[FF] Sayonara Part 6
Pentas seni akan
diadakan besok pukul 08:00 disekolah. Aku memutuskan untuk menakhiri latihan
dance ku hari ini. Masih ditempat yang sama. Hanya aku sendiri. Semenjak saat
aku menyatakan perasaanku padanya dua hari yang lalu, ia sama sekali tidak
pernah datang lagi untuk menemaniku. Bahkan untuk menemuiku saja tidak. Mungkin
Sura kecewa padaku. Atau mungkin ia marah padaku. Kupikir karena selama ini
Sura sudah menganggapku sebagai teman dekatnya, atau sahabat. Meskipun ia tidak
pernah bekata langsung padaku. Jadi wajar saja jika ia kecewa, karena
sahabatnya tiba-tiba menyatakan perasaannya pada Sura.
Aku duduk menghadap ke
arah lapangan. Nampak banyak murid yang terabung dalam sebuah organisasi sedang
menyiapkan perlengkapan untuk acara besok. Aku tersenyum melihat kebersamaan
mereka. Tertiba aku teringat kembali akan kejadian itu. Aku mengusap wajahku
beberapa kali.
Beberapa kali aku
menarik napas panjang untuk menghilangkan rasa sesak di dadaku. Setelah agak
membaik, aku bergegas pulang ke rumah untuk beristirahat dan menjaga stamina ku
untuk acara besok. Aku harus tampil memukau didepan banyak orang.
***
Aku memasuki gedung
aula yang sudah mulai ramai denga kedatangan murid-murid lainnya. Aku menghela
napas panjang dan melanjutkan langkahku hingga aku berada tepat didepan
panggung. Kuperhatikan ke sekelilingku. Sosok yang sedang kucari sama sekali
tidak ada didalam ruangan ini. Ya, Sura. Yeoja yang selama dua bulan terakhir
selalu menemaniku latihan dance untuk acara pentas seni ini. Yeoja yang selama
ini selalu memberiku semangat penuh. Dan yeoja yang selama ini membantuku
menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik dalam arti menjadi seorang pribadi yang
mulai percaya diri. Tidak seperti dulu saat aku belum mengenalnya.
Seorang pembawa acara
membuka acara dengan beberapa sambutan dari Ketua Osis. Ia berharap acara ini
dapat berjalan dengan baik dan lacar. Aku pun berharap seperti itu.
Beberapa pengisi acara
sudah tampil untuk memeriahkan acara pentas seni yang diadakan sekolahku setiap
tahunnya. Sebentar lagi giliranku untuk tampil. Aku semakin gelisah. Seandainya
ada Sura disini, ia pasti sudah membantuku mengatasi kegelisahanku ini. Tuhan,
bantu aku.
Aku menaiki panggung
saat pembawa acara memanggil namaku.
Kwangmin POV
Author POV
Kwangmin menaiki
panggung dengan gelisah. Ia berharap Sura datang dihadapannya dan memberikan ia
semangat. Ia menunduk. Wajahnya mulai memerah. Ia kembali menghela napas
panjang. Dengan semangat yang tersisa, ia berusaha menampilkan dance nya sebaik
mungkin.
Youngmin berjalan menghampiri
teman-temannya didepan panggung. Matanya terbelalak saat melihat adik kembarnya
sedang berada di atas panggung.
“Kwangmin-ah..”
Musik mulai terdengar
lewat pengeras suara. Kwangmin memulai gerakan dance nya. Tepuk tangan dari
para penonton menambah semangat Kwangmin. Sementara Youngmin ternganga melihat
adiknya yang sedang tampil diatas panggung dengan setiap gerakan dance nya yang
memukai. Semua penonton pun terpukau dengan penampilan Kwangmin.
“Kupikir ia akan terus
bergantung dengan ketenaran Hyung nya disini.” Cibir salah seorang namja
“Tidak kusangka ia
memiliki kemampuan dance yang begitu keren seperti itu. Padahal Youngmin
sendiri justru tidak bisa dance. Belajar dance dimana dia!?” Sahut temannya
yang lain.
Youngmin yang tidak
sengaja mendengarnya mendekati mereka.
“Jangan pernah
meremehkan saudara kembarku!” Tegas Youngmin.
Kedua namja itu hanya
terdiam dan menunduk. Sementara Youngmin kembali melihat penampilan Kwangmin
hingga selesai.
Semua penonton
bertepuk tangan lebih meriah saat Kwangmin mengakhiri penampilannya. Ia
mengucapkan terimakasih kepada para penonton karena sudah mau melihat
penampilannya. Ia juga sempat tersenyum kepada Youngmin. Youngmin pun membalas senyumannya.
Author POV
Kwangmin POV
Awalnya aku sempat
gelisah saat naik ke atas panggung. Ku kira penampilanku tidak akan sebagus
tadi. Ya, menurutku penampilanku tadi tidaklah buruk. Semua kegelisahan itu
semakin menumpuk ketika Sura tidak datang untuk melihat penampilanku. Aku
selalu memperhatikan ke arah penonton. Dan sama sekali tidak ada tanda-tanda
Sura di ruangan ini.
Flashback
“Kau akan melihat penampilaku kan, diacara pentas
seni nanti?”
“Tentu saja.”
Aku mengacungkan jari
kelingking ke hadapan Sura. Ia tersenyum lalu mengacungkan jari kelingkingnya
dan menyatukannya dengan jari kelingkingku. Aku pun ikut tersenyum.
Flashback end
Aku tersenyum kecut
saat mengingat janji itu. Sura tidak menepati janjinya padaku. Aku kecewa.
Aku berjalan menjauh
dari panggung. Saat hendak keluar ruang aula, Youngmin menjegatku.
“Hyung.. Waeyo?”
“Kenapa kau tidak bilang
padaku kalau kau akan tampil diacara ini, eoh?”
“Ah, itu. Mmhh..” Aku
mengusap-usap kepalaku.
Youngmin mengalihkan
pandangannya dariku.
“Kenapa kau
menyembunyikan bakatmu dariku?” Youngmin kembali menatapku
“Mianhae Hyung..
Selama ini aku belum berani untuk bilang padamu. Lagi pula aku malu.” Aku
menunduk.
Youngmin menepuk
pundakku. Kulihat ia tersenyum sangat manis.
“Aku bangga padamu.
Aku bangga memiliki saudara kembar sepertimu Kwangmin.”
Aku mengguratkan
senyumku. “Gomawo Hyung. Aku juga bangga memiliki saudara kembar sepertimu.”
“Setelah ini kau mau
kemana?”
“Aku ingin ke atap.
Kau mau ikut?”
“Ah, sepertinya aku
tidak bisa. Mianhae aku tidak bisa menemanimu.”
“Gwaenchana. Baikah,
kalau begitu aku ke atap dulu.”
Youngmin mengangguk
sembari terseyum.
Aku terus melangkahkan
kakiku menjauhi aula sekolahku. Beberapa murid memandangku dan sesekali mereka
berbisik. Aku sempat melirik ke beberapa dari mereka. Tapi mereka terus
memperhatikanku.
Brukk.. Aku sempat
menabrak seorang yeoja yang sedang berjalan dengan temannya.
“Ah, mianhaeyo. Aku
benar-benar tidak sengaja.”
“Gwaenchana. Kau
Kwangmin saudara kembarnya Youngmin kan? Tidak ku sangka kau memiliki kemampuan
dance yang keren.” Pujinya.
Teman disebelahnya
mengangguk. “Kau belajar dari mana? Apa Youngmin yang mengajarimu dance? Tapi
aku tidak pernah melihat Youngmin melakukan dance sepertimu tadi.”
“Ah, aku belajar
sendiri.”
“Jinjja? Wahh, daebak!
Ternyata kau tidak kalah keren ya dengan saudara kembarmu itu. Kupikir kau
hanya namja biasa yang tidak bisa apa-apa. Ah, mianhae. Aku tidak bermaksud.”
“Gwaenchana. Ah,
terimakasih atas pujiannya.”
Aku melangkah menjauh
dari mereka. Kurasa mereka masih memperhatikanku. Tapi aku menghiraukannya. Aku
terus berjalan menuju gedung kelasku untuk menyambangi atap.
Kubuka pintu
tralisnya. Udaranya sangat sejuk diatas sini. Kebetulan masih pagi, dan
matahari belum menyinari sinarnya ke atap. Aku berjalan mendekati pagar
pembatas. Kuperhatikan murid-murid yang berlalu lalang dilapangan. Aku
tersenyum kecil. Kubalikkan tubuhku hingga aku bisa menyender dipagar pembatas.
Kupejamkan mata lalu aku tersenyum lagi. Kubayangkan dua orang yeoja yang tadi
tidak sengaja sempat kutabrak. Aku teringat kata-katanya. Ah, maksudku
pujiannya. Meskipun ada sedikit kata-katanya yang agak membuat hatiku terasa
sakit. Tapi aku cukup puas dengan pujiannya. Akan ku buat semua perkataan
mereka sebagai acuanku untuk terus berkembang dan memajukan kemampuan dance ku
menjadi lebih baik lagi.
Kubuka kedua mataku.
Kulirik ke arah sebelah kanan. Sebuah kertas berwarna biru muda yang ada
disudut pintu tralis menggoda perhatianku. Aku berjalan ke arahnya lalu
mengambil kertas itu. Kubaca dengan seksama setiap kalimatnya.
“Ige mwoya?”
Ternyata isi dari
kertas yang ada digenggamanku ini adalah sebuah kertas pendaftaran untuk
mengikuti audisi, untuk trainee di salah satu agensi yang bernama Starship
Entertainment. Kulirik lagi ke arah dimana aku menemuka kertas ini. Ternyata
ada sebuah kertas kecil. Aku mengambil kertas itu lalu membacanya.
Penampilanmu sangat bagus. Aku menyukainya.
Sura
“Mwo?” Aku
memperhatikan ke sekitarku. Tidak ada siapa-siapa selain aku.
Aku terduduk
ditengah-tengah atap. Kuperhatikan baik-baik dua kertas berbeda yang sedang
kupegang.
Jadi Sura melihat
penampilanku? Tapi aku sama sekali tidak melihatnya. Ah, apa aku terlalu serius
dengan gerakan dance yang aku tampilkan tadi, hingga aku tidak tau kalau Sura
ternyata ada disana. Rasa kecewaku pun perlahan sirna. Senyum mulai merekah
diwajahku.
Saat makan malam…
Aku menyuap makanan ke
dalam mulutku lalu mengunyahnya. Sesekali pandanganku ku arahkan ke sekitarku.
“Kalian tau tidak!?
Ternyata Kwangmin memiliki kemampuan dance yang sangat keren.”
“Jinjja?” Hyunmin
membelalakkan matanya.
Youngmin mengangguk
dengan cepat. “Tadi ia tampil di acara pentas seni disekolah.”
“Dari mana kau belajar
dance? Kurasa aku tidak pernah melihat kau berlatih dance saat dirumah!?” Tanya
Hyunmin padaku
“Mmhh..”
“Dia selalu berlatih
dance diatap gedung sekolah.” Youngmin menoleh ke arahku.
Aku hanya tersenyum
kecil.
“Jinjja!? Kami bangga
padamu Kwangmin.” Sahut Eomma, sementara Appa hanya mengangguk sembari
tersenyum.
Aku tersenyum. Aku
senang karena mereka tau tentang kemampuan dance ku. Karena akhirnya mereka tau
kalau aku memiliki sebuah bakat.
***
TBC~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar