[FF] Sayonara Part 4
Kubuka kedua mataku. Rasanya aku
masih sangat mengantuk dan ingin melanjutkan tidurku. Tapi bunyi alarm
membangunkanku dengan paksa. Aku mematikan alarm itu dengan agak kasar. Aku
bangkit dan membuka tirai jendela. Sinarnya membuatku agak silau. Tapi tetap
kubiarkan kamarku terang dengan sinar matahari itu.
Setelah
mandi dan sarapan, aku, Youngmin dan Hyunmin bergegas ke sekolah.
Hari ini tidak jauh berbeda dengan
hari-hari sebelumnya tapi seseorang mengingatkanku pada sesuatu. Aku baru sadar
kalau pentas seni yang akan diadakan sekolahku tinggal satu minggu. Itu
tandanya waktuku untuk berlatih dance tidak lama lagi. Aku harus segera
memantapkan dance ku, agar penampilanku nanti bisa terlihat bagus dan tidak mengecewakan.
Aku bergegas ke atap tepat saat bel
pulang berbunyi. Bahkan sampai keluar kelas mendahului Songsaengnim. Sudahlah,
aku tak peduli. Yang kupikirkan sekarang adalah fokus ke latihan dance ku. Aku
memulainya dengan pemanasan. Setelah melakukannya beberapa menit, aku memulai
latihan dance ku dengan gerakan yang sudah sangat kuhapal. Tapi rasanya ada
yang kurang. Semangatku tiba-tiba saja hilang entah kemana. Semuanya tidak
terkendali.
“Aaaaarrrrrggghhh..” Aku berteriak
sekencang yang aku bisa. Aku merasakan kepenatan yang luar biasa. Tidak biasanya
aku seperti ini.
“Aku tidak bisa seperti ini terus!
Aku harus terus berlatih dance agar penampilanku bagus saat di pentas seni
nanti. Ayolah Kwangmin! Tingkatkan lagi semangatmu!!”
Aku mencoba berlatih sekali lagi
namun tetap saja aku merasa gelisah dan sama sekali tidak bergairah. Aku jatuh
duduk dan membenamkan wajahku dilipatan kedua tanganku.
“Kau ini kenapa? Bukankah
seharusnya kau latihan dance?”
Suara seseorang mengejutkaku. Aku
mengangkat kepalaku dan menoleh ke sumber suara.
“Ah, kau..”
Ia melangkah mendekatiku dan duduk
disampingku.
“Tadinya aku tidak ingin kesini.
Tapi perasaanku mengatakan bahwa kau membutuhkanku.”
Aku tertawa kecil. Kuusap kepalanya
dengan lembut. “Kau ini percaya diri sekali.” Aku tersenyum.
Kulihat wajahnya yang mulai merah
merona. Ia tersipu malu.
“Tapi yang kau katakan tidak
salah.”
“Heh?” Sura menoleh
“Aku merasa penat sekali. Entah
kenapa. Terlebih saat tadi kau tidak berada disini. Semangatku tidak muncul
sama sekali.”
“Kau hanya terlalu lelah. Jika kau
merasa penat dan semangatmu tiba-tiba menghilang, itu tandanya selama ini kau
melakukan latihan dance semata-mata hanya demi pentas seni itu.”
Sura mengangkat salah satu
tangannya lalu mendekatkannya ke dadaku. Aku terkejut saat ia tiba-tiba saja
menempelkan tangannya di dadaku.
“Setiap sesuatu yang kau lakukan,
lakukanlah dengan menggunakan hatimu. Dengan perasaanmu. Dengan begitu kau akan
merasa nyaman saat melakukan sesuatu hal itu. Percayalah..”
Aku menatapnya. Matanya seketika
berbinar. Ah, aku jatuh cinta dengan mata indahnya itu. Seketika ia melepaskan
tangannya dari dadaku. Huh, semoga saja saat ia tidak merasakan degupan kencang jantungku saat ia
menyentuh dadaku. Aku malu jika itu sampai terjadi.
Aku tersenyum lagi. “Geuraeyo?
Hhmm, baiklah. Aku akan melakukan seperti yang kau katakan baru saja. Gomawo.”
Aku memeluknya dengan erat sembari
memejamkan mataku.
“Aku menyukaimu..”
Aku tersentak saat Sura tiba-tiba bersuara.
Aku membuka kedua mataku. Kudapati
langit sudah mulai memancarkan sinar berwarna jingga, yang membuatku sedikit
silau dan terpaksa menutup wajahku dengan salah satu tanganku. Kulirik jam
tanganku yang sudah menunjukkan pukul 16.00 sore.
“Aigoo.. Bodoh sekali aku ini.. Aku
tertidur di atap. Dan aku sama sekali tidak berlatih dance hari ini.” Aku
menepuk keningku. “Tapi tunggu sebentar.. Apa Sura tadi datang kesini? Apa dia pergi lagi setelah
mendapatiku tertidur disini? Tapi seharusnya ia membangunkanku jika ia kesini!?
Aish.. Mungkin saja ia memang tidak datang. Sebaiknya aku pulang agar Eomma
tidak marah padaku.”
Aku segera bangkit dan membereskan
tasku lalu bergegas pulang.
Ini yang kebeberapa kalinya aku
memikirkannya sepanjang perjalan pulangku menuju ke rumah. Dan seketika aku
teringat akan sesuatu. Aku mendengar Sura mengatatakan kalau ia menyukaiku saat
di atap tadi. Tapi tadi aku tertidur. Apa itu hanya sebuah mimpi? Tapi
terdengar jelas ditelingaku kalau Sura mengatakan hal itu. Aish, aku
benar-benar tidak mengerti. tapi jika itu memang benar-benar mimpi, aku tidak
ingin terbangun dari mimpiku itu. biarkan Sura menyukaiku meskipun hanya
didalam mimpi.
***
Aku tidak boleh
menyerah. Pentas seni akan diadakan beberapa hari lagi. Aku harus benar-benar
memantapkan gerakan dance ku agar penampilanku bisa bagus. Dan aku bisa membuat
Youngmin bangga padaku.
“Hhhh...” Ku atur
nafasku.
Kulirik ke arah pintu
yang tidak ada siapa-siapa. Sepertinya Sura tidak datang hari ini. Mungkin ia
sedang sibuk dengan urusannya. Aku memaklumi itu. Tapi rasa sepi menghantuiku.
Biasanya ia yang selalu menemaniku. Ia yang selalu bisa membangkitkan
semangatku lagi. Dan aku selalu merindukannya disetiap ia tidak ada disisiku.
Sepertinya aku mulai terbawa kedalam perasaanku. Aku mulai mencintinya. Hingga
aku tidak bisa jauh darinya.
Aku duduk menghadap ke
arah lapangan. Kutatap langit yang berwarna biru. Ah, terlihat wajah Sura yang
sedang tersenyu sangat manis. Seketika bayangan Sura memenuhi pikiranku.
Kukibas-kibaskan kedua tanganku didepan wajahku.
“Kwangmin-ah.. Kau
harus fokus dengan dancemu! Jangan memikirkan yang macam-macam!”
Karena pikiranku mulai
kemana-mana, akhirnya kuputuskan untuk berlatih dance lagi.
Menjelang sore, aku
bergegas pulang agar kedua orang tuaku tidak curiga atapun marah padaku.
Ternyata dugaanku benar. Sura tidak dating hari ini. Aku agak kecewa. Tapi apa
boleh buat!? Itu ka hak nya Sura ingin datang menemaniku atau tidak. Mungkin
akan kutanyakan padanya besok, kenapa kemarin dan hari ini ia tidak datang
menemui dan menemaniku.
Kurebahkan tubuhku
disofa setelah mandi dan makan malam. Kunyalakan televisi dan mencari acara
televisi kesukaanku. Youngmin datang dan duduk disebelahku.
“Bagaimana dengan
yeoja yang kau suka itu? Apa kau sudah menyatakan padanya kalau kau
menyukainya?”
Aku menoleh lalu
menggeleng dengan pelan.
“Waeyo?” Tanya
Youngmin antusias
“Aku belum siap. Lagi pula
kemarin dia tidak datang menemuiku. Hari ini juga. Kupikir ia sedang sibuk
dengan urusannya sendiri. Jadi lebih baik aku menyatakan padanya saat aku
benar-benar sudah siap.”
“Geurae.. Yeoja itu
pasti sangat cantik. Aku jadi penasaran dengannya.” Youngmin menoleh padaku.
Aku hanya tersenyum padanya dan melanjutkan menonton acara televisi kesukaanku.
***
Kubuka pintu tralis
dan berjalan keluar menuju atap. Senyumku merekah ketika seorang yeoja sedang
berdiri di tiang pembatas dengan menatap kea rah lapangan. Aku mendekatinya dan
berdiri tepat disampingnya.
“Ku kira kau tidak
akan datang lagi.”
Ia menoleh lalu
tersenyum. Rambutnya sedikit berterbangan karena tertiup angin. Aku senang
melihatnya sepert itu.
“Mianahe, dua hari
kemarin aku tidak bisa menemanimu.”
“Gwaenchana. Aku
memakluminya. Jadi, siap menemaiku berlatih dance lagi hari ini?” Tanyaku
sembari menaikkan sebelah alis mataku.
Ia tersenyum lagi,
lalu menjentikkan salah satu matanya. “Tentu saja.”
Aku senang bisa melihat
seyuman itu lagi. Ku kira aku tidak aka bisa melihatnya lagi. sungguh, aku
tidak bisa membayangkan jika hal itu sampai terjadi.
Aku mengambil polaroid
milikku didalam tas setelah latihan dance.
“Sura, ayo kita
berfoto.” Ajakku.
Sura mengangguk sembari
tersenyum.
Kami mulai berpose.
Awalnya kami agak canggung. Tapi beberapa menit kemudian, kami justru ketagihan
berfoto. Dari berpose yang paling biasa hingga berpose yang tidak biasa. Kami
tertawa saat melihat hasi foto kami.
“Lihatlah, hidungmu
besar sekali Kwangmin-ah. Hahaha..” Tawanya lepas
“Kau juga. Lihatlah,
disini hidungmu kecil sekali. Matamu juga tidak ada. Hahaha..” Balasku tidak
mau kalah
“Hahahaha..” Akhirnya
kami tertawa bersama.
Matahari
menenggelamkan cahaya terangnya. Langit kini berganti warna menjadi biru tua.
Aku dan Sura menikmati pemandangan indah ini dari atap. Baru kali ini aku
melihat pemandangan seindah ini bersama orang yang aku suka. Sura menyandarkan
kepalanya dipundakku. Jantungku kembali dibuat berdetak kencang karenanya.
Kurekahkan senyumanku. Aku bahagia. Sangat bahagia.
“Kwangmin-ah..”
“Hmm..”
“Pernahkah kau
bermimpi menjadi seorang artis terkenal?”
“Mmhh, kurasa pernah. Aku
ingin menjadi rapper terkenal yang professional. Memangnya kenapa kau
menanyakan hal itu? Apa kau sendiri juga seperti itu?”
Sura mengangguk pelan.
Masih bersandar dipundakku.
“Aku pernah bercita-cita
sebagai seorang penyanyi terkenal. Tapi kurasa cita-citaku itu tidak bisa aku
realisasikan dikehidupanku.”
“Waeyo?”
“Ada sebuah alasan
yang tidak bisa kukatakan saat ini. Suatu hari nanti kau pasti akan
mengetahuinya.”
“Jinjja? Kenapa kau
tidak mengatakannya saat ini saja? Aku jadi penasaran.”
“Waktunya belum
tepat.”
“Baiklah, aku akan
menunggunya untuk mengetahui apa alasannya.”
“Kau bilang, kau juga
pernah bermimpi menjadi seorang artis terkenal. Lalu, bagaimana?” Sura
mengangkat kepalanya lalu menatapku.
Aku menggidikkan
bahuku. “Mollayo.”
“Kau berani tidak,
untuk berjanji padaku, kalau suatu hari nanti kau akan menjadi seorang rapper
terkenal. Tidak masalah kau menjadi seorang solois atau pun menjadi seorang
member dari sebuah grup. Bagaimana?”
“Hhmm.. Bagaimana ya?”
Aku menatap kedepan sembari berpikir. “Bagaimana kalau aku mendengar kau
menyanyi? Setelah itu aku akan berusaha untuk mewujudkannya.”
Sura mengadahkan
kepalanya sembari berpikir. Ia tersenyum malu lalu mengangguk sembari
menatapku.
“Baiklah,
perdengarkanlah suara indahmu itu Sura.”
“Baby geuttaen
mollasseul geoya ama moreuncheokhaesseul geoya neomu eoryeosseotjanha. Eeneusae
neon naegero wa nae mamsogeuro wa cingu anin namjaro nae yeope isseotji.
Geureoke neol yeoe dugo nae mam sumgigo ireoke sumeo, sumeo, chinguraneun ireum
dwie sumeo..”
Aku terperangah saat
mendegar Sura menyanyikan sepenggal lagu. Tapi sepenggal lagu yang Sura
nyanyikan mengisyaratkanku akan sesuatu. Ah, mungkin aku hanya terbawa oleh
lagu itu.
“Suaramu indah sekali
saat sedang menyanyi. Seharusnya kau bisa menjadi seorang artis terkenal dengan
kemampuan menyanyimu itu. Tapi, dengan alasan yang belum kuketahui, kau harus
mengubur cita-citamu itu.”
Sura tersenyum.
“Gomawo.” Sura menyandarkan kepalanya lagi di pundakku. Aku pun menyandarkan
kepalaku diatas kepala Sura.
Karena terlalu
menikmati, atau bahkan karena aku merasa lelah, secara tak sadar mataku
terpejam dan aku tertidur dengan membenamkan wajahku diatas kedua tangan yang
memeluk lutut. Mungkin agak lama. Saat aku membuka mataku, Sura sudah tidak
ada. Hanya aku sendiri disini. Aku segera bangun dan memperhatikan sekitar
atap. Benar-benar tidak ada siapa-siapa kecuali aku. Mungkin Sura sudah pulang
lebih dulu. Tapi kupikir, ia kan bisa membangunkanku.
Kuraih polaroid yang
berada disisi tasku. Kulihat beberapa fotoku dengan Sura. Segurat senyum
melengkung diwajahku.
“Kau masih disini
rupanya.”
Aku menoleh ke arah
sumber suara. Youngmin meghampiriku.
“Kupikir kau
bersamanya disini.”
“Tadinya begitu. Tapi
sepertinya ia sudah pulang.”
“Kalau begitu, ayo
kita pulang.”
Aku hanya mengangguk
dan tersenyum kecil.
***
TBC~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar