Title: Touch Love Trough a Dream (part 8)
Author: Han Rae Hwa
N: tanda kurung [ ] di awal dan di akhir kalimat / dialog menandakan kalau Yae Weon tengah bermimpi. Sengaja aku buat seperti itu agar tidak membingungkan.
Happy reading ^^
Touch Love Trough a Dream part 8
Aku memutuskan untuk tidak masuk sekolah selama tiga hari lamanya. Aku tidak ingin melihat mereka. Mengingat percakapan mereka beberapa hari yang lalu di rumah sakit membuatku sangat kecewa dan sakit hati. Tapi mereka selalu datang menyambangi rumahku. Awalnya aku heran kenapa mereka bisa tau alamat rumahku. Tapi saat kuingat-ingat lagi, Youngmin pernah mengantarkanku pulang dengan mobilnya. Jadi Youngmin mungkin masih ingat dimana rumahku. Tapi selama mereka datang ke rumahku, aku sama sekali tidak pernah menemui mereka. Rasa kecewa yang mendalam masih dapat kurasakan.
Kubuka sedikit tirai jendela kamarku dan memastikan kalau dua namja kembar itu sudah beranjak pergi dari rumahku. Aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur sambil memikirkan alasan apa yang membuat mereka harus menyambangi rumahku hingga berkali-kali. Akankah mereka ingin melakukan misinya untuk memanfaatkanku!? Apakah mereka benar-benar menginginkan tubuhku untuk menggantikan tubuh YooA yang sudah hilang? Ini benar-benar gila!
Kupejamkan kedua mata sambil memeluk boneka berbentuk bulan sabit berwarna kuning.
["Tolong.. Selamatkan aku. Aku mohon..” lirih seorang yeoja berambut agak pirang dan dikepang dua. Dia adalah Min Ji. Yeoja-chingu Kwangmin. Kedua tangan juga kedua kakinya di ikat di sebuah kursi dengan tali. Wajahnya basah karena air mata yang terus menetes dari pelupuk matanya dan keringat dingin yang bercucuran dari pelipisnya. Di sekelilingnya tidak ada apapun kecuali dirinya disana. Dari fentilasi udara terdengar suara sesuatu yang berdesis. Oh tidak! Ada tiga ular berbisa yang berdesis sambil merayap di dinding dari fentilasi udara menuju lantai di ruangan itu. Ular-ular itu terus merayap mendekati Min Ji sambil terus berdesis. Min Ji meringis ketakutan ditengah air mata yang berderai.
Aku ingin menolongnya. Tapi aku tidak bisa. Aku hanya sebagai penonton disini. Aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.]
“Min Ji-ya…” pekikku dengan kedua mata yang terbuka lebar. Napasku tersengal-sengal. Aku berusaha menghela napas panjang sambil menatap kosong ke arah selimutku.
“Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa menolongmu Min Ji. Aku minta maaf…” lirihku parau.
Entah kenapa air mata begitu saja berlinang membasahi pipiku. Dan entah kenapa rasanya aku begitu sangat mengkhawatirkannya. Padahal Min Ji bukanlah seseorang yang kukenal baik. Tapi.. Dia adalah yeoja-chingu Kwangmin. Bahkan aku ingin sekali menolongnya jika bisa. Padahal kekasihnya sendiri telah merencanakan niat jahat padaku.
“Bagaimana ini?” aku memeluk kedua lutut sambil menundukkan kepala di atasnya. Tangisku mulai terisak. Di pikiranku banyak sekali masalah-masalah yang aku juga tidak tau bagaimana cara mengatasi semuanya.
“Yae Woo-ya.. Yae Woo-ya..”
Aku mengangkat kepalaku, “Siapa itu?” kuedarkan pandangan ke sekelilingku. Tidak ada siapa-siapa selain aku.
“Yae Woo-ya.. Yae Woo-ya..”
Telingaku tidak salah mendengar kan!? Memang ada seseorang yang memanggilku kan!? Tapi.. Nama itu.. Hanya Youngie yang memanggilku dengan sebutan Yae Woo. Apa itu.. Youngie!?
“Kau harus menyelamatkanku Yae Woo-ya..”
Suaranya begitu familiar di indera pendengaranku.
“Y-youngie? I-itu kau? I-itu kau eoh!?” tanyaku terbata-bata sambil terus mengedarkan pandangan.
Aku mengeratkan genggamanku pada boneka bulan sabit milikku. Tubuhku gemetar hebat dan gigiku pun ikut bergemeletuk.
“Selamatkan aku Yae Woo-ya.. Selamatkan ingatanku..”
Suara itu kembali datang. Kembali menyuruhku menyelamatkannya. Menyelamatkan ingatannya. Apa maksudnya? Apa Youngie hilang ingatan?
“Aku ingin menyelamatkanmu. Tapi bagaimana caranya? Aku benar-benar tidak tau. Bahkan aku tidak tau bagaimana keadaanmu sekarang…” lirihku setengah berteriak.
Blamm… Suara pintu tertutup sendiri dengan begitu kencang mampu membuatku terkejut setengah mati. Langit menjadi gelap gulita dengan petir yang berkali-kali menyambar. Braakk.. Braakk.. Angin di luar mengayun-ayunkan daun jendela. Tirai yang tipis dan transparan berwarna merah muda itupun basah terciprat air hujan yang turun secara tiba-tiba.
Kutarik selimut hingga menutupi setengah wajahku. Tak berani beranjak dari tempat tidur sedikitpun. Bayangan-bayangan YooA, Min Ji, dan Youngie seakan terus berputar-putar mengelilingiku. Wajah mereka yang sendu, mata mereka yang sayu dan sedikit jeritan meminta pertolonganku. Aku menutup seluruh wajahku dengan selimut tanpa berani membukanya sedikitpun. Kepalaku sakit seakan habis terbentur benda tumpul. Dan akhirnya kedua mataku terpejam.
[Langit sore terlihat begitu gelap. Aku mengibaskan kabut di depanku yang membuat penglihatanku kurang jelas. Seorang namja berlari kecil menjauh dariku. Beberapa kali ia menoleh ke belakang dan mengisyaratkanku untuk mengikuti kemana ia pergi. Karena penasaran, aku berlari mengikuti namja itu dari belakang. Ia terus menyuruhku untuk mengejarnya. Langkahnya semakin cepat dan aku tidak bisa mengejarnya lebih jauh karena dadaku mulai sesak. Aku membungkukkan badan dengan kedua tangan yang menahan di kedua lututku dan terus mengatur napas. Pandanganku beralih pada setangkai mawar putih tepat berada di dekat kakiku. Kuambil mawar itu dan memandangnya sejenak. Lalu kuedarkan pandangan ke sekelilingku. Namja itu tidak ada dan tiba-tiba saja aku tersadar akan keberadaanku. Aku berada di sisi danau tempat dimana terakhir kalinya aku bertemu dengan Youngie.
“Aku ada disini…” ujar seorang namja dengan suara yang menggema. Aku kenal suara itu. Itu suara Youngie. Aku memperhatikan permukaan air danau. Seperti ada sesuatu disana. Suara itu.. Suara itu berasal dari dalam danau. Omo! Youngie ada di dalam danau.
Seketika dari belakang ada yang menepuk pundakku. Aku menoleh dan mendapati Min Ji sedang tersenyum manis padaku. Pakaiannya tak lagi kumuh. Dress putih yang melekat di tubuhnya yang ramping mempercantik seorang yeoja seperti Min Ji. Dengan rambut yang masih dikepang dua. Warna rambutnya masih sama. Agak pirang. Kemudian ia berjalan menjauh dariku.
“Kau mau menolongku kan!?” ujarnya dengan suaranya yang agak serak. Aku terus mengibaskan kedua tangan diantara kabut yang membuatku kehilangan fokus akan Min Ji. Dan sosoknya menghilang begitu saja.
“Aku ingin satu diantara kalian berdua,” suara itu.. aku berbalik badan ke arah danau. Itu suara YooA. Suara yang juga berasal dari dalam danau.
“Aku ada disini…”
“Kau mau menolongku kan!?”
“Aku ingin satu diantara kalian berdua…”
Kata-kata dari mereka terngiang di telingaku. Terperangkap di dalam ingatanku. Mereka terus menjerit-jerit menyuarakan suara mereka dengan kata-kata yang sama. Mawar yang ada dalam genggamanku terjatuh secara tidak sengaja karena kedua tanganku spontan langsung menutup kedua telingaku. Karena aku sangat terganggu dengan suara-suara parau mereka.]
Aku terbangun dengan napas yang tersengal-sengal. Langit menampakkan warna yang cerah. Aku mendelik ke arah jam dinding. Pukul dua belas siang. Jadi aku tak sadarkan diri semalaman penuh? Dengan mimpi-mimpi yang seakan seperti sebuah petunjuk bagiku. Min Ji, YooA, dan Youngie. Aku tau dimana mereka berada. YooA dan Youngie ada di dalam danau. Tapi tidak dengan Min Ji. Aku tidak tau dmana keberadaan Min Ji.
“Apa aku harus menolong mereka semua? Lantas, siapa yang harus kutolong terlebih dahulu?”
Mungkin aku bisa saja menyelamatkan Youngie. Tapi bagaimana dengan Min Ji dan YooA? Terlebih untuk menuruti permintaan YooA. Benar-benar pilihan yang sangat sulit. Manakah yang harus aku relakan? Haruskah kurelakan Youngmin demi YooA? Kwangmin pasti tidak akan terima jika harus kehilangan saudara kembarnya. Itupun aku juga tidak tau apa Min Ji bisa ditemukan atau tidak. Jika aku menyerahkan tubuhku untuk YooA, YooA pasti bisa menyelamatkan Min Ji. Dia tau dimana keberadaan Min Ji. Kwangmin pasti akan bertemu dengan yeoja-chingunya lagi tanpa harus kehilangan Youngmin. Dan Youngmin.. Dia akan bahagia karena bisa bersama-sama dengan YooA lagi. Meskipun yeoja itu harus mengunakan tubuhku. Semuanya terselamatkan termasuk Youngie.
Tapi… Lalu bagaimana denganku? Haruskah aku mati demi mereka? Haruskah aku mengorbankan diriku sendiri untuk kebahagiaan mereka semua? Haruskah aku melakukannya?
Air mataku menetes dari pelupuk mataku. Semakin lama semakin deras dan terisak. Sekarang aku benar-benar mengasihani diriku sendiri. Tak ada lagi orang yang mengharapkanku untuk tetap berada di dunia ini. Tidak ada yang mencintaiku dengan tulus. Dan aku harus mengorbankan perasaanku pada Youngmin. Ya, kuakui aku benar-benar mencintainya. Dan aku tidak bisa merelakannya untuk pergi dengan YooA begitu saja. Youngmin akan mati.
Dadaku terasa sangat sesak dan hatiku begitu sakit. Kutepis air mata yang hendak menetes lagi.
“Aku… Aku akan lakukan. Aku akan lakukan demi kalian semua,” gumamku pelan seraya menundukkan kepala.
Mungkin dengan begitu, aku tidak perlu lagi memimpikan mimpi-mimpi yang menyeramkan seperti biasanya. Dan mungkin aku akan merasa lebih tenang jika melihat mereka semua hidup dengan bahagia.
"Aku.. aku akan menyerahkan diriku pada YooA."
Seseorang mengetuk pintu di luar kamar, “Nona Yae Weon, kedua teman nona yang kembar itu kembali lagi. Apa nona ingin menemuinya?” seru seorang pelayan dari balik pintu membuyarkanku.
Ini kesempatanku untuk bicara dengan mereka.
“Ne, aku akan menemuinya,” jawabku setengah berteriak sambil beranjak dari tempat tidur.
Tanpa berganti pakaian ataupun sekedar mencucui muka, aku langsung berlari kecil menuruni tangga dan menemui mereka di ruang tengah. Meskipun sejujurnya rasa kecewa itu masih belum bisa tersembuhkan, tapi mengingat orang-orang yang terus menjerit meminta tolong padaku membuatku harus menyimpan terlebih dahulu rasa kecewa itu di dalam hati. Demi mereka.
“Akhirnya kau mau menemui kami juga,” ujar Youngmin sumringah diikuti anggukan kepala oleh Kwangmin.
“Ada yang ingin kubicarakan pada kalian,” kataku berterus terang.
Tenggorokanku seakan terganjal. Lidahku juga terasa sangat kelu untuk mengatakannya pada mereka. Kuhela napas panjang dan memandang mereka dengan lekat lalu akhirnya mulai bicara.
“Aku akan menyetujui ide yang kalian rencanakan. Aku.. aku akan merelakan tubuhku untuk YooA,” ujarku sambil mengulum senyum.
“Mwo?” seru keduanya hampir bersamaan.
“Apa yang kau katakan eoh?” tanya Youngmin heran.
Tapi sepertinya Kwangmin menyadari sesuatu. Ia mengalihkan pandangannya dariku dan mengusap leher belakangnya. Youngmin memperhatikan kembarannya yang bersikap aneh. Kemudian ia pun tersadar saat Kwangmin menatapnya dengan lekat.
“Apa kau.. mendengar percakapan kami saat di rumah sakit?” tanya Youngmin lagi padaku.
“Itu sebabnya kau kabur dari rumah sakit!?” Kwangmin mencoba menerka.
Aku mengangguk pelan, “Aku akan menolong temanku terlebih dahulu. Setelah itu aku akan menyerahkan tubuhku untuk YooA. Dengan begitu YooA akan menyelamatkan Min Ji dengan mudah. Itu yang kurencanakan. Semalam aku kembali memimpikannya. Nyawa Min Ji sudah sangat terancam. Aku takut dia tidak bisa cepat diselamatkan,” ujarku dengan menggebu-gebu.
“Kau mengkhawatirkan orang lain sementara kau tidak mengkhawatirkan dirimu sendiri. Seakan-akan hidupmu tak ada gunanya lagi,” tukas Youngmin yang membuatku tambah merindukannya.
Air mataku kembali menetes, namun aku berusaha menepisnya.
“Aku minta maaf.. Akulah yang mencetuskan ide gila itu,” ujar Kwangmin sambil menundukkan kepala. Menyesal terhadap perbuatannya itu.
“Aku baik-baik saja,” gumamku pelan. Kuulas senyum terbaikku pada mereka, “Aku sudah memikirkanya baik-baik. Aku juga melakukan semua itu demi kalian. Demi kebahagiaan kalian. Aku tidak mau menjadi orang yang egois. Hanya karena aku tidak mau mengorbankan diriku sendiri, kalian harus kehilangan orang-orang yang kalian cintai. Aku juga tidak mau orang yang mencintaiku dengan tulus harus mengorbankan nyawanya demi aku yang besikap egois. Lagipula tidak ada lagi yang mengharapkanku untuk tetap hidup di dunia ini. Bahkan kedua orang tuaku belum tentu masih peduli padaku. Aku sendiri dan tidak punya siapa-siapa. Jadi tidak apa-apa bagiku untuk mengorbankan diriku demi kalian semua,” tuturku panjang lebar.
‘Dan aku tidak mau merelakan Youngmin mati untuk YooA. Aku benar-benar tidak mau,’ lirihku dalam hati.
Youngmin berjalan mendekatiku kemudian mendekapku dengan begitu erat. Aku membalas pelukannya. Memaksakan hidungku agar terus menghirup aroma wangi tubuhnya untuk yang terakhir kalinya sebelum aku benar-benar pergi. Tangisku semakin pecah, tak rela melepaskan bahkan harus kehilangan pelukan Youngmin. Youngmin melepaskan pelukannya dan Kwangmin bergantian memelukku.
“Kami begitu jahat padamu dengan mencetuskan ide gila itu. Seharusnya kau tidak perlu melakukannya demi kami. Kami menyesal…”
“Tidak ada yang perlu disesalkan Kwangmin-ssi.”
“Kau tidak akan melakukannya kan!?” tanya Youngmin dengan penuh kekhawatiran.
Aku hanya menggelengkan kepala sambil mengulas senyum kecil.
Entah kenapa rasa kecewa yang tadinya kusimpan di dalam hati perlahan mulai sirna. Lagipula untuk apa aku menyimpan rasa kecewa bahkan menyimpan dendam pada mereka!? Sekarang aku tau kenapa mereka mencetuskan ide seperti itu. Karena aku tau rasanya kehilangan seperti apa. Akupun merasakannya sekarang. Dan mereka akan melakukan segala cara agar orang-orang yang mereka cintai dapat kembali ke pelukan mereka.
“Pulanglah… Aku akan membereskan semuanya sendiri.”
“Tidak. Kami akan membantumu,” tukas Kwangmin.
“Gwaenchana. Pulanglah. Aku akan baik-baik saja.”
Kuulas senyum mengembang di wajahku. Youngmin menepuk pundak Kwangmin dan mereka saling memandang. Lalu mereka mengangguk pelan dan menuruti perkataanku. Mereka beranjak pergi dengan langkah yang berat.
Tangis kembali pecah ketika mereka benar-benar sudah pergi. Aku terjatuh duduk di lantai dan menutup mulut dengan kedua tanganku. Bisa kurasakan wajahku langsung basah dan mataku mulai terasa perih. Tapi hatiku jauh lebih sakit. Lagi-lagi aku hanya menahannya sendiri. Tak ada seorangpun yang dapat kubagi kesedihan ini. Termasuk Youngmin yang mengatakan kalau ia akan menjadi tempatku mencurahkan seluruh isi hati dan perasaanku.
~
TBC~
Rabu, 23 September 2015
[FF] Touch Love Trough a Dream part 8
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
My Strength

Tidak ada komentar:
Posting Komentar