinginkan.

    Setelah beberapa jam mengurusi segala seusatunya di Rumah Sakit, mereka kembali ke rumah dengan membawa mayat Youngmin untuk dikebumikan. Seluruh sanak saudara Youngmin sudah berkumpul dirumahnya.
    “Kapan Youngmin akan dimakamkan, Ahjumma?” Tanya salah seorang sepupu Youngmin.
    “Besok pagi, Ah Reum. Sekarang sudah sore. Jadi kurasa lebih baik besok pagi saja.”
Sepupu Youngmin yang bernama Ah Reum mengangguk, menyenderkan kepala Eomma Youngmin ke pundaknya.

    Seung Jin terus meringkuk di sudut kamar Youngmin. Digenggamannya terdapat sebuah sweater milik Youngmin yang ia ambil didalam lemari. Seung Jin tau kalau sweater adalah sweater kesayangannya Youngmin. Ia terus mencium parfum yang melekat pada sweater itu. Tangisnya sudah berhenti, hingga membuat kedua matanya kini bengkak.
    “Kenapa kau pergi secepat ini? Padahal aku masih ingin bermain denganmu, Hyung.. Aku sangat menyayangimu.” Seung Jin makin mendekap erat sweater milik Youngmin, dan kembali menangis.
Ah Reum menaiki tangga rumah Youngmin. Ia membuka pintu kamar Youngmin dan menghampiri Seung Jin. Ia tersenyum, kemudian membungkukkan tubuhnya dihadapan Seung Jin.
    “Annyeong.. Pasti kau yang bernama Seung Jin. Aku Ah Reum..” Ah Reum mengulurkan tangannya.
Seung Jin menyalaminya sebentar lalu kembali memeluk sweater milik Youngmin.
    “Jadi ini alasan kenapa Youngmin tidak kuliah?”
    “Memangnya Youngmin pernah mengatakan padamu kalau ia tidak ingin melanjutkan pendidikannya?”
    “Iya. Dia bilang, ada alasan kenapa dia tidak akan kuliah. Karena Youngmin sakit!? Dan sekarang, dia harus meninggal!?”
    “Seung Jin-ah..” Ah Reum mengelus kepala Seung Jin dengan lembut. “Tuhan menyayangi Youngmin. Dan Ia sangat merindukannya. Jadi itu sebabnya Youngmin harus pergi terlebih dahulu dari pada kita. Tapi kau tenang saja. Meskipun Youngmin sudah pergi, ia akan tetap berada dihatimu. Sampai kapanpun. Jadi, berhenti menangis dan terus doakan Youngmin. Agar ia bisa tenang disisi Tuhan.” Ah Reum menghapus air mata di pipi Seung Jin yang baru saja menetes, lalu ia memeluknya. Ah Reum pun tidak kuasa menahan air matanya yang ikut jatuh membasahi pipinya.

*
    Seung Jin mengurung diri selama seharian penuh setelah pemakaman Youngmin. ia tidak mau makan, juga bahkan tidak mau berbicara pada siapapun. Ia hanya terus duduk disudut kamar Youngmin sambil memeluk sweater milik Youngmin. Namun keesokan harinya Seung Jin melarikan diri, tanpa seorang pun yang berada di rumah Youngmin tau kalau Seung Jin pergi. eomma dan Appa Youngmin suda mencarinya kemana-mana, namun tak kunjung menemukan Seung Jin. Mereka putus asa. Lebih tepatnya lelah. Namun rasa cemas meghinggapi mereka. Mereka hanya takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Walau bagaimana pun juga, Seung Jin menjadi tanggung jawab mereka selama Seung Jin tinggal dirumah mereka. Terlebih mereka sangat menyayangi Seung Jin, dan sudah menganggapnya sebagai anak kandung mereka sendiri, meski pun meeka tau kalau Seung Jin masih memiliki orang tua kandung.

    Setelah putus asa melanda mereka, Appa nya hanya bilang “sudahlah Eomma. Kau sudah lelah. Lagi pula kita baru saja kehilangan Youngmin. Sebaiknya kau istrahat. Mungkin Seung Jin sudah pulang ke rumahnya.” Appa berbicara seperti itu karena ia tidak tega melihat keadaan istrinya. Akhirnya Eomma Youngmin pun menuruti perkataan Appa.

    Tiga hari berlalu sejak kematian Youngmin, yang membuat siapa saja yang mengenalnya merasa sangat kehilangan akan sosoknya. Seperti Seung Jin. Rasa sayang dan cintanya begitu besar terhadap Youngmin. Padahal ia sendiri sangat tau kalau Youngmin bukanlah keluarga ataupun sanak saudaranya. Melainkan orang lain yang kini masuk ke dalam kehidupannya. Orang yang sangat mengerti perasaannya, juga yang sangat memperhatikan dan mempedulikannya. Bahkan ia seperti sudah tidak menganggap kehadiran orang tua kandungnya sendiri.

Tok tok..
    Seseorang mengetuk pintu rumah Youngmin.
    “Annyeonghaseyo..” Sapa Eomma Youngmin pada dua orang yang bertamu ke rumahnya. “Ada yang bisa kubantu?”
    “Apa benar ini rumahnya Youngmin?”
    Eomma Youngmin mengangguk.
    “Apa kami bisa bertemu dengan Youngmin?”
    Eomma Youngmin mengalihkan pandangannya. Sejujurnya, ia tidak bisa mendengar nama anaknya itu. Mendengar nama Youngmin seakan ada yang mengiris hatinya. Sakit dan pilu. Ia berusaha menahan air matanya yang kini sudah mengumpul disudut matanya.
    “Ah, mari silahkan masuk.”
    Eomma Youngmin masuk ke dalam setelah mempersilahkan tamu nya duduk. Ia kembali dengan membawa dua gelas minuman.
    “Kalau boleh tau, ada perlu apa kalian mencari anakku?”
    “Kami ingin tau kedekatan antara Youngmin dengan anak kami, Seung Jin..”
    Mata Eomma Youngmin terbelalak. “Jadi kalian orang tua Seung Jin. Senang bertemu dengan kalian.”
Tamu yang ternyata adalah orang tua dari Seung Jin, tersenyum.
    “Mereka sangat dekat. Youngmin tak sengaja bertemu dengan Seung Jin beberapa bulan yang lalu. Setelah pertemuan itu, mereka menjadi dekat. Seung Jin selalu mampir ke restoran kami yang berada di seberang sekolahnya. Ia selalu menemui Youngmin. aku sangat senang melihat kedekatan mereka. Bahkan mereka sudah menganggap seperti seorang adik dan kakak.” Eomma Youngmin menghela napas panjang. “Tapi akhir-akhir ini sakit yang diderita Youngmin sejak kecil sering kambuh.”
    “Sakit? Sakit apa?” Tanya Appa Seung Jin penasaran.
    “Kanker darah stadium akhir. Dokter yang menanganinya pun bilang kalau Youngmin tak dapat bertahan hidup selama yang kami bayangkan. Dan ternyata benar. Youngmin hanya mampu bertahan sejauh ini. Dan akhirnya ia meninggalkan kami semua tiga hari yang lalu.”
Eomma dan Appa Youngmin terbelalak. Mereka saling berpandangan.
    “Kami benar-benar tidak tau. Kami turut berduka cita.” Ujar mereka sambil membungkukkan badan ke hadapan Eomma Youngmin.
    “Lalu, apa kau tau keberadaan Seung Jin? Kami sudah mencarinya ke sekolah, tapi ia tidak ada. Bahkan wali kelasnya bilang kalau Seung Jin belum masuk sekolah semenjak hari liburannya habis. Kami pikir Seung Jin sedang bersama dengan Youngmin dan pergi ke sekolah seperti biasanya. Jadi kami tidak terlalu mengkhawatirkannya.”
    “Karena pembantu rumah tangga kami mengatakan kalau Seung Jin biasanya sering bersama dengan Youngmin.” Sahut Appa Seung Jin.
    “Aku benar-benar minta maaf yang sebesar-besarnya pada kalian berdua. Saat pemakaman Youngmin seleai, Seung Jin terus mengurung diri dikamar Youngmin seharian penuh. Aku dan suamiku, serta sepupu Youngmin sudah membujuknya untuk makan, tapi Seung Jin tidak mau. Ia hanya bilang, kalau ia ingin sendirian di kamar itu. Keesokan harinya, saat aku kembali mengeceknya, Seung Jin sudah tidak ada. Ia pergi tanpa sepengetahuan kami semua. Kami sudah mencarinya kemana-mana. Namun Seung Jin tak kunjung kami temukan. Aku benar-benar menyesal karena tidak bisa mejaganya.”   
    “Ani. Itu bukan kesalahanmu. Justru kami mengucapkan terima kasih banyak pada keluarga kalian, terutama pada Youngmin. Karena kalian sudah mau mengurus dan menampung Seung Jin disini.” Ujar Appa Seung Jin.
    “Ne.. Kami yang salah. Kami sangat tidak becus menjaga dan merawat anak kamu satu-satu nya. Kami hanya sibuk bekerja dan terus bekerja sampai terlalu sering mencampakkan Seung Jin, dan menitipkannya pada pembantu rumah tangga kami. Kami sangat menyesal.” Eomma Seung Jin menangis dalam dekapan suaminya.

    “Eomma, aku menerima banyak sekali email yang masuk di handphone milik Youngmin.” Appa Youngmin datang sambil menatap layar handphone milik Youngmin.
    Sontak Appa Youngmin menjadi perhatian orang tua Seung Jin yang tengah bertamu.
    “Ah, mianhaeyo. Aku tidak tau kalau sedang kedatangan tamu.” Appa Youngmin membungkuk.
    “Mereka orang tua Seung Jin, Appa.”
    “Ah, annyeonghaseyo.”
    “Annyeonghaseyo.” Jawab sapa orang tua Seung Jin.
    “Ia suamiku. Appa Youngmin.” Sahut Eomma Youngmin.
    “Eomma, apa mereka tau kalau anak kita..”
    Eomma Youngmin mengangguk.
    “Kalau begitu, kami pamit pulang. Kami akan mencari Seung Jin lagi.” Orang tua Seung Jin beranjak dari tempat duduknya. Begitu juga dengan Eomma Youngmin.
    “Kalau begitu, mari kita cari bersama-sama. Bagaimana Appa?”
    Appa Youngmin mengangguk.
    Akhirnya mereka sepakat untuk mencari Seung Jin bersama-sama.
    “Sebaiknya kita ke makam Youngmin.”
    “Mwo?”
    “Aku khawatir Seung Jin ada disana.”
    Tanpa banyak berpikir, Appa Seung Jin yang menyetir mobil, memutar balik arah dan membelokkan mobilnya ke kiri.

    Mereka turun dari mobil dan berlari kecil menuju makam Youngmin yang letaknya tak begitu jauh dari pintu masuk. Dan ternyata yang dikatakan oleh Eomma Youngmin benar. Seung Jin berada tepat disamping makam Youngmin. Ia bersandar diatas makam, sambil memeluk sweater milik Youngmin.
    “Seung Jin-ah..” Teriak Eomma nya yang terus berlari menghampiri anaknya yang tak sadarkan diri.
    “Omo.. Badanmu dingin sekali. Biar Eomma peluk agar kau tidak kedinginan.”
    “Eomma.. Appa..” Gumam Seung Jin sambil membuka matanya yang terpejam dengan pelan. “Aku sangat menyayangi kalian. Tapi kalian selalu tidak ada waktu untukku. Aku selalu bersama Youngmin. Dan izinkan aku untuk terus bersama Youngmin. Karena aku akan bahagia jika bersamanya.”
    “Kami juga sangat menyayangimu Seung Jin. Sangat mencintaimu. Kami benar-benar minta maaf karena sudah mencampakanmu. Kami minta maaf, karena kami sudah menjadi orang tua yang tidak becus menjagamu. Kami menyesal Seung Jin.”
    “Pulang lah Seung Jin. Pulang lah bersama kami.” Sahut Appa nya.
    “Seung Jin-ah, Youngmin sudah bahagia disana. Kau juga harus menemukan kebahagiaanmu disini, bersama orang tuamu. Kau anak yang baik Seung Jin. Kembali lah bersama orang tua mu.” Sahut Eomma Youngmin.
    “Aku ingin bersama Youngmin. Youngmin sudah menungguku disana.. Aku mecintainya.” Dengan perlahan Seung Jin memejamkan kedua matanya. Membuat orang tuanya juga orang tua Youngmin menjadi panik.
    Akhirnya mereka membawa Seung Jin ke Rumah Sakit terdekat.

    Beberapa perawat membawanya masuk ke dalam ruang UGD sesampainya Seung Jin di Rumah Sakit. Sementra orang tua nya dan juga orang tua Youngmin mengikuti mereka, kemudian ikut masuk ke dalam ruang UGD.
    Mereka tidak tega saat melihat Seung Jin dipasangkan beberapa alat oleh seorang Dokter yang dibantu dengan bebeapa perawat.
    “Bertahanlah sayang.. Bertahanlah..” Gumam Appa Seung Jin.

    Perlahan Seung Jin membuka kedua matanya secara perlahan. Ia melihat bayangan Youngmin yang tersenyum padanya. Berdiri tak jauh dari tempat tidur, sambil melambaikan tangannya pada Seung Jin. Lalu Youngmin mngulurkan salah satu tangannya, seakan mengajak Seung Jin untuk ikut dengannya. Senyumnya masih terlihat.
    “Youngmin Hyung..” Gumam Seung Jin pelan.
    Youngmin terus mengajak Seung Jin untuk ikut dengannya, tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Seung Jin senang karena Youngmin akan mengajaknya pergi. Meskipun ia sendiri tidak tau kemana Youngmin akan mengajaknya pergi. Namun Seung Jin tetap ikut ikut dengannya.

    Seung Jin kembali memejamkan kedua matanya. Sementara Dokter yang menanganinya terus mempertahankan hidup Seung Jin. Namun, generator yang salah satu kabelnya menyamung ditubuh Seung Jin, menampakkan garis lurus yang terus berjalan tanpa henti.
Eomma dan Appa Youngmin tidak kuat melihatnya. Sedikit rasa trauma hinggap. Mereka seperti tengah menyaksikan sendiri kematian anak mereka, seperti tiga hari yang lalu. Dan kini mereka merasakannya kembali. Dengan Seung Jin yang berada disana. Yang sedang mempertaruhkan hidupnya dengan kematian. Namun, hal itu terjadi kembali. Mereka pun harus menyaksikan kembali kematian seorang anak yang sudah mereka anggap sebagai anak mereka sendiri. Seorang anak yang sangat mereka sayangi. Juga yang sangat dekat dengan Youngmin.
    Orang tua Seung Jin menangis histeris, terutama Eomma nya, saat Dokter itu mengatakan kalau Seung Jin tak dapat lagi untuk diselamatkan. Mereka berlari menghampiri Seung Jin lalu terus mendekapnya dengan erat. Menangisi kepergian anak satu-satunya, menangisi penyesalan mereka.
    “Bangunlah Seung Jin.. Bangun! Kami akan membelikanmu banyak mainan, jika kau mau bangun. Kami akan mengajakmu jalan-jalan ke mana pun, ke tempat yang kau sukai.” Ujar Appa nya.
    “Benar Seung Jin. Eomma janji akan menjemputmu sepulang sekolah. Eomma akan masak makanan kesukaanmu setiap harinya, asalkan kau mau bangun Seung Jin. Bangunlah Seung Jin.. Bangun..”
Eomma Youngmin pun tak kuasa menahan air matanya yang seketika tumpah, didekapan suaminya.

    Satu hari kemudian, Seung Jin dimakamkan tepat disamping makam Youngmin, disisi kirinya. Orang tuanya terus menangisi Seung Jin, yang masih belum bisa menerima kenyataan atas kepergian Seung Jin.
    “Kami turut berduka cita atas kepergian Seung Jin. Kami tidak menyangka Seung Jin akan pergi secepat ini. Kami juga menyesal.. Karena Youngmin, Seung Jin harus seperti ini.”
    Eomma Seung Jin menoleh, berdiri dan memeluk Eomma Youngmin.
    “Jangan berbicara seperti itu Eonni. Jangan salahkan Youngmin yang sudah meninggal. Ia tidak salah sama sekali. Justru Youngmin lah yang sudah membuat Seung Jin bahagia. Kami yang sepenuhnya salah atas kejadian ini. kalau saja kami bisa menjadi orang tua yang baik untuk Seung Jin, semua ini tidak akan terjadi.” Eomma Seung Jin melepaskan pelukkannya. “Sekarang, mereka sudah bahagia.” Ia tersenyum, mengalihkan pandangan dari Eomma Youngmin ke makam Seung Jin juga Youngmin.
    Eomma Youngmin mengangguk, kemudian kembali berpelukan.
    Dari kejauhan, sebuah cahaya putih muncul dibawah pohon rindang. Youngmin dan Seung Jin. Mereka tersenyum sangat manis, dengan kebahagiaan yang tengah menyelimuti mereka. Memandang kedua orang tua mereka dari jauh. Mereka saling berpandangan.
    “Kini, aku dapat memilikimu seutuhnya Seung Jin.”
    “Kita akan selalu bersama-sama Hyung.. Selamanya. Aku sangat menyayangimu Hyung.”
    “Aku juga sangat menyayangimu Seung Jin.” Mereka kembali memandang orang tua mereka, lalu menghilang secepat kilat.


The end…………………………….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength