Title: Touch Love Trough a Dream (part 7)
Author: Han Rae Hwa
N: tanda kurung [ ] di awal dan di akhir kalimat / dialog menandakan kalau Yae Weon tengah bermimpi. Sengaja aku buat seperti itu agar tidak membingungkan.
Happy reading ^^
Touch Love Trough a Dream part 7
[Aku berjalan di sepanjang tepian danau. Malam semakin larut dan udara yang terasa dingin pun rasanya mampu menusuk ke dalam tubuhku. Aku memandang diriku sendiri yang hanya memakai dress putih dengan panjang sedikit di atas lutut dan tanpa lengan. Apa-apaan aku ini? Mengunjungi danau di larut malam seperti ini hanya dengan mengenakan dress.
Pandanganku beralih pada permukaan danau yang sedikit bergelombang. Seperti ada yang tengah berenang di bawah air. Padahal seingatku permukaan air itu tadi terlihat tenang dan damai. Aku berjalan mendekatinya berusaha mencari tau. Langkahku semakin mendekat. Dan kakiku hampir menyentuh air yang semakin bergelombang hebat. Aku membungkuk, mengibaskan permukaan air dengan salah satu tanganku. Tidak ada yang kutemukan selain… sebuah tangan meraih tanganku dan menariknya hingga ke dalam air.
Aku mengibaskan kedua tangan pada air yang kini menenggelamkan tubuhku utuh. Napasku semakin berat karena perlahan air terus masuk melalui mulutku. Benar-benar tidak ada lagi oksigen yang dapat kuhirup. Salah satu pergelangan kakiku tertarik ke bawah oleh sebuah tangan. Aku bisa merasakan kalau itu adalah tangan seorang perempuan. Tangan yang tadi menarikku. Aku hampir kehilangan kesadaran. Tiba-tiba seorang yeoja menampakkan dirinya tepat di hadapanku. Tubuh yeoja itu bersinar terang, membuatku silau saat melihatnya. Wajahnya begitu putih dan cantik.
‘Mati untukku. Atau Youngmin ikut denganku!’ geramnya.
Ia menjulurkan kedua tangannya ke leherku dan mencengkramnya dengan kencang. Dan aku benar-benar kehilangan kesadaran.]
“Yae Weon.. Yae Weon ireona!”
Aku berusaha membuka kedua mataku lebar-lebar dan mengatur napasku yang tersengal-sengal. Tubuhku gelagapan saat sebelum terbangun. Kupaksakan diriku untuk bangun dan hendak duduk. Namun kepalaku terasa sangat sakit. Aku berusaha menahannya dengan kedua tanganku.
“Kau kenapa? Kau mimpi buruk lagi?”
“Bahkan kau sudah tau jawabannya. Jadi kenapa kau menanyakan pertanyan bodoh itu eoh!?” sungutku dengan suara yang parau.
"Wajahmu pucat. Sepertinya kau sakit," Youngmin menyentuh keningku dengan punggung tangannya, “Kau demam!?"
Kutatap kedua mata Youngmin yang berbinar dan mengisyaratkan kekhawatiran. Aku suka binaran mata itu. Jauh lebih kusuka dibandingkan dengan yang kulihat seperti biasanya. Kepalaku terasa semakin berat dan akhirnya mataku kembali terpejam. Tapi sebelum aku benar-benar tak sadarkan diri,aku bisa merasakan tubuh Youngmin yang mendekap tubuhku dengan erat. Rasanya sangat nyaman.
***
“Hey, dia sudah siuman.”
“Benarkah?”
Samar-samar telingaku mendengar suara yang sangat familiar ketika aku membuka mataku dengan perlahan.
“Y-youngmin-ssi, Kwangmin-ssi,” gumamku pelan saat mendapati dua namja kembar yang tengah berdiri di hadapanku. Terlihat kekhawatiran lewat pancaran mata kedua namja itu. Sementara raut wajahnya menunjukkan rasa lega. Mungkinkah mereka mengkhawatirkan keadaanku? Mungkinkah mereka merasa lega karena aku sudah siuman? Tapi… Bahkan aku tidak tau kalau sekarang aku tengah berbaring di tempat tidur di sebuah kamar rawat yang ada di rumah sakit. Apa yang terjadi padaku? Aku hanya ingat saat terakhir kali aku tak sadarkan diri setelah terbangun dari mimpi yang menyeramkan –lagi-.
“A-apa yang terjadi padaku?” tanyaku dengan suara yang pelan.
“Kau tidak sadarkan diri seharian penuh. Kami khawatir, jadi kami membawamu ke rumah sakit. Syukurlah kau sudah siuman,” ujar Youngmin diikuti anggukan kepala oleh Kwangmin.
“Memangnya mimpi apa yang membuatmu hingga jatuh sakit seperti ini?” tanya Kwangmin sambil mendekatkan wajahnya.
“Ya! Kau ini! Yae Weon baru saja siuman. Kenapa kau menanyakan hal berat seperti itu? Biarkan saja dia istirahat dulu!” cerca Youngmin dengan tatapan yang super sinis pada kembarannya itu.
“Mianhae, aku hanya penasaran,” desis Kwangmin sambil cemberut.
Aku tersenyum melihat betapa manisnya dua namja ini.
“Kalau begitu kami keluar dulu. Istirahatlah,” ujar Youngmin sambil mendorong punggung Kwangmin menuju pintu. Aku hanya memandang punggung mereka yang semakin menjauh dari pandangan.
Aigoo, kepalaku masih terasa sakit. Akhirnya kupejamkan lagi kedua mataku dengan erat.
[“Yae Weon-ah.. Yae Weon-ah..” samar-samar telingaku mendengar seseorang menyerukan namaku. Salah dari seorang namja kembar itu menyeburkan diri ke dalam danau. Ia meraih tubuhku dan berusaha menariknya ke sisinya. Namun yeoja itu tak mau kalah dengan terus menarik lenganku untuk ikut bersamanya. Mereka saling tarik menarik. Seluruh tubuhku rasanya sakit dan dingin. Bukan Yae Weon namanya jika tidak mau berusaha. Tapi kali ini, entah apa yang merasukiku hingga aku memutuskan untuk memasrahkan hidupku sendiri. Hanya dua pilihan. Ikut dengan yeoja itu yang menuntutku untuk mati atau hidup dengan usaha namja yang terus menyelamatkanku.
‘Mati untukku atau Youngmin ikut denganku?’ pertanyaan itu terus menggema. Membuatku kembali tersadar. Yeoja itu menginginkan salah satu dari kami. Antara aku dan Youngmin. Pilihan yang benar-benar sulit. Aku harus bagaimana?]
“Youngmin-ssi.. Youngmin-ssi..”
“Yae Weon-ah, kau baik-baik saja?”
Seketika mataku kembali terbuka entah untuk yang keberapa kalinya setelah aku terlelap. Youngmin kembali memancarkan binaran kekhawatiran lewat kedua matanya sambil terus memandangku dengan lekat. Spontan aku langsung mendekap tubuhnya dengan sangat erat.
“Aku tidak mau kehilanganmu. Aku juga tidak ingin mati sekarang. Aku benar-benar tidak mau,” lirihku dengan mata yang terpejam erat.
“A-apa yang kau bicarakan eoh!?”
“Aku.. aku takut.. tolong jangan tinggalkan aku sendiri disini. Aku takut..” lirihku lagi. Youngmin mendekap tubuhku dan mengusap kepalaku beberapa kali. Harum tubuh Youngmin begitu menusuk hidungku. Membuatku tidak ingin melepaskan dekapannya.
“Jangan takut lagi. Sekarang ada aku disini,” ujar Youngmin berusaha menenangkan hatiku.
Blam… Terdengar suara pintu yang tiba-tiba saja tertutup. Aku membuka mataku dan memandangnya. Tidak ada siapa-siapa yang masuk maupun keluar. Hanya ada aku dan Youngmin. Mungkinkah itu sosok YooA atau sosok yeoja yang ada dalam mimpiku? Tapi… Aigoo, sepertinya yeoja yang ada di dalam mimpiku itu adalah sosok YooA.
"Y-yooA!? Yeoja di dalam mimpiku itu.. Dia YooA," gumamku pelan.
"Ada apa?" Tanya Youngmin seakan mendengar gumamanku. Ia melepaskan pelukannya dari tubuhku. Tapi aku seakan tidak rela untuk melepaskan pelukannya begitu saja. Kupandangi Youngmin dengan wajah yang sendu. Berusaha memikat hatinya untuk tetap memelukku. Tapi namja itu hanya tersenyum. Tersenyum begitu tulus. Senyuman yang tak pernah kulihat sebelumnya.
“Tidurlah. Aku akan menjagamu disini,” ujarnya lalu duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur.
Aku membaringkan punggungku di tempat tidur sambil mencoba memejamkan mata lagi. Dengan kedua tangan yang menggengam erat tangan Youngmin.
Dua jam berlalu, dan aku tak kunjung bisa tidur. Suasana di ruangan ini terasa sepi dan hening. Dinginnya pendingin ruangan membuatku ingin meringkuk di dalam selimut. Tapi dengan menggenggam tangan Youngmin seperti ini rasanya sudah cukup untuk menjadi penghangat tubuhku. Dan hanya memandangnya seperti ini membuatku merasa lebih tenang dan nyaman. Youngmin yang secara tak sadar tertidur di kursi dengan menyandarkan kepalanya di sisi tempat tidur dengan lengannya yang sebagai bantalan. Aku mengulas senyum sambil mengangkat tanganku hendak mengelus kepalanya. Namun Kwangmin tiba-tiba datang. Kukembalikan tanganku ke posisi semula.
“Yae Weon-ah, bagaimana keadaanmu?” tanya Kwangmin sambil berjalan menghampiriku.
“Sudah membaik. Apa.. tadi kau sempat datang kesini? Aku mendengar suara pintu yang tertutup sendiri tapi tidak ada orang yang masuk maupun keluar.”
Kwangmin memalingkan wajah, “Tidak,” jawabnya tanpa berani melihat ke arahku. Aku tau dia sedang berbohong. Semua orang pasti bisa saja percaya dengan ucapannya. Tapi kedua matanya tidak dapat membohongiku.
Aku hanya tersenyum kecil, pura-pura mempercayai kata-katanya.
“Apa kau bermimpi tentang Min Ji lagi? Lalu, apa yang kau mimpikan hingga jatuh sakit seperti ini? Ah, aku benar-benar penasaran,” ia mengusap kepalanya beberapa kali sambil membuang muka.
“Aku tidak memimpikan Min Ji lagi akhir-akhir ini. Tapi mimpi semalam membuatku benar-benar takut. Padahal mimpi-mimpi sebelumnya justru lebih menyeramkan. Tapi…”
Ya, bahkan saat Kwangmin datang di mimpiku dengan membawa sebuah pistol hendak merenggut nyawaku, itu belum seberapa dibandingkan mimpi itu. Seorang yeoja yang menginginkan salah satu nyawa dariku dan Youngmin.
“Sudahlah lupakan saja. Semua mimpi-mimpiku memang benar-benar menyeramkan dan menakutkan,” lanjutku berusaha mengelak, “Oh iya, kapan aku bisa keluar dari sini? Aku sudah tidak nyaman berada di ruangan ini. Aku rindu kamarku.”
“Dokter bilang padaku kalau sore ini kau bisa pulang ke rumah. Tapi dia juga menyarankanmu agar memperbanyak waktu istirahat,” ujar Kwangmin lalu beranjak keluar.
Youngmin terbangun dari tidurnya. Mungkin ia mendengar percakapan antara aku dan Kwangmin baru saja. Aigoo, aku benar-benar menyesal telah membangunkannya secara tidak sengaja.
“Apa Kwangmin tadi kesini?” tanya Youngmin dengan suara yang berat sambil mengerjapkan kedua matanya beberapa kali.
Aku mengangguk. Youngmin beranjak dan bilang padaku kalau ia akan mengurus administrasi selama aku dirawat disini. Tidak kusangka ternyata namja yang bersikap sangat dingin bisa luluh menjadi namja yang sangat baik. Diam-diam aku mengulum senyum senang.
Satu jam berlalu dengan sangat lama. Dan dua namja kembar itu belum kunjung datang. Sejujurnya aku takut jika ditinggal sendirian seperti ini. Sosok YooA masih saja terbayang-bayang dalam benakku. Ah iya, dokter bilang sore ini aku sudah diizinkan pulang. Itu tandanya keadaanku sudah benar-benar membaik. Akhirnya aku memutuskan untuk beranjak keluar dari kamar rawat.
Bau obat-obatan semakin menusuk ke dalam hidungku ketika aku berjalan di sekitar koridor. Aku mengedarkan pandangan ke sekellilingku. Senyum merekah ketika pandanganku tak sengaja menangkap dua namja kembar itu yang baru saja keluar dari lift. Namun Kwangmin menarik lengan Youngmin dengan agak paksa. Dan bukan ke arah kamar rawatku, melainkan ke arah yang lain. Bukan Yae Weon namanya jika dia tidak berusaha menghilangkan rasa penasarannya yang tinggi. Akhirnya aku memtuskan untuk mengikuti mereka.
Dua namja kembar itu berhenti di sebuah balkon yang ada tak jauh dari lift.
Kwangmin menatap Youngmin dengan lekat, “Kau bilang, kau merindukan YooA kan!?”
“Wae?”
“Apa kau tidak berniat untuk memanfaatkan gadis itu?”
Langkahku terhenti dan bersembunyi di balik dinding sambil terus menguping pembicaraan mereka.
Youngmin mengernyit, “Mwo? Apa yang kau katakan eoh!?”
“Selama ini Yae Weon sering bertemu dengan mereka dalam mimpinya kan!? Aku yakin akan lebih mudah jika kita memanfaatkan dia.”
“Memanfaatkannya!?”
“Ne. Beberapa hari yang lalu YooA menemuiku dan mengatakan kalau dia tau dimana keberadaan Min Ji. Tapi dia tidak memberitahuku dimana tempatnya. YooA juga bilang kalau ia ingin kembali. Mungkin YooA ingin aku membantunya. Aku pikir dia bisa memakai tubuh Yae Weon. Dia bisa membantu kita menemukan Min Ji. Itu akan lebih memudahkannya untuk membantu kira kan!? Dan YooA bisa memakai tubuh Yae Weon untuk selama-lamanya. Menggantikan raganya yang sudah menghilang entah kemana. Kau bisa bersama-sama dengan YooA meski dengan raga yang berbeda kan!? Dengan begitu Min Ji bisa kembali ke pelukanku dan kau juga bisa bersama-sama kembali bersama YooA,” ujar Kwangmin panjang lebar.
“Lalu, bagaimana dengan Yae Weon?”
Kwangmin tersenyum menyeringai, “Tentu saja dia akan mati.”
Youngmin tercengang kemudian ia berpikir sejenak.
Kwangmin menepuk pundak Youngmin, “Hyung, aku melakukan ini tidak semata-mata hanya untuk kepentinganku sendiri. Melainkan juga untuk kepentinganmu. Kau bisa memikirkannya lagi. Tapi jangan mengulur banyak waktu. Nyawa Min Ji bisa saja terancam,” tukas Kwangmin.
Aku tercengang dan langsung berbalik badan. Entah kenapa jantungku seakan berhenti berdetak. Mereka ingin memanfaatkanku demi kepentingan mereka!? Memanfaatkanku agar YooA bisa memakai tubuhku? Ini jauh lebih mengerikan dari sifat teman-temanku yang munafik itu. Benar-benar sangat mengerikan.
Aku tidak bisa membiarkan mereka memanfaatkanku. Dan aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi!
Dengan tenaga yang masih kumiliki, aku berlari menjauh dari mereka. Juga menjauh dari rumah sakit. Tidak peduli pada orang-orang yang melihatku dengan tatapan aneh karena berlarian di tengah kota Seoul hanya memakai pakaian rumah sakit. Aku terus menoleh ke belakang, berharap si kembar itu tidak mengejarku.
Napasku tersengal-sengal sesampainya di rumah. Pikiranku kacau hingga aku tidak berpikir untuk menggunakan taksi agar lebih cepat sampai di rumah. Aku menjatuhkan diriku di lantai dengan menyandarkan punggung di daun pintu. Percakapan dua namja itu terus terngiang-ngiang di telingaku. Air mataku langsung mengalir begitu saja.
“Kupikir mereka benar-benar akan menjadi teman baikku atas semua perlakuan baik mereka selama ini terhadapku. Tapi ternyata dugaanku salah. Mereka tidak ada bedanya dengan teman-teman lamaku yang munafik itu. Bahkan ini lebih mengerikan. Lebih menyakitkan. Apa mereka sengaja melakukan semua kebaikan itu hanya untuk memanfaatkanku? Bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang selama ini mereka pikirkan eoh!? Benar-benar tidak bisa dipercaya. Aku benci kalian. Alu benci kalian!" Tukasku yang bahkan tak sudi untuk menyebutkan nama mereka lagi.
"Apa yang harus aku lakukan?” ringisku di tengah air mata yang berderai.
Ddrrtt.. Drrtt..
Handphone-ku berdering. Youngmin menghubungiku. Bisa kutebak apa maksud dibalik ia menelponku. Aku mengabaikannya. Bahkan handphone itu ku lempar ke sembarang arah. Tangisku semakin pecah ketika mengingatnya. Kupeluk dengan erat kedua lututku sambil terus menangis tanpa henti. Lama kelamaan mataku terasa perih dan rasa kantukpun mulai menyergap. Ditambah rasa lelah setelah berlarian dari rumah sakit meuju rumah. Setidaknya jarak antara kedua tempat itu hanya berkisar lima belas menit jika ditempuh dengan berjalan kaki. Dan matakupun terpejam.
[“Mati untukku atau Youngmin ikut denganku,” suara itu terus terngiang di telingaku dan menggema ke seluruh ruangan. Bayangan wajah YooA tak henti-hentinya bersarang dalam ingatanku.]
“Nona Yae Weon.. Nona Yae Weon.. Ireona.”
Samar-samar telingaku mendengar suara seseorang yang memanggil namaku. Aku membuka mata dengan perlahan dan mendapati salah seorang pelayan perempuan di rumahku yang sedang membungkuk membangunkanku.
"Apa nona baik-baik saja?" Tanyanya penuh kecemasan dengan mengedarkan pandangan ke seluruh tubuhku.
"A-aku baik-baik saja," jawabku pelan.
Aku berdiri dibantu olehnya dan beranjak pergi ke kamar.
Lagi-lagi bertambah satu hari untuk hari-hari yang sangat buruk dalam sejarah hidupku. Aku berbaring di tempat tidur hendak memejamkan kedua mataku lagi yang terasa sangat berat. Tapi sosok YooA tak pernah bisa menghilang dari ingatanku.
“Tidak! Aku tidak akan memberikan tubuhku ini padanya. Tidak akan pernah!”
~~~
TBC~
Rabu, 23 September 2015
[FF] Touch Love Trough a Dream part 7
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
My Strength

Tidak ada komentar:
Posting Komentar