Title: Touch Love Trough a Dream (part 2)
Author: Han Rae Hwa
N: tanda kurung [ ] di awal dan di akhir kalimat / dialog menandakan kalau Yae Weon tengah bermimpi. Sengaja aku buat seperti itu agar tidak membingungkan.
Happy reading chingu ^^
Touch Love Trough a Dream part 2
“Dasar namja tidak tau diri! Awas saja jika aku bertemu dengannya. Tidak akan kubiarkan!” dengusku kesal seraya mengibaskan debu di rok yang kukenakan denga terus berjalan menuju kelasku.
Kuedarkan pandanganku ke seluruh sudut kelas. Sangat ramai dan berisik. Namun beberapa pasang mata memandangku ketika aku berdiri di depan kelas. Tak lama Songsaengnim masuk dan murid-murid itu pun berlarian menuju kursinya. Kelaspun menjadi tenang. Songsaengnim menyapa murid-murid lalu menyuruhku untuk memperkenalkan diri di hadapan mereka semua.
“Annyeonghaseyo, naneun Choi Yae Weon imnida. Aku memiliki kenangan buruk dengan teman-tema lamaku. Jadi aku pindah ke sekolah ini. Kuharap kita bisa membuat banyak kenangan manis,” kataku memperkenalkan diri lalu membungkukkan badan memberi hormat. Diam-diam aku mengulas senyum sinis.
Aku mendelik ke arah beberapa murid yeoja yang tengah berbisik. Indera pendengaranku tidak begitu jelas mendengar bisikkannya. Kuulas senyum sinis di wajahku ke arah mereka. Dan mereka pun berhenti berbisik lalu mengedarkan tatapan sinis padaku. Kemudian Songsaengnim mempersilahkanku untuk duduk di samping seorang namja. Tanpa membuang waktu, aku langsung menyambangi kursi milikku.
Omo! Namja ini adalah namja yang tadi menabrakku tanpa meminta maaf padaku. Aku yakin dialah orangnya.
Aku duduk di sampingnya dan menatapnya dengan kesal. Kedua matanya terpejam dengan earphone yang bertengger di kedua daun telinganya. Sementara kepalanya bersandar di atas meja dengan kedua lengan yang menjadi bantalannya. Tidakkah dia sadar kalau Songsaengnim sudah berada di dalam kelas!? Berani sekali dia melakukan hal itu. Aku hanya geleng-geleng kepala sambil mengeluarkan buku dari dalam tas dan berusaha untuk menahan amarahku terhadap namja ini hingga jam pelajaran selesai.
Diam-diam aku memperhatikannya saat jam pelajaran berlangsung. Namja ini sangat tenang dengan earphone-nya yang belum terlepas. Benar-benar tidak sopan. Siapa dia hingga berani-beraninya tidur di saat pelajaran berlangsung seperti ini!? Apalagi ada Songsaengnim yang sedang menerangkan materi.
“Yae Weon-ah.. Jangan mengganggunya ya!? Mungkin semalam dia tidak bisa tidur lagi. Jadi biarkan dia tidur. Kau mengerti!?” ujar Songsaengnim saat berjalan melewati mejaku.
Aku tercengang. Mwo? Memangnya siapa namja ini? Bisa-bisanya Songsaengnim sendiri yang membiarkannya untuk tetap terjaga dalam tidurnya. Ya! Apa aku juga bisa tidur seperti dia disini karena semalaman pun aku tidak bisa tidur eoh!? Geramku dalam hati. Pandanganku beralih padanya lagi.
“Ya! Bangun kau! Ya!” pekikku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya, ketika bel istirahat tak lama berbunyi dengan kencang lewat pengeras suara, “Ya! Bangun kau!”
“Apa dia tidak lapar? Bahkan jam istirahatpun masih sempat-sempatnya ia pakai untuk tidur,” tukasku dengan jengkel.
“Aish, jinjja! Berisik sekali kau!” ketusnya dengan suara yang bergetar. Akhirnya dia bangun juga. Aku mendelik malas.
Namja yang bahkan namanya belum kuketahui itu melepas earphone-nya lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas.
“Apa sudah waktunya istirahat?”
Aku mengangguk, seketika aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, “Ya! Bagaimana bisa Songsaengnim menyuruhku untuk tidak mengganggumu ketika kau tidur pada saat jam pelajaran berlangsung?” dan pertanyaan itupun langsung meluncur dari mulutku yang terasa gatal ini.
“Bukan urusanmu,” jawabnya singkat. Namja ini memandangku dari bawah hingga ke atas. Kemudian menatapku dengan lekat, “Ya! Sejak kapan kau berani untuk duduk di sampingku eoh?” tanyanya saat tersadar akan kehadiranku yang duduk di sampingnya.
“Aish, jinjja! Bahkan kau tidak meminta maaf padaku saat kau menabrakku tadi pagi!” tukasku saat tersadar akan kesalahannya padaku.
“Mwo? Apa yang kau bicarakan eoh? Bahkan aku baru melihatmu sekarang. Ah,” namja itu mendekatkan wajahnya pada wajahku. Membuatku sedikit kikuk, “Bisakah kau tetap berada disini hingga istirahat selesai? Aku tidak bisa tidur jika berada di ruangan yang sepi. Dan aku masih mengantuk sekali. Aku akan mengizinkanmu untuk duduk disini selama satu hari asalkan kau mau menuruti perkataanku barusan. Bagaimana?” ujarnya berusaha bernegosiasi denganku.
Aku mengernyitkan dahi, “Bahkan aku duduk disini pun karena Songsaengnim sendiri yang menyuruhnya.”
“Benarkah? Aish, apa dia lupa jika tidak ada yang boleh menempati kursi keramat ini!?” dengusnya kesal dengan pandangan lurus kedepan.
Aku mendesah, “Kemarin kutukan, sekarang kursi keramat. Apa orang-orang di kota ini sudah memiliki pemikiran yang tidak logis? Apa rumah sakit jiwa akan bertambah penuh eoh!?” gerutuku.
Ia menoleh dan menatapku dengan tajam, “Seseorang masih memiliki kursi ini. Jadi tidak boleh sembarang orang duduk disini termasuk kau!” ia melayangkan jari telunjuknya yang mendarat tepat di depan wajahku.
“Apa murid yang duduk disini sedang tidak masuk? Apa aku harus pindah tempat duduk? Bahkan kursi di kelas ini sudah penuh,” ujarku sambil mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Melihat semua kursi yang sudah terpenuhi oleh tas murid-murid lainnya. Namun aku kembali teringat pada kejadian tadi pagi. Kutatap namja itu dengan sinis lalu menendang kakinya dengan sekuat tenagaku, hingga ia meringis kesakitan sampai earphone-nya terjatuh begitu saja. Kulirik badge name di seragamnya.
“Jo Youngmin. Ya! Jo Youngmin! Meskipun kau tidak minta maaf padaku, akan kupastikan kau merasakan sakit yang juga kurasakan!” cercaku sambil beranjak pergi.
“Ya! Kau akan menyesal jika melihat sosok penghuni kursi ini!” pekiknya tanpa kupedulikan.
Tak banyak yang kulakukan di waktu istirahat. Aku hanya ingin mengitari lantai tiga untuk mengetahui ada apa saja di lantai ini selain ruang kelas. Tapi saat keluar dari ruang kelasku, aku terbelalak saat namja bernama Jo Youngmin itu berjalan berlawanan arah denganku. Mwo? Bukankah namja itu masih meringis kesakitan di kelas? Kenapa sekarang sudah berkeliaran di koridor? Dan namja itu tidak menyapaku sama sekali. Keterlaluan!
Setelah puas mengetahui seluk beluk lantai tiga, aku kembali ke kelas ketika bel istirahat akan berbunyi lima menit lagi.
“Aku minta maaf karena ada seorang yeoja yang menduduki kursimu.”
Namun langkahku terhenti saat samar-samar telingaku mendengar suara seseorang dari dalam kelas. Saat kuintip dari jendela, hanya ada Youngmin di dalam.
'Jadi itu suara Youngmin!? Sedang bicara dengan siapa dia!?' Gumamku dalam hati.
Karena penasaran dengan apa yang ia bicarakan, akhirnya aku berdiri di daun pintu sambil memperhatikannya.
“Tidak masalah? Apa kau akan marah padaku karena tidak bisa menjaga tempat dudukmu? Ah, kau benar. Bahkan tidak ada yang tau kenapa aku melarang teman-temanku untuk duduk di kursimu. Apa sekarang tidak apa-apa? Jika yeoja itu menempati kursimu, kau akan pergi kan!? Aku tidak mau kau pergi! Tidak bisakah kau tetap berada disini saat yeoja itu duduk di kursimu? Apa tidak ada yang bisa kau lakukan? Pikirkan lagi agar kau tetap disini bersamaku,” lirih Youngmin.
Aish, apa-apaan namja itu!? Berbicara dengan ‘kursi keramat’nya itu. Benar-benar sudah gila! Aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam kelas yang hanya ada aku dan dia. Saat aku duduk di kursiku, ia menoleh ke sekelilingnya.
“Apa yang sedang kau cari eoh?”
“Ya! Karena kau datang, dia jadi pergi!” dengusnya kesal.
Aku mengernyitkan keningku, “Siapa yang kau maksud itu eoh? Bahkan saat aku masuk tidak ada siapa-siapa selain kau dan aku.”
Ia mendekatkan wajahnya pada wajahku, “Seseorang yang tidak bisa kau lihat,” ujarnya kemudian beranjak pergi. Padahal bel masuk baru saja berbunyi dengan lantangnya lewat pengeras suara. Aku tersenyum remeh sambil menggelengkan kepalaku.
“Dasar gila!”
TBC~
Ameliarizkip Posted via Blogaway
Tidak ada komentar:
Posting Komentar