Say Goodbye part 2
Tidak
terasa waktu terus berlalu. Ternyata benar, dua minggu bukanlah waktu yang
lama. Bisa dihitung dengan menggunakan jari.
Hari
ini aku akan mengikrarkan janji bersama Bora. Yeoja yang sangat aku cintai.
Namun yejoa yang tak pernah mencintaiku. Aku tersenyum getir saat seseorang
memakaikan jas hitam ketubuhku.
Kulangkahkan
kakiku menuju ruang rias pengantin perempuan diujung ruang rias pengantin pria.
Langkahku tiba-tiba saja terhenti. Senyumku merekah. Yeoja yang selama ini
sering kulihat hanya memakai kaos dan rok atau celana jeans pendek, kini ia
memakai gaun yang panjang berwarna putih dengan rambut yang terurai panjang dan
hitam. Ia sangat cantik. Aku hendak melanjutkan langkahku tapi Bora terlebih
dahulu menoleh ke arahku dengan tatapan sendu.
YongHwa
POV end
Bora
POV
Hari ini adalah hari
pernikahanku bersama YongHwa. Laki-laki yang sama sekali tidak aku cintai,
menyukainya saja pun tidak. Apalagi mencintai dan menyayanginya. Entah kenapa
aku tidak bisa membuka hatiku untuknya. Paling tidak memberi sedikit celah
untuk bisa masuk ke dalam hatiku. Aku benar-benar tidak bisa. Ada seseorang
yang sudah terlanjur mencuri hatiku. Sejak beberapa tahun yang lalu. Saat aku
selalu setia menunggunya hingga ia kembali dari Amerika setelah mengenyam
pendidikan disana. Dan ternyata dia juga setia padaku. Ia sama sekali tidak
berhubungan dengan wanita manapun saat di Amerika. Bahkan ia selalu menghubungiku
untuk sekedar menanyakan kabarku. Aku bahagia.
Tapi
semuanya berubah saat kedua orang tuaku menjodohkanku dengan laki-laki
pilihannya. Aku sudah berusaha untuk menolak. Tapi mereka bilang, mereka
melakukan itu demi kebaikanku. Bagaimana hal itu bisa menjadi yang terbaik
bagiku!? Sementara aku saja tidak merasakan kebahagiaan apa-apa dengannya. Dia
satu universitas denganku saat kami masih kuliah. Aku tau YongHwa adalah orang
yang sangat baik. Tapi ada satu hal yang
benar-benar membuatku tidak bisa menerimanya.
Bora
POV end
YongHwa
POV
Ia
menghampiriku dan berdiri dihadapanku sekarang. Tatapan itu justru semakin
sendu. Aku tidak ingin melihatnya sedih. Aku tidak bisa melihatnya seperti itu.
Bagiku itu cukup menyakitkan bagiku. Biarkan aku yang merasakan sakit itu.
Jangan Bora. Aku terlalu menyayanginya. Aku terlalu mencintainya.
“Kumohon
jangan menatapku seperti itu. Aku tidak ingin melihatmu sedih.”
“Geotjimal!”
“Mwo?”
“Kau
bilang kau akan membatalkan pernikahan ini!? Nyatanya, kenapa kau masih tetap
diam saja!? Kau tetap ingin menikahiku, eoh!?”
Aku
tertawa kecil. “Kau ini tidak sabar sekali.” Kuusap kepalanya lalu kusimpulkan
sebuah senyuman terindahku untuknya. Tapi Bora justru terlihat heran.
“Pergilah..”
“Mwo?”
“Aku
melepasmu untuknya. Aku merelakanmu untuk bersama JongHyun. Nan gwaenchana.
Berbahagialah bersamanya. Bersama laki-laki yang kau cintai.”
“Jinjja?”
Aku
menganguk.
“Cepat
pergi! Jangan sampai orang lain mengetahuinya!”
Bora
tersenyum. Ia memelukku dan sempat mencium pipiku meskipun hanya sebentar. Ini
adalah kali pertama ia memelukku dan mencium pipiku. Aku senang.
Ia
berlari sembari memegangi gaunnya yang sepertinya akan menghambatnya untuk
berjalan. Tapi demi meraih cintanya, ia terus berjalan tanpa merasa gaun itu
sebagai bebannya. Aku menatap kepergiannya dengan senyum getir.
Kulangkahkan
kakiku menuju halaman depan. Tapi JungShin dan MinHyuk berhasil mencegahku. Aku
agak terkejut dengan kehadiran mereka secara tiba-tiba.
“Kalian
mengagetkanku. Ada apa?”
“Kau
melepasnya. Demi JongHyun?” Tanya MinHyuk tak percaya
“Cinta
tak mesti harus memiliki kan!? Semuanya akan percuma jika kau memiliki cintamu,
namun kau tidak bisa melihat ia bahagia saat bersamamu. Itu akan melukai
perasaanku sendiri.”
“Kau
memang namja yang baik Jung YongHwa. Kau rela melepaskan cintamu demi orang
lain. Kau rela mengorbankan perasaanmu demi JongHyun.” Puji JungShin
“Sudahlah..
Tak usah kalian pikirkan. Aku akan bicara dengan orang tua kami.”
Aku
berlalu dari mereka yang ternyata mengikutiku dari belakang.
Dengan
mencoba untuk tenang, aku menjelaskan semuanya kepada orang tuaku dan juga
orang tua Bora. Semuanya kujelaskan dan tanpa terkecuali. Awalnya mereka sempat
heran. Namun sepertinya mereka merasa menyesalinya sekarang. Akhirnya mereka mengambil
keputusan untuk membatalkan pernikahan kami. Aku menyunggingkan senyumku.
Mereka meminta maaf padaku karena telah memaksaku untuk menikah dengan Bora.
Begitu juga sebaliknya. Sebenarnya mereka hanya perlu meminta maaf kepada Bora.
Karena sejujurnya aku tidak masalah jika harus menikah dengan Bora. Karena aku
mencintainya. Tapi tak apa, aku harus bisa membuat yeoja yang kucintai bahagia.
Meskipun bukan denganku. Meskipun harus mengorbankan perasaanku sendiri.
YongHwa
POV end
***
Author
POV
MinHyuk
mencari-cari keberadaan Hyung nya yang dari semalam belum keluar kamar. Awalnya
ia mengira mungkin YongHwa masih lelah. Makanya ia membiarkannya untuk
istirahat. Tapi perasaannya semakin tidak enak. Akhirnya ia memutuskan pergi ke
kamar YongHwa untuk memastikan keadaannya. Ia membuka pintu kamar YongHwa yang
berwarna putih itu. Matanya seketika terbelalak.
“Aaaaaaaaaaaaa………”
Teriakkan
MinHyuk sontak membuat kaget kedua orang tuanya yang langsung menghampiri
MinHyuk.
“OMO!!
YongHwa!!”
Eomma
YongHwa dan MinHyuk menutup mulutnya dengan menggunakan salah satu tangannya.
Kedua matanya mulai berbinar. Air mata mulai jatuh membasahi pipinya.
Mereka
bertiga menghampiri YongHwa yang tergeletak dilantai dengan darah yang berlumuran
dari bagian perutnya. Sebilah pisau tergenggam ditangan YongHwa dengan selembar
kertas disampingnya yang bertuliskan ‘Selamat tinggal. Aku akan baik-baik saja.’
dengan menggunakan darah.
Eomma
nya berteriak histeris, bahkan lebih histeris dari pada MinHyuk tadi. Ia jatuh
dalam dekapan suaminya yang juga sempat histeris.
MinHyuk
menjatuhkan dirinya ke lantai. Ia mengepalkan kedua tangannya. Air mata dengan
derasnya membasahi pipi chubby nya. Ia tak peduli sekalipun matanya akan
terlihat tambah sipit.
Duka
menyelimuti keluarga YongHwa. Satu hari setelah hari pernikahannya yang
dibatalkan, YongHwa ditemukan tewas dikamarnya dengan sebuah kertas yang sengaja
ia tulis diperuntukkan kepada orang-orang yang ia sayangi juga yang
menyayanginya.
JungShin
terus mendekap MinHyuk yang masih terus menangis. JungShin pun tidak mampu
membendung air matanya ketika mayat YongHwa diangkat dan dibawa oleh para tim
medis ke ambulans untuk segera dilakukan ototpsi di Rumah Sakit. Garis polisi
membatasi kamar YongHwa.
“Aku
tidak menyangka Hyung akan berbuat seperti ini. Ku kira dia bisa tegar dengan
keputusan yang ia ambil. Tapi.. Kenapa..” Tangis MinHyuk makin menjadi
“Sudahlah..
Mungkin ini jalan yang terbaik untuknya. Aku juga belum bisa mencerna semuanya.
Kejadian ini terlalu cepat. Hhhh..” JungShin menghela napas panjang.
(Dirumah Bora)
Bora
tersenyum puas dihadapan foto YongHwa yang sudah tersayat-sayat. Digenggamannya
terdapat sebuah pisau kecil yang tajam. Ia mengalihkan pandangannya ke
langit-langit atap kamarnya.
Flashback
Seseorang
diam-diam masuk ke dalam sebuah rumah seperti maling. Dengan wajah yang
tertutup oleh sebuah topeng. Perlahan tapi pasti, ia masuk ke sebuah kamar. Ternyata
seseorang yang memiliki kamar itu belum tidur. Ia menoleh ke arah seseorang
yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya, dengan menggunakan topeng.
“Jung
YongHwa..” Seseorang itu membuka topengnya dan membiarkan rambutnya terurai
panjang
“B-bora!?”
Seseorang
bernama Bora itu mendekati YongHwa sembari memainkan sebilah pisau.
“Kau
tau, apa maksud kedatanganku kesini?”
“Nan
molla..” Gumam YongHwa pelan dengan rasa takut yang menghinggapi dirinya
“Aku
ingin segera menghabisi nyawamu! Nyawa keluargamu!” Tegas Bora
“M-mwoya?
Maksudmu apa? Kenapa kau ingin membunuhku, eoh!?”
“Karena
kau dan keluargamu telah membuat JongHyun sengsara. Kalian telah mengambil
kebahagiaan mereka. Karena keluargamu telah membuat seluruh saham yang dimiliki
oleh perusahaan mereka jatuh ke perusahaan Appa mu. Mereka bangkrut dan harus
pindah ke Amerika untuk meminta bantuan kepada keluarga mereka yang ada
disana.”
“Mworago!?”
“Kenapa?
Kau kaget? Memang seperti itu kenyataannya. Kau tidak tau apa-apa karena kau
tidak berusaha untuk mengetahuinya. Semenjak saat itu aku sangat membenci
keluargamu. Karena aku sangat mencintai JongHyun! Dan kau tau!? Karena
perjodohan itu JongHyun sempat tak ingin kembali kesini!”
“Bora,
tenanglah.. Sekarang kau kan sudah mendapatkan JongHyun.. Kau akan bahagia
bersamanya. Lagi pula sekarang keluarga JongHyun telah berjaya kembali, kan!?”
“Ya, aku akan bahagia bersamanya. Dan JongHyun memang sudah mendapatkan seluruh hartanya kembali. Tapi aku akan tetap menghabisi nyawa keluargamu. Termasuk JungShin!”
“Ani!
Kau tidak boleh membunuh JungShin! Kau juga tidak boleh membunuh keluargaku!”
YongHwa
mengepalkan kedua tangannya. Ia menghela napas panjang. Tatapan matanya tertuju
ke tatapan mata Bora.
“Bunuh
aku.. Tapi berjanjilah untuk tidak mengusik keluargaku. Dan juga JungShin.
Biarkan mereka semua menjalani hidup mereka ke depan.”
“Jinjja?
Apa kau benar-benar serius!?” Tanya Bora masih memainkan pisau yang ia pegang.
YongHwa
mengangguk. “Tapi kumohon.. Tepatilah janjimu. Biarkan mereka hidup bahagia.
Kumohon..” Ujarnya dengan suara yang mulai serak
“Baiklah
jika itu yang kau mau.”
Bora
menusukkan pisau yang ia pegang ke bagian perut YongHwa. Mata YongHwa membulat.
Tidak butuh waktu lama, darah mulai mengucur. Tubuh YongHwa seketika rapuh dan
jatuh tergeletak dilantai. Ia mengambil sebuah kertas dan menulis beberapa kata
dengan menggunakan darah YongHwa, dan meninggalkan kertas itu disamping tubuh
YongHwa. Bora tersenyum puas. Setelah itu ia langsung pergi meninggalkan rumah
YongHwa tanpa jejak.
Flashback
end
JongHyun
menghampiri Bora dan memeluknya dari belakang. Bora menaruh pisau itu dimeja
dan meraih lengan JongHyun. Mereka berdua tersenyum penuh kebahagiaan. Kebahagiaan diatas kematian seseorang.
The end………………………………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar