Sabtu, 08 November 2014

[FF] Sayonara Part 6


[FF] Sayonara Part 6




             Pentas seni akan diadakan besok pukul 08:00 disekolah. Aku memutuskan untuk menakhiri latihan dance ku hari ini. Masih ditempat yang sama. Hanya aku sendiri. Semenjak saat aku menyatakan perasaanku padanya dua hari yang lalu, ia sama sekali tidak pernah datang lagi untuk menemaniku. Bahkan untuk menemuiku saja tidak. Mungkin Sura kecewa padaku. Atau mungkin ia marah padaku. Kupikir karena selama ini Sura sudah menganggapku sebagai teman dekatnya, atau sahabat. Meskipun ia tidak pernah bekata langsung padaku. Jadi wajar saja jika ia kecewa, karena sahabatnya tiba-tiba menyatakan perasaannya pada Sura.
             Aku duduk menghadap ke arah lapangan. Nampak banyak murid yang terabung dalam sebuah organisasi sedang menyiapkan perlengkapan untuk acara besok. Aku tersenyum melihat kebersamaan mereka. Tertiba aku teringat kembali akan kejadian itu. Aku mengusap wajahku beberapa kali.
             Beberapa kali aku menarik napas panjang untuk menghilangkan rasa sesak di dadaku. Setelah agak membaik, aku bergegas pulang ke rumah untuk beristirahat dan menjaga stamina ku untuk acara besok. Aku harus tampil memukau didepan banyak orang.

***



             Aku memasuki gedung aula yang sudah mulai ramai denga kedatangan murid-murid lainnya. Aku menghela napas panjang dan melanjutkan langkahku hingga aku berada tepat didepan panggung. Kuperhatikan ke sekelilingku. Sosok yang sedang kucari sama sekali tidak ada didalam ruangan ini. Ya, Sura. Yeoja yang selama dua bulan terakhir selalu menemaniku latihan dance untuk acara pentas seni ini. Yeoja yang selama ini selalu memberiku semangat penuh. Dan yeoja yang selama ini membantuku menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik dalam arti menjadi seorang pribadi yang mulai percaya diri. Tidak seperti dulu saat aku belum mengenalnya.

             Seorang pembawa acara membuka acara dengan beberapa sambutan dari Ketua Osis. Ia berharap acara ini dapat berjalan dengan baik dan lacar. Aku pun berharap seperti itu.

             Beberapa pengisi acara sudah tampil untuk memeriahkan acara pentas seni yang diadakan sekolahku setiap tahunnya. Sebentar lagi giliranku untuk tampil. Aku semakin gelisah. Seandainya ada Sura disini, ia pasti sudah membantuku mengatasi kegelisahanku ini. Tuhan, bantu aku.

             Aku menaiki panggung saat pembawa acara memanggil namaku.

Kwangmin POV

Author POV

             Kwangmin menaiki panggung dengan gelisah. Ia berharap Sura datang dihadapannya dan memberikan ia semangat. Ia menunduk. Wajahnya mulai memerah. Ia kembali menghela napas panjang. Dengan semangat yang tersisa, ia berusaha menampilkan dance nya sebaik mungkin.

             Youngmin berjalan menghampiri teman-temannya didepan panggung. Matanya terbelalak saat melihat adik kembarnya sedang berada di atas panggung.
             “Kwangmin-ah..”
             Musik mulai terdengar lewat pengeras suara. Kwangmin memulai gerakan dance nya. Tepuk tangan dari para penonton menambah semangat Kwangmin. Sementara Youngmin ternganga melihat adiknya yang sedang tampil diatas panggung dengan setiap gerakan dance nya yang memukai. Semua penonton pun terpukau dengan penampilan Kwangmin.

             “Kupikir ia akan terus bergantung dengan ketenaran Hyung nya disini.” Cibir salah seorang namja
             “Tidak kusangka ia memiliki kemampuan dance yang begitu keren seperti itu. Padahal Youngmin sendiri justru tidak bisa dance. Belajar dance dimana dia!?” Sahut temannya yang lain.

             Youngmin yang tidak sengaja mendengarnya mendekati mereka.
             “Jangan pernah meremehkan saudara kembarku!” Tegas Youngmin.
             Kedua namja itu hanya terdiam dan menunduk. Sementara Youngmin kembali melihat penampilan Kwangmin hingga selesai.

             Semua penonton bertepuk tangan lebih meriah saat Kwangmin mengakhiri penampilannya. Ia mengucapkan terimakasih kepada para penonton karena sudah mau melihat penampilannya. Ia juga sempat tersenyum kepada Youngmin. Youngmin pun membalas senyumannya.
Author POV

Kwangmin POV
             Awalnya aku sempat gelisah saat naik ke atas panggung. Ku kira penampilanku tidak akan sebagus tadi. Ya, menurutku penampilanku tadi tidaklah buruk. Semua kegelisahan itu semakin menumpuk ketika Sura tidak datang untuk melihat penampilanku. Aku selalu memperhatikan ke arah penonton. Dan sama sekali tidak ada tanda-tanda Sura di ruangan ini.

Flashback
             “Kau  akan melihat penampilaku kan, diacara pentas seni nanti?”
             “Tentu saja.”
             Aku mengacungkan jari kelingking ke hadapan Sura. Ia tersenyum lalu mengacungkan jari kelingkingnya dan menyatukannya dengan jari kelingkingku. Aku pun ikut tersenyum.
Flashback end

             Aku tersenyum kecut saat mengingat janji itu. Sura tidak menepati janjinya padaku. Aku kecewa.

             Aku berjalan menjauh dari panggung. Saat hendak keluar ruang aula, Youngmin menjegatku.
             “Hyung.. Waeyo?”
             “Kenapa kau tidak bilang padaku kalau kau akan tampil diacara ini, eoh?”
             “Ah, itu. Mmhh..” Aku mengusap-usap kepalaku.
             Youngmin mengalihkan pandangannya dariku.
             “Kenapa kau menyembunyikan bakatmu dariku?” Youngmin kembali menatapku
             “Mianhae Hyung.. Selama ini aku belum berani untuk bilang padamu. Lagi pula aku malu.” Aku menunduk.
             Youngmin menepuk pundakku. Kulihat ia tersenyum sangat manis.
             “Aku bangga padamu. Aku bangga memiliki saudara kembar sepertimu Kwangmin.”
             Aku mengguratkan senyumku. “Gomawo Hyung. Aku juga bangga memiliki saudara kembar sepertimu.”
             “Setelah ini kau mau kemana?”
             “Aku ingin ke atap. Kau mau ikut?”
             “Ah, sepertinya aku tidak bisa. Mianhae aku tidak bisa menemanimu.”
             “Gwaenchana. Baikah, kalau begitu aku ke atap dulu.”
             Youngmin mengangguk sembari terseyum.

             Aku terus melangkahkan kakiku menjauhi aula sekolahku. Beberapa murid memandangku dan sesekali mereka berbisik. Aku sempat melirik ke beberapa dari mereka. Tapi mereka terus memperhatikanku.

             Brukk.. Aku sempat menabrak seorang yeoja yang sedang berjalan dengan temannya.
             “Ah, mianhaeyo. Aku benar-benar tidak sengaja.”
             “Gwaenchana. Kau Kwangmin saudara kembarnya Youngmin kan? Tidak ku sangka kau memiliki kemampuan dance yang keren.” Pujinya.
             Teman disebelahnya mengangguk. “Kau belajar dari mana? Apa Youngmin yang mengajarimu dance? Tapi aku tidak pernah melihat Youngmin melakukan dance sepertimu tadi.”
             “Ah, aku belajar sendiri.”
             “Jinjja? Wahh, daebak! Ternyata kau tidak kalah keren ya dengan saudara kembarmu itu. Kupikir kau hanya namja biasa yang tidak bisa apa-apa. Ah, mianhae. Aku tidak bermaksud.”
             “Gwaenchana. Ah, terimakasih atas pujiannya.”
             Aku melangkah menjauh dari mereka. Kurasa mereka masih memperhatikanku. Tapi aku menghiraukannya. Aku terus berjalan menuju gedung kelasku untuk menyambangi atap.

             Kubuka pintu tralisnya. Udaranya sangat sejuk diatas sini. Kebetulan masih pagi, dan matahari belum menyinari sinarnya ke atap. Aku berjalan mendekati pagar pembatas. Kuperhatikan murid-murid yang berlalu lalang dilapangan. Aku tersenyum kecil. Kubalikkan tubuhku hingga aku bisa menyender dipagar pembatas. Kupejamkan mata lalu aku tersenyum lagi. Kubayangkan dua orang yeoja yang tadi tidak sengaja sempat kutabrak. Aku teringat kata-katanya. Ah, maksudku pujiannya. Meskipun ada sedikit kata-katanya yang agak membuat hatiku terasa sakit. Tapi aku cukup puas dengan pujiannya. Akan ku buat semua perkataan mereka sebagai acuanku untuk terus berkembang dan memajukan kemampuan dance ku menjadi lebih baik lagi.
             Kubuka kedua mataku. Kulirik ke arah sebelah kanan. Sebuah kertas berwarna biru muda yang ada disudut pintu tralis menggoda perhatianku. Aku berjalan ke arahnya lalu mengambil kertas itu. Kubaca dengan seksama setiap kalimatnya.
             “Ige mwoya?”
             Ternyata isi dari kertas yang ada digenggamanku ini adalah sebuah kertas pendaftaran untuk mengikuti audisi, untuk trainee di salah satu agensi yang bernama Starship Entertainment. Kulirik lagi ke arah dimana aku menemuka kertas ini. Ternyata ada sebuah kertas kecil. Aku mengambil kertas itu lalu membacanya.

             Penampilanmu sangat bagus. Aku menyukainya.

Sura

             “Mwo?” Aku memperhatikan ke sekitarku. Tidak ada siapa-siapa selain aku.

             Aku terduduk ditengah-tengah atap. Kuperhatikan baik-baik dua kertas berbeda yang sedang kupegang.
             Jadi Sura melihat penampilanku? Tapi aku sama sekali tidak melihatnya. Ah, apa aku terlalu serius dengan gerakan dance yang aku tampilkan tadi, hingga aku tidak tau kalau Sura ternyata ada disana. Rasa kecewaku pun perlahan sirna. Senyum mulai merekah diwajahku.


             Saat makan malam…
             Aku menyuap makanan ke dalam mulutku lalu mengunyahnya. Sesekali pandanganku ku arahkan ke sekitarku.
             “Kalian tau tidak!? Ternyata Kwangmin memiliki kemampuan dance yang sangat keren.”
             “Jinjja?” Hyunmin membelalakkan matanya.
             Youngmin mengangguk dengan cepat. “Tadi ia tampil di acara pentas seni disekolah.”
             “Dari mana kau belajar dance? Kurasa aku tidak pernah melihat kau berlatih dance saat dirumah!?” Tanya Hyunmin padaku
             “Mmhh..”
             “Dia selalu berlatih dance diatap gedung sekolah.” Youngmin menoleh ke arahku.
             Aku hanya tersenyum kecil.
             “Jinjja!? Kami bangga padamu Kwangmin.” Sahut Eomma, sementara Appa hanya mengangguk sembari tersenyum.
             Aku tersenyum. Aku senang karena mereka tau tentang kemampuan dance ku. Karena akhirnya mereka tau kalau aku memiliki sebuah bakat.

***
 
TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength