Rabu, 23 September 2015

[FF] Touch Love Trough a Dream part 6

Title: Touch Love Trough a Dream (part 6)
Author: Han Rae Hwa

N: tanda kurung [ ] di awal dan di akhir kalimat / dialog menandakan kalau Yae Weon tengah bermimpi. Sengaja aku buat seperti itu agar tidak membingungkan.

Happy reading ^^

Touch Love Trough a Dream part 6

“Y-yooA?”
“Kau harus mati Yae Won!”
Aku terbelalak sambil menelan ludah. Lagi dan lagi jantungku berdetak sangat kencang dan napasku kembali tersengal-sengal. Keringat bercucuran dari pelipisku. YooA berjalan mendekatiku dengan kedua tangan yang terulur ke depan, seakan ingin mencekik leherku. Kugenggam tiang pegangan di sisi tangga dengan erat sambil berjalan mundur, menjauh darinya. Karena panik, kedua kakiku terselingkat hingga aku terjatuh. Kuseret tubuhku mundur ke belakang. Berharap YooA tak lagi mengejarku. Namun yeoja itu terus mendekat, dan semakin dekat denganku. Ia tertawa cekikikkan kemudian memutar kepalanya. Dan wajahnya yang cantik seketika berubah menjadi sesosok hantu yang benar-benar menyeramkan.
  “Aaaaaaaaaaa…” spontan aku langsung menjerit histeris.

Yeoja itu terus menunjukkan wajahnya yang menyeramkan dengan kedua mata yang menjalar keluar disertai darah yang bercucuran. Pipi kirinya robek dan sebagian kepalanya pecah. Juga kulit wajahnya mengelupas di bagian dagu.
“Kau harus mati Yae Weon!” geram YooA.
Kututup wajahku dengan kedua tangan, “Pergi! kumohon pergi!” teriakku pada YooA, “Kumohon, jangan dekati aku. Pergi! Pergi!”

“Yae Weon-ah, apa yang terjadi?” tanya seseorang seraya menepuk pundakku pelan. Aku tidak berani membuka kedua tangan dari wajahku. Aku takut kalau seseorang itu bukanlah manusia, melainkan hantu.
“Ini aku Kwangmin,” ujarnya lagi yang membuatku langsung menjauhkan kedua tangan dari wajah dengan perlahan. Kupastikan kalau seseorang di hadapanku ini benar-benar Kwangmin.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya lagi dengan pancaran sinar matanya yang menampakkan kecemasannya padaku. Spontan aku langsung meraih tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Kupejamkan lagi kedua mataku.
“Aku takut… Aku benar-benar takut Kwangmin,” lirihku.
“Yae Weon-ah!? Ada apa? Apa yang terjadi?” tanya seorang yeoja lainnya yang suaranya sangat familiar di telingaku. Si pemilik suara itu adalah Youngmin.
“Kwangmin-ah, ada apa?” tanya Youngmin lagi pada Kwangmin.
“Aku tidak tau. Yae Weon begitu ketakutan hingga langsung memelukku saat aku datang.”
Napasku masih tersengal-sengal dengan kedua tangan yang masih terus mendekap tubuh Kwangmin dengan eratnya.
“Bawa Yae Won pergi dari sini. Antar dia pulang. Aku ingin bertemu dengannya dulu,” ujar Youngmin pada saduara kembarnya itu. Kwangmin mengangguk dengan cepat lalu berusaha membantuku berdiri. Namun pergelangan kaki kiriku sangat sakit akibat terselingkat tadi. Ditambah lagi dengan rasa nyeri akibat terjatuh tadi pagi. Kwangmin pun mengangkat tubuhku dan menggendongnya. Aku terus mendekapnya dengan erat dan kembali memejamkan kedua mata.

“Aku akan mengantarmu pulang,” ujarnya seraya menyalakan mesin mobilnya.
Aku menggeleng dengan cepat, “Aku tidak berani berada di rumah sendirian. Aku benar-benar takut,” lirihku lagi seraya menatapnya dengan sendu.
Kwangmin tak menggubris. Ia menghela napas panjang dan tersenyum kecil padaku lalu melajukan mobilnya menjauh dari sekolah. Sekarang aku benar-benar mengkhawatirkan diriku sendiri. Ketika sosok YooA yang benar-benar muncul di hadapanku. Di dunia nyata dan tidak hanya di dalam mimpi.

Mobil terhenti di halaman sebuah rumah besar. Kwangmin mengisyaratkanku untuk turun dari mobil. Aku berjalan mengikuti langkahnya sambil terus memandangi rumah itu. Pintu besar berwarna putih itu terbuka. Dua orang pria berpakaian rapih menyambut kami dengan membungkukkan badan memberi hormat. Begitu juga dengan dua pelayan wanita yang berdiri tak jauh dari mereka.
“Tolong siapkan kamar dan pakaian bersih untuk temanku,” ujarnya pada dua pelayan wanita itu.
Kwangmin menggiringku ke ruang keluarga kemudian ia beranjak pergi. Kuedarkan pandangan ke sleluruh sudut ruangan. Interior rumah ini sangat modern dan terkesan mewah. Ini pasti rumah mereka. Kuperhatikan sebuah bingkai berukuran besar. Ada si kembar, kedua orang tuanya dan juga seorang namja. Bisa kutebak namja itu adalah adik mereka. terlihat lebih muda dari si kembar. Wajah keluarga ini sangat mirip.
Kwangmin yang tadi meninggalkanku disini sebentar sudah kembali dan menyuruhku untuk mengikutinya ke sebuah kamar. Luas kamar ini sama dengan luasnya kamarku. Ah, tidak. Mungkin lebih besar kamarku. Dua orang pelayan wanita yang tadi tersenyum padaku dan menyuruhku untuk mandi dan berganti pakaian. Namun saat melihat kamar mandinya yang besar, aku tidak berani berada di dalam ruangan itu seorang diri. Akhirnya dua pelayan itu menemaniku di dalam kamar mandi.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Kwangmin mengajakku untuk makan malam. Perlakuannya padaku malam ini membuatku agak takut. Takut kalau perasaanku berubah menjadi cinta.
“Oh ya, waktu itu kau sempat menceritakan mimpimu padaku kan!? Kau bilang kau bertemu dengan seorang yeoja berambut agak pirang dan di kepang dua dengan berponi ke depan!?”
Aku tersentak kaget saat Kwangmin membahas tentang mimpiku itu. Ia memandangku sejenak lalu memberikanku sebuah foto. Aku meraih foto itu dari tangannya dan memandangnya dengan lekat.
“Dia yeoja yang ada di dalam mimpiku,” gumamku pelan, “Apa dia yeoja-chingumu?” aku mengalihkan pandangan dari foto pada Kwangmin. Ia mengangguk pelan.
“Aku minta maaf karena saat itu aku tidak mempercayaimu,” lanjutnya.
“Jadi sekarang kau percaya padaku?”
Kwangmin mengulum senyumnya, “Setelah kau bercerita padaku kalau kau melihat sosok yeoja yang mirip dengan Min Ji, awalnya aku pikir itu hanya bunga tidur saja. Dan aku sempat menganggap remeh tentang hal itu. Tapi aku ingat kalau Youngmin pernah bercerita padaku. Katanya kau pernah melihat sosok YooA di dalam mimpimu. Jadi tidak ada salahnya jika aku mulai mempercayainya. Dan ternyata benar. Yeoja di dalam mimpimu itu adalah Min Ji. Aku tidak mengerti kenapa mereka bisa datang di dalam mimpimu,” ujarnya panjang lebar diselingi tawa kecilnya di akhir kalimat, “Bahkan hingga YooA benar-benar datang menemuimu saat di seolah tadi. Tapi, apa benar sosok yang kau lihat itu adalah YooA?” lanjutnya seraya mengajukan sebuah pertanyaan.
Aku mengangguk dengan yakin.
“Benar-benar tidak bisa di percaya,” ujarnya seraya menggelengkan kepala.
“Aku juga tidak tau kenapa bisa terjadi seperti itu. Tapi, apa Min Ji itu sudah…” aku tak berani melanjutkan kalimatku. Takut menyinggungnya.
“Min Ji diculik. Sudah hampir dua bulan dan sampai saat ini aku tidak tau dimana keberadaannya dan bagaimana keadaannya. Aku selalu mencemaskan keadaannya setiap saat,” ujar Kwangmin berusaha menjelaskan. Seketika raut wajahnya berubah menjadi sendu dan penuh kesedihan. Kemudian ia menatapku dengan mengulas senyum kecil di wajahnya.
Aku pikir Min Ji adalah sosok yeoja yang sudah meninggal. Sama seperti YooA. Ternyata dugaanku salah. Syukurlah aku tidak meneruskan kalimatku tadi. Bisa-bisa Kwangmin tersinggung dan bahkan mungkin saja ia akan marah padaku karena aku beranggapan kalau kekasihnya itu sudah meninggal.

“Ah iya, kenapa kau tadi ada di sekolah? Apa yang sedang kau lakukan disana?” tanyaku saat teringat kejadian di sekolah tadi.
“Aaa, Youngmin memintaku untuk menjemputnya di sekolah. Dia bilang ingin mengambil gelangnya yang tertinggal di laci mejanya. Tiba-tiba aku mendengar jeritan seseorang dari dalam gedung. Jadi aku langsung mencari dimana suara itu berasal.”
Aku mengangguk pelan namun seketika pandanganku beralih pada gelang yang berada di pergelangan tangan Kwangmin.
“Ah, itu kan gelang yang dipakai oleh Youngmin. Kau memakainya juga?” tatapku padanya.
Ia mengangguk kemudian mengelus gelang itu beberapa kali.
“Semua yeoja yang dekat dengannya, harus dekat juga denganku. Maksudnya kami juga harus saling mengenal satu sama lain. Begitu juga sebaliknya.”
“Kau pasti tau banyak mengenai yeoja itu. Mmhh, aku ingin tanya. Sebenarnya apa hubungan YooA dengan Youngmin?” rasa penasaranku akan pertanyaanku itu semakin tinggi. Karena Youngmin tidak memberitahuku yang sebenarnya. ‘Hanya seseorang yang special dalam hidupnya’ begitulah jawaban Youngmin saat itu. Akhirnya kulontarkan saja pertanyaan pada Kwangmin. Siapa tau Kwangmin dengan berbaik hati mau menceritakannya padaku.
Ia mengangguk lagi lalu mulai bercerita, “Saat SMP, Youngmin sangat menyukai seorang yeoja di sekolahnya. Kami berbeda sekolah saat SMP. Youngmin selalu menceritakan tentang yeoja itu padaku di setiap waktu. Bahkan rasanya telingaku sakit hingga tak sanggup lagi mendengar tentang yeoja itu. Karena malasnya mendengar cerita tentangnya, aku sampai lupa siapa nama yeoja itu. Dan Youngmin tidak pernah patah semangat untuk mendapatkan cintanya. Tapi setelah menemui yeoja itu lagi untuk yang kesekian kalinya, Youngmin menghilang.”
“Menghilang!?” gumamku pelan.
“YooA lah yang menemukan Youngmin dan merawatnya hingga pulih. Lalu ia memberitahukan keberadaan Youngmin pada keluarga kami. Tapi semenjak kepulangan Youngmin ke rumah, ia sama sekali tidak pernah bercerita tentang yeoja itu lagi. Sedikitpun tidak pernah. Kupikir Youngmin telah jatuh cinta pada YooA karena telah menolongnya. Mereka menjadi semakin dekat dan akhirnya berpacaran. Hanya setengah tahun perjalanan cinta mereka, dan harus berakhir karena YooA mengalami kecelakaan dan meninggal,” lanjutnya bercerita.
“Youngmin sempat menceritakan padaku tentang kematian YooA,” ujarku pelan.
“Youngmin menceritakannya padamu? Setahuku Youngmin bukanlah orang yang dapat dengan mudah menceritakan tentang hal-hal pribadinya kepada banyak orang. Kecuali pada orang-orang tertentu atau orang-orang terdekatnya. Kurasa dia sudah mulai terbuka denganmu,” ujarnya diikuti senyum manisnya.
Aku tersenyum kecil.
“Jadi, kau bisa melihat YooA yang sudah meninggal, seperti Youngmin!? Lalu, soal OB yang kau lihat sedang berdiri di belakangku saat di koridor itu…”
Kwangmin tertawa kecil, “Aku minta maaf. Soal OB itu aku hanya mengarang. Aku hanya bisa melihat sosok YooA seperti Youngmin. Karena gelang ini,” pandangannya beralih pada gelang itu.
‘Ya! Kwangmin-ssi! Aish jinjja!’ pekikku dalam hati.
“Istirahatlah. Jika ada apa-apa, panggil saja aku,” Kwangmin bangkit dari tempat duduknya dan tersenyum padaku sebelum ia beranjak pergi.
Karena lelah, akhirnya akupun beranjak pergi dari ruang makan menuju kamar. Saat hendak membuka pintu kamar, aku memperhatikan sejenak ketiga pintu yang berhadapan dengan kamar yang akan kuinapi ini. Kamar Youngmin terletak di ujung paling kiri, kamar Kwangmin berada di tengah, sementara kamar adiknya ada di ujung paling kanan. Namanya Hyunmin. Di daun pintu tertera masing-masing nama si empunya kamar. Aku mengulum senyum kemudian masuk ke dalam kamar.

Aku duduk di sisi tempat tidur. Kuusap bedcovernya yang terasa lembut dan dingin. Kubaringkan tubuhku di atasnya sambil memejamkan mata. Rasanya ada yang berbeda entah apa. Atau mungkin karena perhatian Kwangmin padaku? Aku terbelalak.
“Omo! Apa aku mulai menyukainya? Ya! Choi Yae Weon! Benarkah kau menyukai salah satu dari namja kembar itu?” gerutuku pada diriku sendiri, “Bahkan Kwangmin sudah memiliki yeoja-chingu,” lanjutku seraya mengulum senyum kecut. Kuraih bantal guling dan memeluknya dengan erat.
Sejujurnya ada rasa kecewa yang merasuk dalam hatiku ketika mendengar kalau Min Ji ternyata adalah yeoja-chingunya Kwangmin. Sungguh disayangkan namja sebaik Kwangmin sudah memiliki seorang kekasih. Meskipun orang pasti akan berpendapat kalau ia adalah namja yang bersikap cuek dan dingin ketika baru mengenalnya. Tapi setelah mengenalnya, orang pasti akan merasa nyaman jika berada di dekatnya. Atau mungkin itu hanya aku yang merasakannya saja ya?
Ah iya, sekarang aku merasa lebih baik dan lebih tenang dari sebelumnya ketika aku bertemu dengan arwah YooA saat di sekolah. Berada di dekat dua namja kembar itu atau berada di dekat salah satu dari mereka saja membuatku merasa nyaman. Berada di rumah mereka seperti inipun membuatku merasa aman dan seakan benar-benar terjaga.
Tapi setelah kupikir-pikir, selama ini aku sudah masuk terlalu dalam ke kehidupan mereka. Sekarang aku jadi mengetahui seluruh cerita yang menurutku termasuk sangat pribadi. Tentang Kwangmin yang kehilangan yeoja-chingunya karena diculik dan sampai saat ini belum kunjung ditemukan. Dan Youngmin yang harus kehilangan salah seorang yang benar-benar ia cintai segenap hatinya. Hingga ia masih berinteraksi dengan YooA meskipun yeoja-chingunya itu sudah meninggal. Dibalik sikap mereka yang dingin dan cuek, ada hati yang tengah rapuh. Mereka pandai menutupi masalah mereka di depan orang banyak. Mampu menutupi rasa sakitnya. Tapi justru hal itu akan menambah rasa sakit dihati mereka. Sedikit banyaknya aku menaruh rasa kagum pada mereka.
Aku berusaha melupakan sejenak tentang semua hal yang baru saja kupikirkan. Kuubah posisi tidurku dan mulai memejamkan kedua mata.

[Pandanganku terpaku pada sepasang kekasih yang sedang berdiri membelakangiku. Yeoja itu bersandar pada bahu namja yang ada di sebelahnya. Sepertinya kebahagiaan tengah menyelimuti mereka. Yeoja itu tiba-tiba menoleh ke arahku. Omo! Senyum itu.. dan wajah itu.. Itu diriku! Benarkah itu sosok diriku? Lalu kenapa aku ada disana? Dan siapa namja yang berada di sampingku? Seakan bisa membaca pikiranku atas pertanyaan-pertanyaan itu, namja itu tiba-tiba menoleh sambil tersenyum menyeringai ke arahku. Ah, namja itu.. dia Youngmin.
Aku beralih pandang saat seorang namja berwajah sama datang menghampiri mereka. Ia pun mengulas senyum menyeringainya. Dalam genggamannya terdapat sebuah pistol. Namja itu.. dia Kwangmin. Ya, dia adalah Kwangmin. Youngmin dan diriku yang ada di sana berbalik badan. Perlahan Kwangmin mengarahkan pistol itu ke arah diriku yang ada disana bersama Youngmin.
Duuarr… Peluru itu masuk menembus dada. Darah mulai bercucuran mengotori pakaian yang dikenakan. Selang beberapa detik aku tersungkur tak sadarkan diri. Youngmin tercengang atas perbuatan saudara kembarnya itu. Ia berusaha melawan tapi Kwangmin lebih dulu menekan pelatuknya lagi ke kepala Youngmin. Tak sampai beberapa menit tubuh Youngmin pun tersungkur.
Kwangmin tersenyum menyeringai sambil memandang dengan puas ke arah mereka berdua yang tersungkur tak berdaya di lantai. Mungkin saja nyawanya sudah terenggut. Kemudian Kwangmin beralih pandang padaku. Ia berjalan mendekatiku sambil memfokuskan pistolnya ke arahku. Dan Duuarr… Ia kembali menekan pelatuk pada pistolnya untuk yang ketiga kalinya ke arahku. Dan tubuhku ikut tersungkur ke lantai.]

“Aaaaaaahh…” teriakku dengan napas yang tersengal-sengal. Aku mengatur napas seraya membuka mataku lebar-lebar untuk memperjelas pandanganku. Mataku mendelik ke arah jam dinding. Sudah tengah malam. Bahkan aku juga tidak ingat jam berapa aku terlelap.
Kamar ini terasa sangat dingin. Aku mendekap diriku sendiri dengan kedua tangan sambil beranjak dari tempat tidur. Entah kenapa rasanya aku ingin melangkahkan kaki keluar kamar. Akhirnya akupun mengikutinya. Berjalan menuju pintu dan membukanya lebar-lebar.
“Wooaahh,” aku terkejut saat melihat Youngmin yang tiba-tiba menampakkan dirinya tepat di hadapanku ketika aku membuka pintu kamar.
“Jadi saudara kembarku membawa yeoja cengeng ini ke rumah kami,” ujarnya sambil menyenderkan punggung di dinding dan menyilangkan kedua tangannya di dada.
Aku mengulum senyumku sambil menatapnya dengan kedua mata yang sayu.
“Telingaku samar-samar mendengar suara teriakan seseorang. Aku sudah menduga siapa pemilik dari suara teriakan itu,” ujarnya remeh.
Aku menundukkan kepala karena malu dan seakan tak tau diri karena berteriak di rumah orang.
“Aku terbangun lagi saat mimpi buruk itu mengusik tidurku,” kataku terus terang, “Maaf telah mengganggumu,” lanjutku yang merasa bersalah.
“Sepertinya kau butuh teman untuk tidur,” ujarnya santai.
Aku menatapnya heran.
“Kebetulan sekali. Aku tidak akan bisa tidur jika tidak mendengarkan lagu. Handphone-ku mati. Bagaimana kalau kita tidur bersama malam ini!?” ujarnya seraya melongos masuk ke dalam kamar. Aku terkekeh sambil terus memandang Youngmin.
“Heh!? Kau tidak akan tidur di sampingku kan!?” tanyaku khawatir setengah panik.
“Memang seharusnya begitu kan!?”
Spontan aku menutupi dada dengan kedua tangan, “Ya! Jangan macam-macam denganku eoh!?” pekikku yang di hiraukan olehnya.
Ia mendorong tubuhku ke atas tempat tidur lalu menyelimuti tubuhku. Jari telunjuknya menujuk ke ke sebuah sofa besar di sisi kiri tempat tidur.
“Aku akan tidur disana. Sebaiknya kau tidur sekarang. Besok pagi akan kupulangkan kau ke rumahmu,” ujarnya dingin sambil membaringkan tubuh di sofa. Ia menyilangkan kedua tangan di dada lalu memejamkan kedua matanya yang besar.
Aku mengubah posisi tidurku menghadap ke kiri. Menghadap ke namja yang tidur satu kamar denganku. Wajahnya sungguh tampan. Sama tampannya dengan saudara kembarnya itu. Apalagi saat sedang terlelap seperti itu. Terlihat begitu teduh.
“Apa kau sudah tidur?” tanyaku ingin tau.
“Wae?”
“Soal yang tadi di kelas, apa kau benar-benar ingin menjadi tempat untukku mencurahkan seluruh keluh kesahku?”
“Kau sendiri yang bilang kalau kau tidak memiliki siapa-siapa. Lagipula aku ini kan teman sebangkumu.”
“Memangnya ada hubungannya jika aku teman sebangkumu?”
“Tentu saja ada. Ya! Tidurlah yeoja cengeng!” tukasnya.
Aku memanyunkan bibir. Dasar namja menyebalkan. Tapi tidak kusangka sekarang  aku menemukan sisi yang lain dari dirinya. Sifat baik yang selama ini tersembunyi di dalam dirinya. Meskipun sifat baik yang ia tunjukan itu tetap dengan sikapnya yang dingin dan sedikit cuek. Walaupun baru mengenalnya, tapi aku yakin sisi lainnya itu tak pernah ia tunjukkan pada siapapun. Seperti yang dikatakan Kwangmin saat makan malam tadi. Namja yang benar-benar tertutup, cuek dan dingin pada semua orang.

“Tadi aku memimpikanmu dan Kwangmin,” ujarku pelan.
Youngmin membuka kedua matanya. Sepertinya ia tertarik.
“Mimpi yang sama menyeramkannya seperti mimpi-mimpiku sebelumnya. Dan di dalam mimpi itu juga ada aku yang terlibat. Aku juga tidak mengerti apa maksud dari mimpi itu. Tapi akhir-akhir ini, mimpiku justru cenderung lebih berkaitan pada dunia nyata. Seperti beberapa orang yang ternyata bersangkutan dengan kalian. Contohnya YooA dan Min Ji. Tapi… ah iya,” aku teringat sesuatu. Ku ubah posisi tidurku menjadi setengah duduk menghadap ke Youngmin.
“Aku jadi teringat saat kita bertemu di jalan, di dekat restoran. Waktu itu aku memanggilmu ketika kau sedang menelpon seseorang. Saat sebelum aku bertemu denganmu, ada seorang yeoja tak sengaja menabrakku dan meminta tolong untuk tidak memberitahukan keberadaannya pada beberapa pria berusaha mengejarnya,” ujarku sambil berusaha mengingat-ingat, “Dia Min Ji!” tukasku.
“Mwo?” Youngmin refleks dan mengubah posisinya sepertiku, menghadap ke arahku. Sepertinya ia terkejut dengan kata-kataku.
Aku mengangguk dengan cepat lalu menceritakan padanya saat Kwangmin menunjukkan foto Min Ji padaku ketika sedang makan malam.
“Kau bertemu dengannya saat itu? Di tempat kita bertemu saat di jalan!?” tukasnya lalu mengalihkan pandangannya dariku.
“Wae? Apa.. ada sesuatu yang terjadi dengannya? Apa ada sangkut pautnya juga dengan YooA? Kupikir, aku sudah masuk terlalu jauh dalam masalah pribadi kalian. Aku benar-benar merasa tidak enak,” ujarku merasa bersalah.
“Ah, gwaenchana. Lupakan saja. Istirahatlah.. kepalaku agak pening. Aku tidur duluan,” jawabnya, kemudian berbaring memunggungiku.
Aku hanya bisa mengulum senyumku. Kemudian aku kembali berbaring menghadap ke arahnya.
  Melihatnya seperti ini hatiku jadi terasa teduh dan tenang. Meskipun aku hanya bisa melihat punggungnya saja. Tidak jauh berbeda saat Kwangmin memperlakukanku dengan baik tadi. Tapi rasanya tetap saja ada perbedaan ketika aku berada di antara kedua namja kembar itu atau berada diantara salah satu dari mereka.
  Ya, banyak perbedaan. Dan entah kenapa Youngmin lebih menarik perhatianku. Youngmin seperti sebuah sinar terang yang tak akan pernah redup bahkan padam. Aku ingin terus meraih cahaya itu. Perlahan perasaan itu semakin merasuk ke dalam hatiku dan bersarang disana.
  Apa karena Youngmin berhasil menenangkan hatiku saat tangisku mulai terisak ketika di kelas tadi? Apa karena ia memelukku dengan erat hingga membuatku menjadi merasa nyaman dan tenang? Apa aku mulai menyukainya? Entahlah.

Akhirnya kupejamkan kedua mataku sambil memeluk bantal guling dengan erat. Diam-diam aku mengulum senyum sebelum benar-benar terlelap.
~~~
TBC~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength