Title: Touch Love Trough a Dream (part 3)
Author: Han Rae Hwa
N: tanda kurung [ ] di awal dan di akhir kalimat / dialog menandakan kalau Yae Weon tengah bermimpi. Sengaja aku buat seperti itu agar tidak membingungkan.
Happy reading chingu ^^
Touch Love Trough a Dream part 3
[“Jangan ikuti aku! Pergi!” pekik seorang yeoja yang berusaha berlari menjauh dari seseorang yang mengejarnya. Yeoja itu nampak ketakutan.]
Dengan sigap kubuka kedua mataku. Padahal baru beberapa menit yang lalu mataku terpejam, sudah ada bayangan-bayangan yang mengusik tidurku.
Pembunuhan berantai, bunuh diri, hantu-hantu yang berkeliaran, terror yang berujung dengan kematian, semua itu terekam jelas ketika mataku terpejam. Seperti sebuah film horror yang selalu terputar dan tak pernah ada habisnya.
Aku melirik ke arah jam dinding. Sudah pukul empat pagi. Jadi satu malam ini terbuang dengan sia-sia. Mau tidak mau, akhirnya aku menunggu hingga pagi menjelang dengan mendengarkan lagu kesukaanku lewat handphone yang tersambung dengan earphone.
~
Aku memasuki ruang kelas. Masih terlihat sepi dan sunyi. Belum ada yang datang kecuali aku. Dengan dengan santai aku berjalan menuju kursiku lalu mendudukinya. Kupandangi sejenak kursi di sebelahku milik namja bernama Youngmin. Lalu pandanganku beralih pada kursi yang kududuki sambil mengusapnya beberapa kali. Sejujurnya aku penasaran terhadap apa yang dikatakan oleh Youngmin kemarin. ‘Kursi keramat’. Sebenarnya ada apa dengan kursi ini? ‘Seseorang yang tidak bisa kulihat’. Apa dia sendiri bisa melihat seseorang yang tidak bisa kulihat itu? Seseorang yang sudah meninggal? Hantu? Atau dia memiliki invisible friend? Mustahil jika dia seperti itu. Benar-benar tidak bisa dipercaya. Seperti kutukan yang kualami saat ini.
Aku mengeluarkan handphone dari dalam tas. Entah kenapa kelas ini terasa sangat dingin. Kulihat beberapa AC yang bertengger di dinding. Hanya satu saja yang dinyalakan tapi ruang kelas terasa begitu dingin. Tiba-tiba perasaanku mulai tidak enak. Seakan ada yang sedang memperhatikanku sedari tadi. Aku menoleh ke sekelilingku. Tidak ada siapa-siapa selain aku yang tengah duduk di kursiku. Spontan aku langsung bergidik agak merinding. Tapi aku berusaha untuk menghiraukannya dengan terus memainkan handphone-ku.
Tak terasa sudah dua mata pelajaran terlewatkan pagi ini. Kuperhatikan kursi kosong di sebelahku. Namja bernama Youngmin itu tidak kunjung datang. Apa dia telat? Tidak mungkin dia telat hingga melewatkan dua mata pelajaran seperti ini. Mungkinkah dia tidak masuk? Apa mungkin dia sedang tidur dengan puas di rumahnya, setelah kemarin Songsaengnim mengizinkannya tidur di kelas? Kemudian dengan bebas ia tidak masuk seperti ini? Aish, ya! untuk apa aku memikirkan namja menyebalkan yang aneh itu.
Kulirik jam tanganku, lalu aku mulai menghitung dalam hati. Satu, dua, tiga. Bel istirahat berbunyi dengan kencang lewat pengeras suara. Aku tersenyum sumringah lalu beranjak keluar kelas. Dan aku tersentak kaget saat seorang namja yang begitu familiar sedang berjalan berlawanan arah denganku.
“Omo! Ya! Kenapa kau tidak masuk kelas eoh!?” cercaku padanya. Ia pun ikut tersentak kaget dan menghentikan langkahnya saat aku datang menghadangnya.
"Aaa, aku tau kenapa tadi kau tidak masuk kelas. Kau ingin menghindari pelajaran Songsaengnim Kim kan!?” ujarku berusaha menerka seraya mengacungkan jari telunjuk tepat di depan wajahnya dengan memicingkan kedua mata.
“Mwo? Aku memang selalu menghindari pelajaran Songsaengnim Kim. Tapi hari ini tidak ada pelajarannya di kelasku. Dan, tadi pagi juga aku masuk ke kelas. Aku tidak membolos,” jawabnya dengan yakin.
“Ya! Geotjimal! Kau tidak lupa denganku kan!? Aku ini temanmu yang duduk di sebelahmu!” Sungutku.
Ia mengernyitkan kening, “Kau ini bicara apa eoh?”
“Oh iya, ceritakan padaku tentang kursi keramat itu! Kau bilang kalau kursi itu masih ada penghuninya. Dan apa maksudmu ‘seseorang yang tidak bisa kulihat’? Nugu? Apa seseorang yang kau maksud itu adalah hantu? Seseorang yang sudah meninggal? Atau.. invisible friend?” cercaku dengan beberapa pertanyaan.
“Ya! Bicaramu semakin melantur! Mungkin yang kau maksud adalah Youngmin. Bukan aku,” tukasnya.
“Eh!?” aku mengernyitkan kening.
Mataku tertuju ke badge name yang tertera di seragamnya. Jo Kwangmin. Kemudian kutegaskan lagi wajahnya. Tak ada yang berbeda dari namja bernama Kwangmin ini dari namja bernama Youngmin yang duduk di sebelahku. Omo! Atau mungkin mereka…
“Kalian kembar?”
Namja bernama Kwangmin itu tertawa kecil lalu menggelengkan kepala kemudian melongos pergi dariku.
“Jadi, yang menabrakku pagi itu siapa? Lalu, yang kulihat kemarin di koridor saat istirahat siapa? Youngmin? atau Kwangmin? Aigoo, membingungkan sekali,” dengusku jengkel.
Hari ini, sepulang sekolah aku ingin jalan-jalan keluar rumah tanpa mobil dan tanpa supir. Aku ingin berjalan kaki mengitari kota Seoul yang indah di siang hari. Tapi aku memutuskan untuk makan siang dulu di sebuah restoran cukup ternama. Setelah kenyang, aku memutuskan untuk memulai petualanganku.
Saat keluar dari restoran, seorang yeoja berlari sambil berteriak histeris mendekat ke arahku.
“Jangan ikuti aku! Pergi!”
Aku tersentak saat yeoja itu tiba-tiba menghadangku. Napasnya tersengal-sengal dan terus menoleh ke belakang beberap kali. Ia memandangku dengan tatapan sendu. Wajahnya terlihat sangat pucat dengan tatanan rambut yang berantakan juga dengan pakaian yang terlihat lusuh. Sepertinya aku pernah mendengar suara yeoja itu. Tapi dimana?
Ia mencengkram kedua lenganku cukup kencang, “Aku minta tolong, jika ada yang mencariku jangan beritahu. Aku mohon padamu dengan sangat,” ujarnya memohon padaku.
Dan seketika aku tersentak saat mengingat kalau yeoja itu adalah yeoja yang berada dalam mimpiku. Yeoja yang berteriak itu. Tapi kenapa yeoja itu bisa ada disini bertemu denganku di dunia nyata setelah datang di mimpiku? Atau, kenapa yeoja itu ada di dalam mimpiku semalam?
Dia melongos masuk ke dalam restoran. Sementara aku hanya tercengang dan bingung harus berbuat apa. Tak lama beberapa pria datang dan menghampiri ke arah dimana aku berdiri. Salah satu dari mereka mengajukan sebuah pertanyaan pada beberapa orang yang lewat di sekitarku. Tapi orang-orang yang diajukan pertanyaan itu menjawab ‘tidak tau’. Kemudian pria yang berbeda mengajukan pertanyaan yang sama padaku juga.
“Apa kau melihat seorang yeoja yang berlari ke arah sini? Rambutnya dikepang dua dan mengenakan pakaian tidur berwarna putih.”
Dengan spontan aku langsung menunjuk ke arah berlawanan dengan arah yang dituju oleh yeoja itu. Mereka langsung pergi begitu aku menunjukkan arahnya. Aku mengalihkan pandangan pada yeoja itu yang bersembunyi di balik dinding kaca restoran setelah para pria itu benar-benar pergi. Ia keluar dari restoran dan mengucapkan banyak terimakasih padaku kemudian berlari ke arah yang berbeda dengan para pria itu. Ini benar-benar aneh. Apa yeoja itu adalah seorang perampok bank? Atau seorang bandar narkoba? Ah, kurasa tidak mungkin. Yeoja itu benar-benar ketakutan. Ada yang tidak beres dengan mereka semua.
“Aish, sepertinya aku tidak perlu memikirkan mereka semua yang bahkan tidak kukenal sama sekali,” gerutuku sambil berjalan menjauh dari restoran.
“Yae Weon-ah!?” seru seseorang dari belakang. Aku menoleh. Aish, tidak kusangka aku bertemu dengan orang-orang munafik yang paling kubenci. Aku mendesah jengkel sambil menyilangkan kedua tangan di dada dengan memasang raut wajah masam.
“Ya! Haruskah aku bertemu dengan kalian eoh!? Kalian membuat hari yang cerah ini menjadi sangat kelabu,” cercaku pada mereka. Teman dekatku saat di sekolah yang lama. Teman yang paling munafik di antara yang lainnya.
“Ya! Jangan seperti itu Yae Weon-ah.. Kami kan temanmu yang paling dekat saat di sekolahmu yang lama. Kami sangat merindukanmu Choi Yae Weon,” ujar salah satu temanku sambil merangkul lenganku dengan manja.
“Bahkan kau lebih sombong sekarang dengan mengenakan seragam sekolah yang sangat terkenal itu,” sahut temanku yang lainnya.
Aku tersenyum remeh pada mereka sambil terus menyombongkan diri dengan almamater sekolahku yang baru, yang aku kenakan sekarang. Dengan agak kasar, aku melepas tangan temanku dari lenganku.
“Heol, kuharap di sekolahku yang baru tidak ada lagi orang-orang munafik seperti kalian,” ujarku dengan menegaskan kata-kata terakhirnya sambil mengulas senyum mengejek. Namun pandanganku beralih pada seorang namja yang baru saja lewat di belakang mereka. Salah satu dari si kembar. Youngmin atau Kwangmin.
“Eoh… Ya! Jo Youngmin, Jo Kwangmin!” panggilku dengan dua nama pada satu namja. Ia menoleh ke sembarang sebentar lalu berlalu begitu saja.
“Itu temanku yang baru. Yang tidak mungkin munafik seperti kalian. Bye,” ujarku sambil melambaikan tangan pada teman-temanku dan berlari mengejar namja itu.
Aku menghentikan langkahku sejenak untuk mengatur napas. Aigoo, namja itu cepat sekali jalannya. Ah, namja itu berhenti. Dengan tenaga yang tersisa, aku kembali mengejarnya. Dan sampaulah aku tepat di sampingnya dengan napas yang tersengal-sengal.
“Ya! Apa kau tidak melihatku eoh? Aku tadi memanggil namamu,” dengusku kesal.
“Kau melihat pria yang membunuhmu? Apa kau yakin kalau mereka adalah orangnya?” tanyanya pada lawan bicaranya di telepon. Dan namja itu menghiraukan pertanyaanku.
Tapi ada yang aneh. Mwo? ‘Pria yang membunuhmu’? Sedang bicara dengan siapa namja ini? Seseorang yang sudah meninggal? Tidak mungkin! Tiba-tiba bulu kudukku merinding. Aku menoleh ke sekelilingku. Tidak ada ‘sesuatu’ yang mencurigakan. Ah, maksudku tidak ada ‘sesuatu’ yang membuatku takut. Aku kembali memperhatikan namja yang belum kuketahui apakah dia Youngmin atau Kwangmin. Dia mendelik ke samping kirinya. Sepertinya ada ‘sesuatu’ disana.
“Tunggu sebentar,” ia menutup teleponnya dan menoleh padaku, “Kau memanggilku? Wae? Apakah penting? Jika tidak, aku tidak punya banyak waktu untuk sekedar bertegur-sapa denganmu. Aku pergi,” ujarnya dingin lalu melanjutkan obrolan lewat ponselnya sambil berlalu dariku. Aigoo, namja itu benar-benar dingin.
“Ya! Beraninya kau mencampakkanku!” teriakku padanya. Namun tetap saja namja itu tidak menggubris, dan terus berjalan menjauh.
Acara jalan-jalanku sepertinya menjadi kacau. Aku juga terlanjur lelah karena berusaha mengejar namja menyebalkan itu. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah.
***
TBC~
Ameliarizkip Posted via Blogaway
Sabtu, 12 September 2015
[FF] Touch Love Trough a Dream part 3
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
My Strength

Tidak ada komentar:
Posting Komentar