Title:
Say Goodbye
Author:
Han Rae Hwa
Rating:
T (PG: 16+)
Genre:
Romance, sad
Main
Cast:
-
YongHwa
‘CN Blue’
-
JongHyun
‘CN Blue’
-
MinHyuk
‘CN Blue’
-
JungShin
‘CN Blue’
-
Yoon Bora
‘Sistar’
Author
POV
Tangannya
terus memainkan cangkir berisi teh manis hangat yang ia pesan dari setengah jam
yang lalu. Mungkin teh itu tidak lagi hangat, karena sang pemilik teh itu hanya
menyeruputnya beberapa kali. Matanya terus memandang seorang yeoja dihadapannya
yang sedang tersenyum sembari menatap layar ponselnya.
Tak
banyak yang diucapkan YongHwa saat mereka bertemu setengah jam yang lalu disini.
Tak ada kegiatan lain selain seorang namja yang memperhatikan seorang yeoja
yang sibuk dengan ponselnya. Selalu seperti itu jika mereka bertemu di caffe
ini. Tempat dimana YongHwa bisa menghabiskan waktu selama kurang lebih dua jam
hanya untuk memandang yeoja yang ia cintai. Yeoja yang tak pernah sedikitpun
memperhatikannya. Yang selama ini tak pernah peduli dengannya. Tapi YongHwa tak
pernah memaksakan kehendaknya untuk memberi tekanan kepada Bora –nama yeoja
itu- untuk membalas semua perhatian, kepedulian atau bahkan untuk membalas
cintanya.
“Jika
sudah selesai, bilang padaku.” Ujar YongHwa membuka suara.
Bora
menoleh sebentar sambil mengangguk. Lalu pandangannya kembali ke layar ponsel.
“Kau
ingin aku mengantarmu untuk bertemu denganya lagi?”
Bora
melakukan hal yang sama seperti tadi.
YongHwa
menundukkan kepalanya. Ia tersenyum kecil. Ada sesuatu yang membuat hatinya
sedikit ngilu. Tapi YongHwa justru menepis perasaan itu hanya untuk terlihat
baik-baik saja dihadapan Bora.
Setelah
satu jam bercengkrama di caffe itu tanpa adanya obrolan, JongHyun dan Bora
pergi meninggalkan caffe. YongHwa mengantarkan Bora ke taman yang letaknya
tidak jauh dari caffe yang mereka kunjungi tadi.
Senyum
Bora sumringah saat matanya memancarkan cahaya cinta kepada seorang namja yang
telah menunggunya di taman itu. Ia tengah duduk disalah satu kursi tepat
dibawah lampu penerangan yang mati karena hari masih sore. Namja itu berdiri,
juga tersenyum sumringah saat melihat YongHwa yang datang bersama Bora.
Bora
berlari menuju namja itu. YongHwa berjalan menghampiri mereka. Perasaan itu
kembali YongHwa rasakan ketika Bora merangkul pinggang namja itu dengan manja.
“Annyeonghaseyo
YongHwa.. Gomawo telah mengantarkan Bora untuk bertemu denganku.”
YongHwa
tersenyum kecil. “Tak masalah. Asalkan kau bisa membuatnya bahagia.”
“Kalau
begitu, ayo pergi! Kau sudah janji untuk megajakku jalan-jalan kan!?” Bora
menatap namja itu dengan penuh cinta
“Tentu
saja. Kaja! Bye, YongHwa.. Sampai bertemu lagi.” Namja itu melambaikan salah
satu tangannya ke arah YongHwa.
YongHwa
membalas lambaian tangan namja itu ketika mereka sudah tak terlihat lagi dimata
YongHwa. Ia membalikkan badan dan kembali ke rumah.
“Habis
bertemu dengan Bora? Bagaimana persiapan pernikahan kalian?”
YongHwa
duduk disamping adik laki-lakinya yang bernama MinHyuk. Ia mengangguk.
“Entahlah..
Aku masih bingung dengan persiapan pernikahanku bersamanya.”
“Waeyo?
Kalian kan sudah dijodohkan oleh kedua orang tua kalian. Dan bukankah
pernikahan kalian akan dilaksanakan dua minggu lagi!?” Tatap MinHyuk
“Lagi
pula pernikahan itu terlalu cepat. Aku masih ingin menikmati waktuku bersama
teman-temanku.”
“Geotjimal..”
MinHyuk mengalihkan pandangannya.
“Kenapa
kau berkata kalau aku bohong?”
“Karena
ada alasan lain yang kau tutupi dariku. Memangnya aku tidak tau.”
“Kau
ini.. Memangnya kau bisa membaca pikiranku, eoh!? Sudahlah, aku ingin
istirahat.”
YongHwa
bangkit dan berlalu dari MinHyuk menuju ke kamarnya.
Ia
membuka pintu kamarnya dan membaringkan tubuhnya ditempat tidur. Ia membiarkan
kedua mata indah itu terpejam.
Sekelebat
bayangan demi bayangan hinggap dipikirannya. Bayangan seorang yeoja yang
berusaha menampakkan senyuman indahnya.
YongHwa
membuka kedua matanya. Menatap langit-langit kamarnya dengan lekat. Ia mengatur
napasnya, karena dadanya yang mulai sesak. Ya, senyuman indah itu memenuhi
pikirannya. Senyuman indah yang jelas-jelas bukan ditujukan untuk dirinya.
Melainkan untuk orang lain. Untuk namja lain. Namanya JongHyun. Seseorang yang
telah memikat hati Bora hingga Bora tidak dapat lagi membuka hatinya untuk
cinta yang baru. Membuka hatinya untuk cintanya.
YongHwa
menyukai Bora sejak ia melihat Bora tampil di sebuah acara pentas seni
dikampusnya. Saat itu Bora tengah bernyanyi dengan rapp yang sangat keren. Dan
YongHwa mulai tertarik padanya. Tertarik ingin mengenalnya lebih jauh. Secara
tidak disangka sebelumnya, ternyata orang tua mereka saling mengenal dekat. Dan
kisah mereka akan berujung dengan ikatan pernikahan atas perjodohan yang
dilakukan oleh kedua orang tua mereka. Dan dari situ, membuat YongHwa
benar-benar memiliki kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat.
Ia
kembali memejamkan matanya hingga ia terlelap.
***
JungShin
mengetuk pintu rumah YongHwa beberapa kali. Tak lama, MinHyuk membukakan
pintunya dan menyuruh JungShin untuk masuk kedalam.
“YongHwa
mana?” JungShin bertanya pada MinHyuk sambil berjalan masuk kedalam rumah
“Ia
masih tidur. Jika kau ingin bertemu dengannya, kekamarnya saja.”
“Bagaimana
dengan hubungan mereka?”
“Oppa
dan Bora maksudmu?”
JungShin
mengangguk.
“Begitu
lah.. Bahkan sepertinya YongHwa menyembunyikan sebuah alasan. Kenapa ia harus
bilang padaku kalau ia belum siap untuk segera menikah.”
“Geuraeyo?”
JungShin
masuk kedalam kamar YongHwa dan mematikan lampu tidur di meja dan menghampiri
jendela lalu membuka tirainya lebar-lebar. Membiarkan sinar matahari pagi
memenuhi sudut ruang kamar YongHwa. Sang pemilik kamar menghalangi wajahnya
dengan salah satu telapak tangannya dari sinar matahari yang tiba-tiba saja
memancar ke arahnya. Sinar matahari yang akhirnya memutuskannya untuk bangun.
“Kau
ini.. Tak bisakah kau membangunkanku dengan cara yang lembut, eoh!?”
“Justru
tadinya aku ingin mengguyurmu dengan satu ember air dingin. Tapi berhubung aku
menyayangimu, akhirnya aku mengurungkan niatku itu.”
JungShin
menyenderkan tubuhnya di dinding dan melipat kedua tangannya.
“Bagaimana
hubunganmu dengan Bora? Kau akan menikahinya dua minggu lagi. Apa semua
persiapannya sudah matang?”
YongHwa
mengusap-usap kepalanya beberapa kali dengan mengalihkan pandangannya dari
JungShin.
“Sudahlah,
jangan bicarakan hal itu lagi. Aku tidak ingin membahasnya.”
“Lalu,
jika kau tidak ingin membahasnya, kapan kau akan mempersiapkan semuanya? Kau
sudah tidak memiliki banyak waktu lagi, Jung YongHwa!”
YongHwa
menatap JungShin dengan tatapan serius.
“Jika
kau kesini hanya untuk menyeramahiku sebaiknya kau pergi. Kau ini mengganggu
tidurku saja!”
“Kau
berani mengusirku, eoh!?” JungShin berdiri tegak, “Baiklah, aku akan pergi. Jika
ada apa-apa, jangan menghubungiku lagi!” Ancam JungShin sembari melangkah
keluar kamar.
YongHwa
mengusap kepalanya lagi dan bangkit dari tempat tidur.
“Aiisshh,
kau ini.. Aku kan hanya bercanda. Kenapa kau menanggapinya dengan serius, eoh!?
Kumohon, maafkan aku!” Pinta YongHwa sambil menggelayut dilengan JungShin
dengan manja.
“Lepaskan!
Kau ini seperti anak kecil saja.” Ujar JungShin sembari melepaskan rangkulan
tangan YongHwa
“Kalau
begitu maafkan aku!”
YongHwa
tersenyum lebar dihadapan JungShin.
“Aku
akan memaafkanmu jika kau mau menemaniku untuk bersantai di caffe tempat biasa
kau dan Bora bertemu.”
“Hanya
itu? Baiklah, tak masalah. Asal kau mau menungguku untuk mandi.”
JungShin
mengangguk. Mereka tersenyum bersama.
Sesuai
janjinya, YongHwa menemani JungShin untuk bersantai di caffe biasa. Mereka
memesan dua buah minuman dan beberapa cake.
“Jadi,
apa yang ingin kau utarakan padaku?” Tanya JungShin
“Mworago?
Aku tidak ingin mengutarakan apa-apa padamu.”
JungShin
menyeruput cappuccino miliknya.
“Aku
tau kalau didalam hatimu itu sedang merasakan sesuatu yang sebenarnya tak ingin
kau rasakan. Perasaan yang tidak ingin ada didalam hatimu. Perasaan yang
membuatmu tidak merasa nyaman. Ceritalah padaku. Utarakan semuanya..”
YongHwa
nampak berpikir sejenak.
Author
POV end
YongHwa
POV
Sebenarnya banyak yang ingin
ku utarakan pada JungShin. Kalau bukan padanya, kepada siapa lagi aku harus
mengeluarkan seluruh perasaan yang selama ini mengganjal dihatiku. Mengingat
JungShin adalah sahabatku sejak kami masih kecil. Karena MinHyuk bukanlah orang
yang kurasa tepat untuk ku ceritakan tentang semua masalah dan semua isi
dihatiku. Walaupun MinHyuk adalah adikku sendiri.
Aku
ingin mengutarakan seluruh isi hatiku kepada JungShin. Mulai dari masalah
pernikahanku yang tinggal menghitung hari, hingga perasaanku yang tak kunjung
terbalas oleh Bora. Aku bingung harus menjelaskan dari mana dulu.
“Jangan
membuatku menunggu!” Ujarnya membuyarkan lamunanku.
Akhirnya
aku mulai menceritakan semuanya.
Aku
dan Bora dipaksa untuk menikah atau dalam artian kami sudah dijodohkan oleh
kedua orang tua kami. Padahal aku tau Bora sama sekali tidak bisa untuk
mencintaiku. Tidak bisa untuk mencoba membuka hatinya untukku. Hati yang lembut
itu sudah terisi sebuah nama yang selalu membuat Bora tersenyum sangat indah.
Seseorang yang selalu membuatnya bahagia.
Tak
sedikit perhatian yang kutuangkan untuknya. Seluruh kepedulianku terhadapnya.
Aku mencitainya. Bahkan rasa cintaku ini sangatlah besar. Tapi cinta tak mesti
harus memiliki bukan!? Itulah pepatah yang sering kudengar. Tentang cinta, yang
bertepuk sebelah tangan. Seperti aku sekarang.
“Kadang
cinta pun tidak mesti harus bersatu.” Itu kata-kata yang pernah diucapkan oleh
Bora saat aku mencoba untuk menyentuh sedikit saja hatinya. Tapi nyatanya..
Yaa, seperti yang Bora katakan.
Dua
tahun aku dan Bora selalu menghabiskan waktu bersama.
Saat
itu aku sempat pergi ke pantai bersamanya. Tanpa kutau ternyata JongHyun pun
berada disana. Aku tau pasti Bora yang memberitahu keberadaannya dan menyuruh
JongHyun untuk datang juga. Aku hanya bisa diam. Tanpa aku bisa berbuat
apa-apa. Aku tidak bisa maarah. Aku bukan laki-laki pemarah. Terlebih kepada
Bora. Aku tidak ingin menyakiti perasaannya meskipun hanya sedikit saja
membuatnya luka.
Ketika
kami berlibur ke Busan, Bora memintaku untuk mengajak JongHyun juga. Dan pada
akhirnya aku hanya menjadi yang ketiga diantara mereka berdua. Dan masih banyak
lagi semua peristiwa yang seharusya kami lewati berdua, dan dengan kebahagiaan,
justru bertolak belakang dengan kenyataannya.
Semua
yang pernah aku lakukan seakan tak berarti dimata Bora. Ia tetap tidak bisa
menaruh perhatiannya sedikitpun padaku. Ia tidak pernah menaruh hati sedikit
saja kepadaku.
“Aku
hanya bisa bersabar atas semuanya.”
“Lalu,
apa yang akan kau lakukan setelah ini? Apa kau akan mengalah?”
“Mau
bagaimana lagi!?”
“Jung
YongHwa! Sampai kapan kau harus terus mengalah? Mengalah untuk namja itu!? Kau
harus bisa memperjuangkan cintamu! Kau tidak boleh menyerah! Dan kau harus
meraih cintamu! Cinta yang seharusnya menjadi milikmu!”
Aku
menunduk. JungShin benar. Tidak seharusnya aku mengalah demi JongHyun.
Laki-laki pilihan Bora. Tapi aku tidak tau apa aku akan benar-benar
merelakannya pergi bersama JongHyun atau membiarkannya tetap menjadi milikku,
seutuhnya.
“Apa kau sudah membicarakan tentang hal ini
kepada orang tuamu?”
“Bahkan
kau sudah tau jawabannya bukan!?”
“Ah,
arraseo. Mianhaeyo.. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku tidak bisa
membantumu lebih dari sekedar menjadi pendengar yang baik dan menjadi penasihat
untukmu.”
“Gwaenchanayo.
Bagiku, kau adalah sahabat terbaikku. Tanpamu, apa jadinya aku sekarang ini.
Kau adalah penyemangatku JungShin. Kau adalah sumber energiku.”
JungShin
tertawa kecil. “Kau ada-ada saja.”
Yaa,
kau adalah energiku JungShin. terimakash banyak karena kau sudah mau menjadi
sahabatku selama bertahun-tahun. Teriamakasih banyak karena kau selalu ada
disaat aku membutuhkanmu. Bahkan jika aku benar-benar tidak sedang
membutuhkanmu pun kau selalu ada untukku. Aku menyayangimu JungShin.
Sepulang
mengantar JungShin pulang, aku mengunjungi salah satu mall untuk mencuci mata.
Tadinya aku ingin mengajak JungShin juga. Tapi ternyata ia sudah memiliki janji
dengan Ibunya. Dia memang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Aku kagum
padanya.
Aku
memasuki sebuah toko boneka beruang. Bora sangat menyukai boneka beruang.
Tadinya aku ingin membeli salah satunya untuk Bora. Namun senyumku seketika
memudar ketika tak sengaja melihat Bora sedang bersama JongHyun yang telah
membeli sebuah boneka beruang yang ukuranya cukup besar. Bora terlihat
tersenyum sumringah. Aku menaruh kembali boneka itu ditempatnya dan meninggalkan
toko itu. Bahkan aku meninggalkan mall itu. Kubiarkan Bora menikmati harinya
bersama JongHyun.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar