Jumat, 07 November 2014

[FF] Say Goodbye




Title: Say Goodbye
Author: Han Rae Hwa
Rating: T (PG: 16+)
Genre: Romance, sad
Main Cast:
-          YongHwa ‘CN Blue’
-          JongHyun ‘CN Blue’
-          MinHyuk ‘CN Blue’
-          JungShin ‘CN Blue’
-          Yoon Bora ‘Sistar’

Author POV
                Tangannya terus memainkan cangkir berisi teh manis hangat yang ia pesan dari setengah jam yang lalu. Mungkin teh itu tidak lagi hangat, karena sang pemilik teh itu hanya menyeruputnya beberapa kali. Matanya terus memandang seorang yeoja dihadapannya yang sedang tersenyum sembari menatap layar ponselnya.
                Tak banyak yang diucapkan YongHwa saat mereka bertemu setengah jam yang lalu disini. Tak ada kegiatan lain selain seorang namja yang memperhatikan seorang yeoja yang sibuk dengan ponselnya. Selalu seperti itu jika mereka bertemu di caffe ini. Tempat dimana YongHwa bisa menghabiskan waktu selama kurang lebih dua jam hanya untuk memandang yeoja yang ia cintai. Yeoja yang tak pernah sedikitpun memperhatikannya. Yang selama ini tak pernah peduli dengannya. Tapi YongHwa tak pernah memaksakan kehendaknya untuk memberi tekanan kepada Bora –nama yeoja itu- untuk membalas semua perhatian, kepedulian atau bahkan untuk membalas cintanya.
                “Jika sudah selesai, bilang padaku.” Ujar YongHwa membuka suara.
                Bora menoleh sebentar sambil mengangguk. Lalu pandangannya kembali ke layar ponsel.
                “Kau ingin aku mengantarmu untuk bertemu denganya lagi?”
                Bora melakukan hal yang sama seperti tadi.
                YongHwa menundukkan kepalanya. Ia tersenyum kecil. Ada sesuatu yang membuat hatinya sedikit ngilu. Tapi YongHwa justru menepis perasaan itu hanya untuk terlihat baik-baik saja dihadapan Bora.

                Setelah satu jam bercengkrama di caffe itu tanpa adanya obrolan, JongHyun dan Bora pergi meninggalkan caffe. YongHwa mengantarkan Bora ke taman yang letaknya tidak jauh dari caffe yang mereka kunjungi tadi.
                Senyum Bora sumringah saat matanya memancarkan cahaya cinta kepada seorang namja yang telah menunggunya di taman itu. Ia tengah duduk disalah satu kursi tepat dibawah lampu penerangan yang mati karena hari masih sore. Namja itu berdiri, juga tersenyum sumringah saat melihat YongHwa yang datang bersama Bora.
                Bora berlari menuju namja itu. YongHwa berjalan menghampiri mereka. Perasaan itu kembali YongHwa rasakan ketika Bora merangkul pinggang namja itu dengan manja.
                “Annyeonghaseyo YongHwa.. Gomawo telah mengantarkan Bora untuk bertemu denganku.”
                YongHwa tersenyum kecil. “Tak masalah. Asalkan kau bisa membuatnya bahagia.”
                “Kalau begitu, ayo pergi! Kau sudah janji untuk megajakku jalan-jalan kan!?” Bora menatap namja itu dengan penuh cinta
                “Tentu saja. Kaja! Bye, YongHwa.. Sampai bertemu lagi.” Namja itu melambaikan salah satu tangannya ke arah YongHwa.
                YongHwa membalas lambaian tangan namja itu ketika mereka sudah tak terlihat lagi dimata YongHwa. Ia membalikkan badan dan kembali ke rumah.

                “Habis bertemu dengan Bora? Bagaimana persiapan pernikahan kalian?”
                YongHwa duduk disamping adik laki-lakinya yang bernama MinHyuk. Ia mengangguk.
                “Entahlah.. Aku masih bingung dengan persiapan pernikahanku bersamanya.”
                “Waeyo? Kalian kan sudah dijodohkan oleh kedua orang tua kalian. Dan bukankah pernikahan kalian akan dilaksanakan dua minggu lagi!?” Tatap MinHyuk
                “Lagi pula pernikahan itu terlalu cepat. Aku masih ingin menikmati waktuku bersama teman-temanku.”
                “Geotjimal..” MinHyuk mengalihkan pandangannya.
                “Kenapa kau berkata kalau aku bohong?”
                “Karena ada alasan lain yang kau tutupi dariku. Memangnya aku tidak tau.”
                “Kau ini.. Memangnya kau bisa membaca pikiranku, eoh!? Sudahlah, aku ingin istirahat.”
                YongHwa bangkit dan berlalu dari MinHyuk menuju ke kamarnya.

                Ia membuka pintu kamarnya dan membaringkan tubuhnya ditempat tidur. Ia membiarkan kedua mata indah itu terpejam.
                Sekelebat bayangan demi bayangan hinggap dipikirannya. Bayangan seorang yeoja yang berusaha menampakkan senyuman indahnya.
                YongHwa membuka kedua matanya. Menatap langit-langit kamarnya dengan lekat. Ia mengatur napasnya, karena dadanya yang mulai sesak. Ya, senyuman indah itu memenuhi pikirannya. Senyuman indah yang jelas-jelas bukan ditujukan untuk dirinya. Melainkan untuk orang lain. Untuk namja lain. Namanya JongHyun. Seseorang yang telah memikat hati Bora hingga Bora tidak dapat lagi membuka hatinya untuk cinta yang baru. Membuka hatinya untuk cintanya.
                YongHwa menyukai Bora sejak ia melihat Bora tampil di sebuah acara pentas seni dikampusnya. Saat itu Bora tengah bernyanyi dengan rapp yang sangat keren. Dan YongHwa mulai tertarik padanya. Tertarik ingin mengenalnya lebih jauh. Secara tidak disangka sebelumnya, ternyata orang tua mereka saling mengenal dekat. Dan kisah mereka akan berujung dengan ikatan pernikahan atas perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka. Dan dari situ, membuat YongHwa benar-benar memiliki kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat.

                Ia kembali memejamkan matanya hingga ia terlelap.

***


                JungShin mengetuk pintu rumah YongHwa beberapa kali. Tak lama, MinHyuk membukakan pintunya dan menyuruh JungShin untuk masuk kedalam.
                “YongHwa mana?” JungShin bertanya pada MinHyuk sambil berjalan masuk kedalam rumah
                “Ia masih tidur. Jika kau ingin bertemu dengannya, kekamarnya saja.”
                “Bagaimana dengan hubungan mereka?”
                “Oppa dan Bora maksudmu?”
                JungShin mengangguk.
                “Begitu lah.. Bahkan sepertinya YongHwa menyembunyikan sebuah alasan. Kenapa ia harus bilang padaku kalau ia belum siap untuk segera menikah.”
                “Geuraeyo?”

    
                JungShin masuk kedalam kamar YongHwa dan mematikan lampu tidur di meja dan menghampiri jendela lalu membuka tirainya lebar-lebar. Membiarkan sinar matahari pagi memenuhi sudut ruang kamar YongHwa. Sang pemilik kamar menghalangi wajahnya dengan salah satu telapak tangannya dari sinar matahari yang tiba-tiba saja memancar ke arahnya. Sinar matahari yang akhirnya memutuskannya untuk bangun.
                “Kau ini.. Tak bisakah kau membangunkanku dengan cara yang lembut, eoh!?”
                “Justru tadinya aku ingin mengguyurmu dengan satu ember air dingin. Tapi berhubung aku menyayangimu, akhirnya aku mengurungkan niatku itu.”
                JungShin menyenderkan tubuhnya di dinding dan melipat kedua tangannya.
                “Bagaimana hubunganmu dengan Bora? Kau akan menikahinya dua minggu lagi. Apa semua persiapannya sudah matang?”
                YongHwa mengusap-usap kepalanya beberapa kali dengan mengalihkan pandangannya dari JungShin.
                “Sudahlah, jangan bicarakan hal itu lagi. Aku tidak ingin membahasnya.”
                “Lalu, jika kau tidak ingin membahasnya, kapan kau akan mempersiapkan semuanya? Kau sudah tidak memiliki banyak waktu lagi, Jung YongHwa!”
                YongHwa menatap JungShin dengan tatapan serius.
                “Jika kau kesini hanya untuk menyeramahiku sebaiknya kau pergi. Kau ini mengganggu tidurku saja!”
                “Kau berani mengusirku, eoh!?” JungShin berdiri tegak, “Baiklah, aku akan pergi. Jika ada apa-apa, jangan menghubungiku lagi!” Ancam JungShin sembari melangkah keluar kamar.
                YongHwa mengusap kepalanya lagi dan bangkit dari tempat tidur.
                “Aiisshh, kau ini.. Aku kan hanya bercanda. Kenapa kau menanggapinya dengan serius, eoh!? Kumohon, maafkan aku!” Pinta YongHwa sambil menggelayut dilengan JungShin dengan manja.
                “Lepaskan! Kau ini seperti anak kecil saja.” Ujar JungShin sembari melepaskan rangkulan tangan YongHwa
                “Kalau begitu maafkan aku!”
                YongHwa tersenyum lebar dihadapan JungShin.
                “Aku akan memaafkanmu jika kau mau menemaniku untuk bersantai di caffe tempat biasa kau dan Bora bertemu.”
                “Hanya itu? Baiklah, tak masalah. Asal kau mau menungguku untuk mandi.”
                JungShin mengangguk. Mereka tersenyum bersama.

                Sesuai janjinya, YongHwa menemani JungShin untuk bersantai di caffe biasa. Mereka memesan dua buah minuman dan beberapa cake.
                “Jadi, apa yang ingin kau utarakan padaku?” Tanya JungShin
                “Mworago? Aku tidak ingin mengutarakan apa-apa padamu.”
                JungShin menyeruput cappuccino miliknya.
                “Aku tau kalau didalam hatimu itu sedang merasakan sesuatu yang sebenarnya tak ingin kau rasakan. Perasaan yang tidak ingin ada didalam hatimu. Perasaan yang membuatmu tidak merasa nyaman. Ceritalah padaku. Utarakan semuanya..”
                YongHwa nampak berpikir sejenak.
Author POV end

YongHwa POV
                Sebenarnya banyak yang ingin ku utarakan pada JungShin. Kalau bukan padanya, kepada siapa lagi aku harus mengeluarkan seluruh perasaan yang selama ini mengganjal dihatiku. Mengingat JungShin adalah sahabatku sejak kami masih kecil. Karena MinHyuk bukanlah orang yang kurasa tepat untuk ku ceritakan tentang semua masalah dan semua isi dihatiku. Walaupun MinHyuk adalah adikku sendiri.
                Aku ingin mengutarakan seluruh isi hatiku kepada JungShin. Mulai dari masalah pernikahanku yang tinggal menghitung hari, hingga perasaanku yang tak kunjung terbalas oleh Bora. Aku bingung harus menjelaskan dari mana dulu.
                “Jangan membuatku menunggu!” Ujarnya membuyarkan lamunanku.
                Akhirnya aku mulai menceritakan semuanya.

                Aku dan Bora dipaksa untuk menikah atau dalam artian kami sudah dijodohkan oleh kedua orang tua kami. Padahal aku tau Bora sama sekali tidak bisa untuk mencintaiku. Tidak bisa untuk mencoba membuka hatinya untukku. Hati yang lembut itu sudah terisi sebuah nama yang selalu membuat Bora tersenyum sangat indah. Seseorang yang selalu membuatnya bahagia.
                Tak sedikit perhatian yang kutuangkan untuknya. Seluruh kepedulianku terhadapnya. Aku mencitainya. Bahkan rasa cintaku ini sangatlah besar. Tapi cinta tak mesti harus memiliki bukan!? Itulah pepatah yang sering kudengar. Tentang cinta, yang bertepuk sebelah tangan. Seperti aku sekarang.
                “Kadang cinta pun tidak mesti harus bersatu.” Itu kata-kata yang pernah diucapkan oleh Bora saat aku mencoba untuk menyentuh sedikit saja hatinya. Tapi nyatanya.. Yaa, seperti yang Bora katakan.

                Dua tahun aku dan Bora selalu menghabiskan waktu bersama.
                Saat itu aku sempat pergi ke pantai bersamanya. Tanpa kutau ternyata JongHyun pun berada disana. Aku tau pasti Bora yang memberitahu keberadaannya dan menyuruh JongHyun untuk datang juga. Aku hanya bisa diam. Tanpa aku bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa maarah. Aku bukan laki-laki pemarah. Terlebih kepada Bora. Aku tidak ingin menyakiti perasaannya meskipun hanya sedikit saja membuatnya luka.
                Ketika kami berlibur ke Busan, Bora memintaku untuk mengajak JongHyun juga. Dan pada akhirnya aku hanya menjadi yang ketiga diantara mereka berdua. Dan masih banyak lagi semua peristiwa yang seharusya kami lewati berdua, dan dengan kebahagiaan, justru bertolak belakang dengan kenyataannya.

                Semua yang pernah aku lakukan seakan tak berarti dimata Bora. Ia tetap tidak bisa menaruh perhatiannya sedikitpun padaku. Ia tidak pernah menaruh hati sedikit saja kepadaku.
                “Aku hanya bisa bersabar atas semuanya.”
                “Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini? Apa kau akan mengalah?”
                “Mau bagaimana lagi!?”
                “Jung YongHwa! Sampai kapan kau harus terus mengalah? Mengalah untuk namja itu!? Kau harus bisa memperjuangkan cintamu! Kau tidak boleh menyerah! Dan kau harus meraih cintamu! Cinta yang seharusnya menjadi milikmu!”
                Aku menunduk. JungShin benar. Tidak seharusnya aku mengalah demi JongHyun. Laki-laki pilihan Bora. Tapi aku tidak tau apa aku akan benar-benar merelakannya pergi bersama JongHyun atau membiarkannya tetap menjadi milikku, seutuhnya.

                 “Apa kau sudah membicarakan tentang hal ini kepada orang tuamu?”
                “Bahkan kau sudah tau jawabannya bukan!?”
                “Ah, arraseo. Mianhaeyo.. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku tidak bisa membantumu lebih dari sekedar menjadi pendengar yang baik dan menjadi penasihat untukmu.”
                “Gwaenchanayo. Bagiku, kau adalah sahabat terbaikku. Tanpamu, apa jadinya aku sekarang ini. Kau adalah penyemangatku JungShin. Kau adalah sumber energiku.”
                JungShin tertawa kecil. “Kau ada-ada saja.”

                Yaa, kau adalah energiku JungShin. terimakash banyak karena kau sudah mau menjadi sahabatku selama bertahun-tahun. Teriamakasih banyak karena kau selalu ada disaat aku membutuhkanmu. Bahkan jika aku benar-benar tidak sedang membutuhkanmu pun kau selalu ada untukku. Aku menyayangimu JungShin.


                Sepulang mengantar JungShin pulang, aku mengunjungi salah satu mall untuk mencuci mata. Tadinya aku ingin mengajak JungShin juga. Tapi ternyata ia sudah memiliki janji dengan Ibunya. Dia memang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Aku kagum padanya.
                Aku memasuki sebuah toko boneka beruang. Bora sangat menyukai boneka beruang. Tadinya aku ingin membeli salah satunya untuk Bora. Namun senyumku seketika memudar ketika tak sengaja melihat Bora sedang bersama JongHyun yang telah membeli sebuah boneka beruang yang ukuranya cukup besar. Bora terlihat tersenyum sumringah. Aku menaruh kembali boneka itu ditempatnya dan meninggalkan toko itu. Bahkan aku meninggalkan mall itu. Kubiarkan Bora menikmati harinya bersama JongHyun.

***
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength