Title: Touch Love Trough a Dream (part 4)
Author: Han Rae Hwa
N: tanda kurung [ ] di awal dan di akhir kalimat / dialog menandakan kalau Yae Weon tengah bermimpi. Sengaja aku buat seperti itu agar tidak membingungkan.
Happy reading chingu ^^
Touch Love Trough a Dream part 4
Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Aku berusaha untuk memejamkan kedua mataku sambil memeluk boneka beruang besar dengan bulu yang tebal. Selang lima menit, aku tertidur.
["Kau melihat pria yang membunuhmu!? Apa kau yakin kalau mereka adalah orangnya?” tanya Youngmin pada seorang yeoja yang berdiri dengan lesu di samping kirinya. Seluruh tubuh yeoja itu terselimuti sinar terang. Terlihat seperti sebuah bayangan. Dia cantik. Rambutnya yang lurus dan panjang itu bersurai cokelat tapi beberapa helainya ada yang bersurai merah muda dengan berponi kedepan. Ia memakai pakaian tidur berwarna putih dengan tulisan You’re Mine berwarna merah muda. Tiba-tiba matanya mendelik ke arahku dengan tajam. Ia menangis darah tapi tidak disertai suara isakkan tangisnya. Perlahan ia berjalan ke arahku sambil mengulurkan kedua tangannya ke depan. Kedua bola matanya berubah jadi merah kemudian menunjukkan dua taringnya seperti vampir. Dan yeoja itu mencengkram leherku kuat-kuat.]
Aku membuka mataku dengan napas yang tersengal-sengal. Kutepis keringat yang hendak mengucur lagi dari pelipisku. Spontan aku langsung meraba leherku. Aku bernapas lega karena memastikan tak ada luka bekas cekikkan seseorang. Mimpi itu seperti terasa begitu nyata. Bahkan aku masih bisa merasakan cengkraman yeoja itu. Tapi syukurlah itu hanya sebuah mimpi.
~
“Kembar,” panggilku pada salah satu dari si kembar yang berjalan di koridor lantai tiga seorang diri. Hehehe aku memanggilnya dengan sebutan 'kembar' karena belum bisa membedakan kedua namja kembar itu. Bahkan aku belum lama mengenal mereka. Jadi aku tidak langsung memanggil namanya. Ia menghentikan langkahnya lalu menoleh padaku. Aku bergegas menghampirinya sambil mengeratkan genggaman pada tasku.
“Apa kau yang kutemui kemarin siang saat di jalan? Yang kusapa saat tengah menelpon seseorang!?” tanyaku padanya, berusaha menghilangkan rasa penasaranku.
Namja itu berusaha mengingat-ingat, “Ani.”
Aku menegaskan pandanganku pada badge name di seragamnya, “Jadi kau Jo Kwangmin,” ujarku memastikan sambil menunjuk ke arah badge name nya. Tertiba aku teringat sesuatu. Akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya lagi padanya, “Apa Youngmin berbeda dengan namja-namja lain? Dia bilang bisa melihat sesuatu yang tidak bisa kulihat!?”
Kwangmin berpikir sejenak kemudian ia memandangku dan mendekatkan wajahnya pada wajahku. Aku berdeham agak kikuk.
“Di belakangmu, ada seorang office boy yang belum lama meninggal. Sepertinya dia masih belum bisa meninggalkan tempat bekerjanya. Katanya dia minta di temani. Tapi hati-hati jika kau ingin melihatnya. Wajahnya hancur dan berlumuran darah. Dia terlihat sangat menyeramkan,” bisiknya yang mampu membuat bulu kudukku merinding. Ia tersenyum lebar dan berlalu dariku.
Sekujur tubuhku menegang hebat, kaku dan tidak bisa bergerak sama sekali. Bahkan sedikitpun aku tidak bisa menoleh ke belakang. Mungkin lebih tepatnya aku tidak berani. Dan koridor di lantai ini pun terlihat sangat sepi. Kupejamkan mataku sejenak lalu mengepalkan kedua tangan. Dengan sekuat tenaga, aku berlari sambil berteriak, menjauh dari tempat itu dan menuju ke kelas.
Bel istirahat berbunyi kencang, menghamburkan seluruh murid keluar kelas. Dan ruang kelas seketika menjadi hening. Yang tersisa hanya aku dan Youngmin. Kulirik namja yang duduk di sebelahku itu. Dia tengah asik dengan buku bacaannya. Kupandang ia dengan lekat. Namun ia segera menyadarinya dan langsung menoleh padaku.
“Wae?”
Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya sambil mengacungkan jari telunjuk di depan wajahnya, “Kau.. Kau bisa melihat arwah orang yang sudah meninggal kan!?”
“Wae?”
“Ya! Jawab pertanyaanku eoh!? Dan kau yang kemarin bertemu denganku di jalan kan!? Aku menyapamu saat kau tengah menelpon seseorang dan kau langsung mengusirku tanpa membalas sapaanku dengan sopan!?” cercaku panjang lebar.
“Ne,” jawabnya singkat lalu memalingkan wajahnya dariku dan kembali fokus dengan bukunya.
“Ah iya, apa kemarin saat kau sedang menelpon ada seorang yeoja yang sedang berdiri di sampingmu?” tanyaku saat aku teringat akan mimpiku semalam.
Ia spontan menoleh padaku. Menatapku dengan tatapan serius.
“Yeoja itu mengenakan pakaian tidur berwarna putih dengan tulisan You’re Mine berwarna merah muda. Rambutnya yang lurus dan panjang itu bersurai cokelat tapi beberapa helainya ada yang bersurai merah muda dengan berponi kedepan,” sambungku tanpa menunggu jawaban darinya.
“Kau.. Kau b-bisa melihat Y-yooA?” tanyanya dengan terbata-bata.
“Mungkinkah yang ada di mimpiku itu adalah yeoja bernama YooA!? Aku juga tidak tau itu dia atau bukan. Bahkan aku tidak tau sosok YooA seperti apa," ujarku santai.
Pandangan Youngmin padaku semakin melekat.
"Tapi sebenarnya aku tidak melihat yeoja itu saat bersamamu kemarin. Melainkan aku melihatnya di dalam mimpiku. Kejadian dimana aku bertemu denganmu kemarin menhadi bunga tidurku semalam. Dan yeoja itu berdiri tepat di sampingmu. Awalnya ia menampakkan paras anggun nan cantiknya. Tapi seketika wajah yeoja itu berubah agak mengerikan. Ia menangis darah dengan kedua bola matanya yang berubah menjadi merah. Lalu ia menunjukkan dua taringnya seperti vampir. Dan dia mencekikku. Mimpi itu seperti terasa begitu nyata,” ceritaku panjng lebar sambil bergidik.
Youngmin memalingkan wajahnya dariku. Tatapannya lurus ke depan. Bisa kurasakan tubuhnya menegang dan napasnya mulai tersengal-sengal.
“Apa benar kau bisa melihat semua makhluk yang tidak bisa kulihat?” tanyaku lagi.
“Ani,” jawabnya singkat.
Aku mengernyit, menyipitkan kedua mataku karena tidak yakin dengan jawabannya itu.
“Aku hanya bisa melihat YooA,” lanjutnya.
“Mwo? Bagaimana bisa? Kau hanya bisa melihat YooA tapi tidak bisa melihat makhluk yang lainnya!?" tukasku, "Tapi tunggu sebentar... Jadi YooA itu benar-benar sudah meninggal?” lanjutku.
Ia mendelik ke arah gelang berwarna hitam yang ia kenakan. Ada gantungan nama YooA pada gelang itu.
“Karena benda ini aku bisa melihatnya dan selalu berinteraksi dengannya. Dia.. Benar-benar sudah meninggal," ia mengulum senyumnya sambil mendesah. Ada aura kesedihan yang nampak pada raut wajahnya.
"Apa kau ingin melihatnya sekali lagi?” ia menoleh padaku dan menawarkanku untuk melihat sosok bernama YooA itu lagi. Namun membayangkan wajahnya yang sangat menyeramkan di mimpiku, aku langsung menggeleng dengan cepat.
“Kau lihat lingkaran mataku yang menghitam ini?” tunjukku pada dua kantung mataku, “Selama lima bulan terakhir, aku sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak dan tenang. Jika bisa, itupun harus disertai mimpi-mimpi menakutkan yang akhirnya membuatku langsung terbangun dengan seketika. Bahkan sampai menjerit-jerit seakan mimpi itu terasa nyata bagiku,” ujarku panjang lebar.
“Mimpi menakutkan seperti apa?”
“Macam-macam. Seperti pembunuhan berantai, bunuh diri, hantu-hantu yang berkeliaran, teror yang berujung dengan kematian, dan masih banyak lagi. Seperti film horror yang selalu terekam jelas dalam mimpiku. Dan yang terakhir, sosok YooA seperti yang kuceritakan tadi,” ceritaku lagi sambil bergidik.
“Aku yakin YooA tidak memiliki maksud apa-apa atas mimpi yang kau ceritakan itu,” belanya atas YooA.
“Tapi tidak seharusnya ia datang ke dalam mimpiku seperti itu! Padahalkan aku sama sekali tidak mengenalnya!” cercaku padanya.
“YooA bilang dia minta maaf padamu.”
Aku tercengang. Ya! Youngmin kan memang bisa melihat sosok YooA yang sudah meninggal.
“Dia sedang berdiri di sampingmu,” ia menunjuk ke sampingku dengan dagunya.
Glek… Aku menelan ludah. Mataku membulat. Mungkin sebentar lagi akan copot. Seluruh tubuhku kembali menegang. Aku tidak berani menoleh. Hanya berani menatap Youngmin dengan lekat. Ia pun tersenyum menyeringai sambil mengusap-usap gelangnya.
Ya! Kenapa hari ini si kembar mengatakan padaku kalau ada sosok yang tidak bisa kulihat sedang berada di dekatku!? Aigoo, aku benar-benar benci membicarakan tentang hal ini.
Kugenggam kedua tangan Youngmin dengan erat, “Kumohon, jangan ceritakan hal-hal seperti itu lagi padaku. Jangan bilang kalau sosok yang bisa kau lihat ada di dekatku. Anggap saja kau tidak bisa melihatnya sepertiku yang juga tidak bisa melihatnya. Jebal,” lirihku padanya. Ia hanya tertawa menimpalinya. Dasar namja tidak memiliki perasaan.
Bel masuk berbunyi ketika rasa takutku sudah berada di tingkat paling atas. Semua murid berhamburan masuk ke dalam kelas, menyerbu kursinya masing-masing. Songsaengnim pun datang. Setidaknya aku bisa bernapas lega karena disini nampak banyak orang dan tidak sepi seperti tadi. Tapi tetap saja perkataan Youngmin tadi tidak bisa menghilang dari pikiranku. Aku mengulum senyum sambil terus memperhatikan ke sisi kananku. Tidak ada siapa-siapa yang berdiri di sampingku. Ya, karena memang aku tidak bisa melihat sosok bernama YooA yang dikatakan Youngmin itu. Akhirnya aku berusaha untuk tetap fokus pada Songsaengnim yang sedang mengajar dan menghiraukan sosok YooA.
~
Aku merasa agak aneh jika mengingat keakrabanku dengan Youngin seperti tadi. Mengobrol dengan santai meskipun menyangkutpautkan dengan hal-hal yang sedikit pribadi. Baru kali ini aku langsung akrab dengan seseorang yang baru ku kenal. Diam-diam aku mengulum senyum senang.
Entah kenapa sepulang sekolah aku merasa lelah sekali. Tidak seperti hari-hari kemarin. Akhirnya aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidurku yang lembut. Tak terasa kedua mataku terpejam.
[Seorang yeoja tengah duduk di sisi tempat tidurnya seraya memandang sebuah foto yang ada dalam genggamannya. Di dinding kamarnya terdapat banyak sekali foto-foto yang terpajang rapih dan terlihat unik. Foto yang ada di genggamannya itu sendiri terlihat seorang namja tengah mencubit pipi yeoja itu. Mereka nampak bahagia sebagai sepasang kekasih. Isak tangispun mulai terdengar. Semakin lama semakin terdengar jelas. Setetes demi tetes air matanya jatuh membasahi foto itu. Dan gambar pada foto itu terhapus sedikit demi sedikit oleh tetesan air mata itu. Ia menoleh ke arahku. Kemudian isakkan tangisnya berubah menjadi tawa cekikikkan yang sangat khas. Seketika ia pun merangkak mendekatiku dengan cepat lalu merangkulku begitu erat.]
Aku terbangun dari tidurku. Jantungku berdetak tak beraturan. Napasku tersengal-sengal. Dan seperti biasa, keringat dingin mulai mengucur dari pelipisku. Padahal AC di kamarku cukup dingin tapi bisa membuatku berkeringat seperti ini. Akhirnya aku memutuskan untuk mandi, makan siang dan mengerjakan tugas sekolahku.
***
“Kwangmin-ssi, apa itu kau?” tanyaku pada salah satu dari si kembar yang tengah berjalan sendiri di koridor.
Ia menghentikan langkahnya dan berbalik badan.
"Ada apa?"
Aku tersenyum sumringah mendapati orang yang kucari sudah ada di hadapanku. Tapi jika kupikir-pikir, agak aneh juga karena aku selalu bertemu dengannya di tempat yang sama. Di koridor lantai tiga yang letaknya tak jauh dari kelasku. Atau mungkin hanya kebetulan? Akankah kebetulan itu terjadi hingga jumlahnya melebihi dari dua kali? Ah, aku tidak tau.
“Ng, ada yang ingin kubicarakan padamu.”
“Katakan saja apa yang ingin kau bicarakan.”
Aku ingin menceritakan mimpiku kemarin padanya. Sebenarnya aku agak ragu untuk menceritakan padanya. Karena Kwangmin bisa saja tidak percaya dengan mimpiku. Tapi lidahku terasa gatal hingga akhirnya aku tetap menceritakan padanya. Ah iya, aku baru ingat kalau kemarin Kwangmin melihat sosok OB yang belum lama ini meninggal tengah berdiri di belakangku. Apa dia juga bisa melihat arwah orang yang sudah meninggal? Seperti Youngmin yang bisa melihat sosok YooA yang sudah meninggal.
“Kemarin aku bermimpi. Di dalam mimpi itu, aku melihat seorang yeoja. Rambutnya agak pirang dan di kuncir kepang dua dengan berponi ke depan,” ujarku agak gugup. Namun raut wajahnya menampakkan kalau ia tertarik dengan mimpi yang kucertiakan.
“Yeoja itu sedang duduk di sisi tempat tidurnya. Aku sempat melihat banyak sekali foto-foto yang tarpajang rapih pada dinding kamarnya. Ng.. Dia menggenggam sebuah foto. Dan di foto itu ada dirimu bersama yeoja itu,” lanjutku.
Kedua matanya terbelalak, dan menatapku dengan lekat. Aku mengulum senyumku, dan tidak berani untuk melihatnya.
Ah iya, namja yang ada di dalam foto yang dipegang oleh yeoja itu adalah Kwangmin. Yang ada di dalam mimpiku kemarin. Aku berani menjamin akan hal itu. Makanya aku menceritakan mimpiku itu padanya.
Kwangmin mengernyitkan kening, “Mwo? Apa yeoja itu adalah Min Ji!?” gumamnya pelan.
Aku menatapnya, “Jadi, apa kau mengenali sosok yang kuceritakan itu? Apa yeoja itu adalah Min Ji!?”
“Ah, jangan pikirkan tentang hal itu. Mungkin kau salah lihat. Lagipula itu kan hanya sebuah bunga tidur,” ia berusaha mengelak.
“Tapi…”
“Sudah ya, aku mau ke kelas,” ujarnya dan berlalu begitu saja dariku.
Aku memanyunkan bibirku. Ternyata benar dugaanku kalau Kwangmin tidak percaya dengan ceritaku. Tapi aneh juga saat ia menunjukkan ketertarikannya pada ceritaku tadi. Sudahlah, mungkin benar yang dikatakan oleh Kwangmin. Itukan hanya bunga tidur. Untuk apa dibuat pusing. Tapi aku lupa untuk menanyakan kalau dia bisa melihat arwah orang yang sudah meninggal atau tidak. Aku sangat penasaran akan hal itu.
***
TBC~
Rabu, 23 September 2015
[FF] Touch Love Trough a Dream part 4
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
My Strength
Tidak ada komentar:
Posting Komentar