Sabtu, 08 November 2014

[FF] Sayonara Part 4







[FF] Sayonara Part 4




             Kubuka kedua mataku. Rasanya aku masih sangat mengantuk dan ingin melanjutkan tidurku. Tapi bunyi alarm membangunkanku dengan paksa. Aku mematikan alarm itu dengan agak kasar. Aku bangkit dan membuka tirai jendela. Sinarnya membuatku agak silau. Tapi tetap kubiarkan kamarku terang dengan sinar matahari itu.

             Setelah mandi dan sarapan, aku, Youngmin dan Hyunmin bergegas ke sekolah.

             Hari ini tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya tapi seseorang mengingatkanku pada sesuatu. Aku baru sadar kalau pentas seni yang akan diadakan sekolahku tinggal satu minggu. Itu tandanya waktuku untuk berlatih dance tidak lama lagi. Aku harus segera memantapkan dance ku, agar penampilanku nanti bisa terlihat bagus dan tidak mengecewakan.

             Aku bergegas ke atap tepat saat bel pulang berbunyi. Bahkan sampai keluar kelas mendahului Songsaengnim. Sudahlah, aku tak peduli. Yang kupikirkan sekarang adalah fokus ke latihan dance ku. Aku memulainya dengan pemanasan. Setelah melakukannya beberapa menit, aku memulai latihan dance ku dengan gerakan yang sudah sangat kuhapal. Tapi rasanya ada yang kurang. Semangatku tiba-tiba saja hilang entah kemana. Semuanya tidak terkendali.
             “Aaaaarrrrrggghhh..” Aku berteriak sekencang yang aku bisa. Aku merasakan kepenatan yang luar biasa. Tidak biasanya aku seperti ini.
             “Aku tidak bisa seperti ini terus! Aku harus terus berlatih dance agar penampilanku bagus saat di pentas seni nanti. Ayolah Kwangmin! Tingkatkan lagi semangatmu!!”
             Aku mencoba berlatih sekali lagi namun tetap saja aku merasa gelisah dan sama sekali tidak bergairah. Aku jatuh duduk dan membenamkan wajahku dilipatan kedua tanganku.
             “Kau ini kenapa? Bukankah seharusnya kau latihan dance?”
             Suara seseorang mengejutkaku. Aku mengangkat kepalaku dan menoleh ke sumber suara.
             “Ah, kau..”
             Ia melangkah mendekatiku dan duduk disampingku.
             “Tadinya aku tidak ingin kesini. Tapi perasaanku mengatakan bahwa kau membutuhkanku.”
             Aku tertawa kecil. Kuusap kepalanya dengan lembut. “Kau ini percaya diri sekali.” Aku tersenyum.
             Kulihat wajahnya yang mulai merah merona. Ia tersipu malu.
             “Tapi yang kau katakan tidak salah.”
             “Heh?” Sura menoleh
             “Aku merasa penat sekali. Entah kenapa. Terlebih saat tadi kau tidak berada disini. Semangatku tidak muncul sama sekali.”
             “Kau hanya terlalu lelah. Jika kau merasa penat dan semangatmu tiba-tiba menghilang, itu tandanya selama ini kau melakukan latihan dance semata-mata hanya demi pentas seni itu.”
             Sura mengangkat salah satu tangannya lalu mendekatkannya ke dadaku. Aku terkejut saat ia tiba-tiba saja menempelkan tangannya di dadaku.
             “Setiap sesuatu yang kau lakukan, lakukanlah dengan menggunakan hatimu. Dengan perasaanmu. Dengan begitu kau akan merasa nyaman saat melakukan sesuatu hal itu. Percayalah..”
             Aku menatapnya. Matanya seketika berbinar. Ah, aku jatuh cinta dengan mata indahnya itu. Seketika ia melepaskan tangannya dari dadaku. Huh, semoga saja saat ia tidak merasakan degupan kencang jantungku saat ia menyentuh dadaku. Aku malu jika itu sampai terjadi.
             Aku tersenyum lagi. “Geuraeyo? Hhmm, baiklah. Aku akan melakukan seperti yang kau katakan baru saja. Gomawo.”
             Aku memeluknya dengan erat sembari memejamkan mataku.
             “Aku menyukaimu..”
             Aku tersentak saat Sura tiba-tiba bersuara.


             Aku membuka kedua mataku. Kudapati langit sudah mulai memancarkan sinar berwarna jingga, yang membuatku sedikit silau dan terpaksa menutup wajahku dengan salah satu tanganku. Kulirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 16.00 sore.
             “Aigoo.. Bodoh sekali aku ini.. Aku tertidur di atap. Dan aku sama sekali tidak berlatih dance hari ini.” Aku menepuk keningku. “Tapi tunggu sebentar.. Apa Sura tadi datang kesini? Apa dia pergi lagi setelah mendapatiku tertidur disini? Tapi seharusnya ia membangunkanku jika ia kesini!? Aish.. Mungkin saja ia memang tidak datang. Sebaiknya aku pulang agar Eomma tidak marah padaku.”
             Aku segera bangkit dan membereskan tasku lalu bergegas pulang.

             Ini yang kebeberapa kalinya aku memikirkannya sepanjang perjalan pulangku menuju ke rumah. Dan seketika aku teringat akan sesuatu. Aku mendengar Sura mengatatakan kalau ia menyukaiku saat di atap tadi. Tapi tadi aku tertidur. Apa itu hanya sebuah mimpi? Tapi terdengar jelas ditelingaku kalau Sura mengatakan hal itu. Aish, aku benar-benar tidak mengerti. tapi jika itu memang benar-benar mimpi, aku tidak ingin terbangun dari mimpiku itu. biarkan Sura menyukaiku meskipun hanya didalam mimpi.

***


             Aku tidak boleh menyerah. Pentas seni akan diadakan beberapa hari lagi. Aku harus benar-benar memantapkan gerakan dance ku agar penampilanku bisa bagus. Dan aku bisa membuat Youngmin bangga padaku.

             “Hhhh...” Ku atur nafasku.
             Kulirik ke arah pintu yang tidak ada siapa-siapa. Sepertinya Sura tidak datang hari ini. Mungkin ia sedang sibuk dengan urusannya. Aku memaklumi itu. Tapi rasa sepi menghantuiku. Biasanya ia yang selalu menemaniku. Ia yang selalu bisa membangkitkan semangatku lagi. Dan aku selalu merindukannya disetiap ia tidak ada disisiku. Sepertinya aku mulai terbawa kedalam perasaanku. Aku mulai mencintinya. Hingga aku tidak bisa jauh darinya.
             Aku duduk menghadap ke arah lapangan. Kutatap langit yang berwarna biru. Ah, terlihat wajah Sura yang sedang tersenyu sangat manis. Seketika bayangan Sura memenuhi pikiranku. Kukibas-kibaskan kedua tanganku didepan wajahku.
             “Kwangmin-ah.. Kau harus fokus dengan dancemu! Jangan memikirkan yang macam-macam!”
             Karena pikiranku mulai kemana-mana, akhirnya kuputuskan untuk berlatih dance lagi.

             Menjelang sore, aku bergegas pulang agar kedua orang tuaku tidak curiga atapun marah padaku. Ternyata dugaanku benar. Sura tidak dating hari ini. Aku agak kecewa. Tapi apa boleh buat!? Itu ka hak nya Sura ingin datang menemaniku atau tidak. Mungkin akan kutanyakan padanya besok, kenapa kemarin dan hari ini ia tidak datang menemui dan menemaniku.


             Kurebahkan tubuhku disofa setelah mandi dan makan malam. Kunyalakan televisi dan mencari acara televisi kesukaanku. Youngmin datang dan duduk disebelahku.
             “Bagaimana dengan yeoja yang kau suka itu? Apa kau sudah menyatakan padanya kalau kau menyukainya?”
             Aku menoleh lalu menggeleng dengan pelan.
             “Waeyo?” Tanya Youngmin antusias
             “Aku belum siap. Lagi pula kemarin dia tidak datang menemuiku. Hari ini juga. Kupikir ia sedang sibuk dengan urusannya sendiri. Jadi lebih baik aku menyatakan padanya saat aku benar-benar sudah siap.”
             “Geurae.. Yeoja itu pasti sangat cantik. Aku jadi penasaran dengannya.” Youngmin menoleh padaku. Aku hanya tersenyum padanya dan melanjutkan menonton acara televisi kesukaanku.

***


             Kubuka pintu tralis dan berjalan keluar menuju atap. Senyumku merekah ketika seorang yeoja sedang berdiri di tiang pembatas dengan menatap kea rah lapangan. Aku mendekatinya dan berdiri tepat disampingnya.
             “Ku kira kau tidak akan datang lagi.”
             Ia menoleh lalu tersenyum. Rambutnya sedikit berterbangan karena tertiup angin. Aku senang melihatnya sepert itu.
             “Mianahe, dua hari kemarin aku tidak bisa menemanimu.”
             “Gwaenchana. Aku memakluminya. Jadi, siap menemaiku berlatih dance lagi hari ini?” Tanyaku sembari menaikkan sebelah alis mataku.
             Ia tersenyum lagi, lalu menjentikkan salah satu matanya. “Tentu saja.”

             Aku senang bisa melihat seyuman itu lagi. Ku kira aku tidak aka bisa melihatnya lagi. sungguh, aku tidak bisa membayangkan jika hal itu sampai terjadi.

             Aku mengambil polaroid milikku didalam tas setelah latihan dance.
             “Sura, ayo kita berfoto.” Ajakku.
             Sura mengangguk sembari tersenyum.
             Kami mulai berpose. Awalnya kami agak canggung. Tapi beberapa menit kemudian, kami justru ketagihan berfoto. Dari berpose yang paling biasa hingga berpose yang tidak biasa. Kami tertawa saat melihat hasi foto kami.
             “Lihatlah, hidungmu besar sekali Kwangmin-ah. Hahaha..” Tawanya lepas
             “Kau juga. Lihatlah, disini hidungmu kecil sekali. Matamu juga tidak ada. Hahaha..” Balasku tidak mau kalah
             “Hahahaha..” Akhirnya kami tertawa bersama.

             Matahari menenggelamkan cahaya terangnya. Langit kini berganti warna menjadi biru tua. Aku dan Sura menikmati pemandangan indah ini dari atap. Baru kali ini aku melihat pemandangan seindah ini bersama orang yang aku suka. Sura menyandarkan kepalanya dipundakku. Jantungku kembali dibuat berdetak kencang karenanya. Kurekahkan senyumanku. Aku bahagia. Sangat bahagia.

             “Kwangmin-ah..”
             “Hmm..”
             “Pernahkah kau bermimpi menjadi seorang artis terkenal?”
             “Mmhh, kurasa pernah. Aku ingin menjadi rapper terkenal yang professional. Memangnya kenapa kau menanyakan hal itu? Apa kau sendiri juga seperti itu?”
             Sura mengangguk pelan. Masih bersandar dipundakku.
             “Aku pernah bercita-cita sebagai seorang penyanyi terkenal. Tapi kurasa cita-citaku itu tidak bisa aku realisasikan dikehidupanku.”
             “Waeyo?”
             “Ada sebuah alasan yang tidak bisa kukatakan saat ini. Suatu hari nanti kau pasti akan mengetahuinya.”
             “Jinjja? Kenapa kau tidak mengatakannya saat ini saja? Aku jadi penasaran.”
             “Waktunya belum tepat.”
             “Baiklah, aku akan menunggunya untuk mengetahui apa alasannya.”
             “Kau bilang, kau juga pernah bermimpi menjadi seorang artis terkenal. Lalu, bagaimana?” Sura mengangkat kepalanya lalu menatapku.
             Aku menggidikkan bahuku. “Mollayo.”
             “Kau berani tidak, untuk berjanji padaku, kalau suatu hari nanti kau akan menjadi seorang rapper terkenal. Tidak masalah kau menjadi seorang solois atau pun menjadi seorang member dari sebuah grup. Bagaimana?”
             “Hhmm.. Bagaimana ya?” Aku menatap kedepan sembari berpikir. “Bagaimana kalau aku mendengar kau menyanyi? Setelah itu aku akan berusaha untuk mewujudkannya.”
             Sura mengadahkan kepalanya sembari berpikir. Ia tersenyum malu lalu mengangguk sembari menatapku.
             “Baiklah, perdengarkanlah suara indahmu itu Sura.”
             “Baby geuttaen mollasseul geoya ama moreuncheokhaesseul geoya neomu eoryeosseotjanha. Eeneusae neon naegero wa nae mamsogeuro wa cingu anin namjaro nae yeope isseotji. Geureoke neol yeoe dugo nae mam sumgigo ireoke sumeo, sumeo, chinguraneun ireum dwie sumeo..”
             Aku terperangah saat mendegar Sura menyanyikan sepenggal lagu. Tapi sepenggal lagu yang Sura nyanyikan mengisyaratkanku akan sesuatu. Ah, mungkin aku hanya terbawa oleh lagu itu.
             “Suaramu indah sekali saat sedang menyanyi. Seharusnya kau bisa menjadi seorang artis terkenal dengan kemampuan menyanyimu itu. Tapi, dengan alasan yang belum kuketahui, kau harus mengubur cita-citamu itu.”
             Sura tersenyum. “Gomawo.” Sura menyandarkan kepalanya lagi di pundakku. Aku pun menyandarkan kepalaku diatas kepala Sura.


             Karena terlalu menikmati, atau bahkan karena aku merasa lelah, secara tak sadar mataku terpejam dan aku tertidur dengan membenamkan wajahku diatas kedua tangan yang memeluk lutut. Mungkin agak lama. Saat aku membuka mataku, Sura sudah tidak ada. Hanya aku sendiri disini. Aku segera bangun dan memperhatikan sekitar atap. Benar-benar tidak ada siapa-siapa kecuali aku. Mungkin Sura sudah pulang lebih dulu. Tapi kupikir, ia kan bisa membangunkanku.
             Kuraih polaroid yang berada disisi tasku. Kulihat beberapa fotoku dengan Sura. Segurat senyum melengkung diwajahku.

             “Kau masih disini rupanya.”
             Aku menoleh ke arah sumber suara. Youngmin meghampiriku.
             “Kupikir kau bersamanya disini.”
             “Tadinya begitu. Tapi sepertinya ia sudah pulang.”
             “Kalau begitu, ayo kita pulang.”
             Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

***

TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength