[FF] Sayonara Part 8
Hari ini Eomma, Appa
dan Youngmin membiarkanku beristirahat dirumah. Aku dan Youngmin tidak berani
untuk bercerita tentang Sura ke Eomma dan Appa. Tentang aku yang menyukai seseorang
yang sudah meninggal dua tahun silam. Aku yakin Eomma dan Appa tidak akan
percaya jika aku menceritakan kepada mereka.
Aku tidak bisa
beristirahat dengan tenang. Pikiranku selalu tertuju ke Sura. Aku tidak bisa
menepisnya. Setiap kali aku mencoba untuk menepisnya, semakin aku terpikirkan
tentang hal itu.
“Kwangmin-ah..” Sapa
Youngmin setelah membuka pintu kamarku. Ia masuk ke dalam kamarku.
“Hyung.. Kau sudah
pulang!?”
Youngmin mengangguk.
Ia duduk disampingku.
Saat disekolah, banyak
yang menanyakan dirimu. Kebanyakan murid yeoja.
“Mwo?”
“Kau tau? Kau semakin
dikenal oleh murid-murid disekolah kita. Sepertinya banyak yeoja yang mulai
menyukaimu. Kurasa karena penampilan dance mu saat di acara pentas seni lalu.”
“Hhhh.. Aku tidak akan
bisa seperti itu jika tanpa Sura.”
“Aigoo.. Kau masih
saja memikirkannya.”
Aku menekuk lututku
dan kubiarkan kedua tanganku menopang daguku.
“Aku tidak bisa
menepis pikiranku tentangnya. Tentang hal itu.”
“Lalu apa yang akan
kau lakukan sekarang?”
“Aku ingin berhenti
mengunjungi atap saja Hyung..”
“Mwo? Kenapa seperti
itu? Bukankah itu tempat favoritmu?”
Aku tidak bisa
menjawab pertanyaannya. Seketika air mataku kembali menetes.
“Apa kau takut jika
bertemu dengan Sura, karena ternyata dia…”
“Ani!”
Aku menyela perkataan
Youngmin. Aku sudah tau apa yang akan Youngmin katakan.
“Aku hanya tidak ingin
terpaku dengannya. Dengan semua kenanganku bersamanya.”
Youngmin menghapus air
mata dipipiku. Ia meraih kedua tanganku dan menggenggamnya. Kedua matanya yang
berbinar menatapku.
Aku tidak bisa berkata
apa-apa lagi. Kupeluk Youngmin dengan erat. Akhirnya air mataku tumpah. Aku
tidak bisa menahannya. Rasanya ingin sekali aku berteriak sekencang mungkin.
Tapi dengan aku menangis seperti ini dipelukkan Youngmin pun, kurasa sudah
cukup.
***
Aku duduk dikursiku
dan membenamkan wajahku diatas meja. Rasanya aku tidak ingin melakukan apa-apa.
Tapi kata Youngmin, hari ini sudah mulai belajar seperti biasa, setelah acara
pentas seni itu diadakan. Itu artinya aku harus fokus menerima setiap materi
pelajaran dari Songsaengnim hari ini. Tapi apa aku bisa? Sementara pikiranku
selalu mengarah kepada Sura.
“Kwangmin-ah.. Kau
kenapa? Apa kau sakit?” Tanya salah seorang temanku.
Aku mengangkat
kepalaku. Kuperhatikan wajah yeoja dihadapanku.
“Sura?”
“Mwo? Sura? Siapa
dia?”
Aku terkekeh. Ternyata
yeoja dihadapanku ini bukanlah Sura. Hhh, ternyata Sura masih saja memenuhi
pikiranku.
“Ah, mianhae.. Nan
gwaenchanayo.”
“Kukira kau sakit. Aku
bisa mengantarmu ke klinik jikakau memang benar-benar sakit.”
“Ah, tidak perlu.”
“Baiklah. Kau bisa
datang padaku jika kau memerlukan bantuan.”
Aku mengangguk.
“Gomawo.”
Lee Saeun. Itu nama
yeoja yang tadi menanyakan apa aku sakit atau tidak. Dia sama baiknya dengan
Sura. Tapi Saeun tidak bisa menggantikan sosok Sura walaupun sifat mereka
memiliki banyak kemiripan. Aku tersenyum kecil.
Benar saja. Aku tidak
bisa mengikuti pelajaran dengan baik hari ini. Meski aku sudah berusaha untuk
memperhatikan setiap Songsaengnim yang menjelaskan materi pelajaran dikelasku,
tapi tetap saja pikiranku selalu tertuju ke Sura. Kau memang benar-benar hebat
Sura. Kau selalu bisa menyita seluruh perhatianku.
Aku memutuskan untuk
pergi ke atap. Mungkin untuk yang terakhir kalinya. Sebelum aku benar-benar
akan melupakan semua yang pernah kulalui bersama Sura di atap.
Kulahkan kakiku hingga
sampai dipagar pembatas. Udaranya masih sama seperti biasanya. Aku memejamkan
mataku. Kuhirup udaranya sekali lagi dengan penuh perasaan. Kuhempaskan
perlahan lalu kubuka mataku.
Aku agak terkejut saat
melihat seseorang yang tiba-tiba saja muncul dihadapanku. Jantungku berdegup
kencang sekali. Dadaku juga terasa sedikit sesak. Aku tidak mampu berucap. Aku
hanya mampu memperhatikannya dari tempatku.
“Annyeonghaseyo
Kwangmin-ah..”
Ia tersenyum begitu
manis. Bahkan jauh lebih manis dari sebelum-sebelumnya. Senyuman yang membuatku
jatuh cinta padanya.
“S-sura..”
“Mianhae..” Ia
menunduk
“W-waeyo?”
Ia kembali menatapku.
“Kau sudah mengetahui semuanya dari Donghyun!? Aku benar-benar minta maaf. Aku
menyesal.”
“Kenapa kau berbicara
seperti itu? Kau tidak salah Sura!”
“Jeongmal mianhae..”
Aku mengalihkan
pandanganku darinya.
“Sekarang aku tau.
Alasan kenapa kau tidak menerima cintaku. Alasan mengapa kau menyuruhku untuk
megubur rasa cintaku padamu. Dan sekarang aku tau. Alasan kenapa kau tidak
ingin membuatku sedih dan menangis karenamu.”
Aku menghela napas
panjang.
“Bisakah aku
memelukmu?” Kataku lalu teresnyum kecil
Sura menatapku penuh
arti. Dengan binaran matanya yang indah.
Aku mendekatkan diriku
padanya. Kupeluk ia dengan erat. Ia membalas pelukkanku. Jika bisa, aku ingin
menghentikan waktu walau hanya satu jam. Aku tidak ingin melepas pelukkannya.
Aku benar-benar tidak mau.
Aku bisa mendengar
tangisannya dengan jelas. Oh, Sura, kumohon jangan menangis seperti itu. Aku
tidak bisa melihatmu menangis lagi. Setelah aku pernah membuatnya menangis
karena aku menyatakan perasaanku padanya.
“Uljjima Sura.. Aku
tidak bisa melihatmu menangis seperti ini. Aku tidak sanggup! Kumohon,
hentikanlah tangisanmu..”
“Ini hari terakhirku..”
“Mwo?” Aku melepaskan
pelukkanku. “Geotjimal!”
“Mianhae..”
“Jadi, itu tandanya
kita tidak akan bertemu lagi?”
Sura tidak menjawab.
Ia hanya menunduk dengan tetesan demi tetesan air matanya yang jatuh ke bawah.
Aku meraih rahangnya.
Kunaikan sedikit hingga aku bisa menatapnya.
“Tak bisakah kau
menetap disini? Agar aku selalu bisa bertemu denganmu.”
“Ani. Duniaku bukan
disini Kwangmin-ah.. Kalaupun bisa, aku akan menetap disini. Demi kau..
Karena.. Karena.. Aku mencintaimu..”
Air mataku tumpah. Aku
benar-benar tidak percaya jika ternyata Sura mencintaiku. Tuhan, kenapa harus
hari ini ia mengatakannya padaku? Kenapa tidak semenjak aku menyatakan
perasaanku padanya? Atau bahkan sebelum aku menyatakan perasaanku. Kenapa harus
hari ini? Disaat Sura akan benar-benar pergi meninggalkanku.
Kupeluk kembali tubuh
Sura. Aku tidak mau kehilangannya secepat ini. Aku masih membutuhkannya. Aku
masih mau bersamanya. Bahkan untuk selamanya.
Ia melepaskan
pelukkanku.
“Berjanjilah padaku
Kwangmin-ah.. Kau harus terus menjalani hidupmu dengan penuh rasa optimis. Kau
harus menjadi kebanggaanku. Kau harus bisa membuat orang tuamu bahagia. Tidak
ada seorang manapun didunia ini yang tidak memiliki kemampuan. Kau pasti bisa
berhasil. Kau pasti bisa jauh lebih hebat dari Youngmin, atau bisa jauh lebih
hebat dari orang-orang hebat diluar sana. Percaya padaku..”
“Terimakasih banyak
Sura. Karenamu aku bisa bangkit. Karenamu aku bisa merubah pola pikirku. Dan
karenamu, aku mengerti apa itu artinya cinta. Aku beruntung bisa mengenalmu.
Aku beruntung bisa bertemu denganmu. Dan aku beruntung, bisa menicintaimu. Dan
yang jauh lebih beruntung, aku bisa dicintai olehmu. Saranghaeyo..”
Aku kembali memeluknya
lagi. Aku ingin memeluknya untuk yang terakhir kalinya sebelum ia pergi
meninggalkanku. Walaupun sebenarnya hatiku terasa sakit. Sangat sakit.
“Aku janji Sura. Aku
janji akan mewujudkan cita-citamu yang sempat sirna. Aku akan ikut audisi untuk
trainee di Starship Entertainment. Aku akan menyalurkan semua bakatmu disana.
Yaksokhae!”
“Gomawo Kwangmin-ah..”
Ia kembali melepaskan pelukkanku.
Sura terseyum. Meski
wajahnya kini basah karena air matanya.
“Terimakasih banyak
atas semuanya Sura. Aku tidak akan melupakanmu seumur hidupku. Yaksok!”
Sura mengangguk.
“Terimakasih karena kau bisa menerima kehadiranku selama ini Kwangmin-ah..” Ia
tersenyum. “Hhh.. Sudah waktunya aku pergi..”
Kugenggam kedua tangan
Sura. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Kupejamkan kedua mataku dan bibirku
menyentuh bibirnya.
Selamat tinggal Sura..
Apapun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu.
Kwangmin POV end
Author POV
Cahaya matahari sudah
benar-benar tenggelam, hingga membuat langit menjadi gelap.
Youngmin akhirnya
menemukan Kwangmin yang tengah pingsan di atap, setelah ia mencari saudara
kembarnya kemana-mana. Ia mengangkat kepala Kwangmin ke atas pangkuannya.
“Aigoo.. Kwangmin-ah,
ireona.. Ireona..”
Youngmin terus
menepuk-nepuk pipi Kwangmin, agar ia bisa bangun.
“Kwangmin-ah.. Kumohon
bangunlah! Jangan buat aku semakin khawatir seperti ini..”
Youngmin memperhatikan
kesekelilingnya. Tidak ada siapa-siapa yang bisa ia mintai pertolongan. Ia
kembali menatap Kwangmin.
“H-hyung..”
Youngmin merekahkan
senyumannya ketika Kwangmin sadar.
“Kwangmin-ah..
Syukurlah kau sudah sadar. Neo gwaenchanayo? Aku sangat mengkhawatirkanmu
Dongsaeng..”
“Mianhaeyo Hyung..”
Kwangmin yang berusaha
bangkit dibantu oleh Youngmin.
“Hhhh.. Sekarang aku
sudah lega Hyung..”
“Mwo? Kau ini bicara
apa, eoh?”
“Aku sudah bertemu
dengannya. Ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Ia mencintaiku juga.
Walaupun pada akhirnya kami harus berpisah. Dan sekarang aku mengerti, kenapa
Sura tidak bisa menerima cintaku saat itu. Sekarang aku lega Hyung..”
“Apa kau akan tetap
mencintainya?”
Kwangmin tersenyum
pada Youngmin, lalu mengangguk.
“Sura akan tetap
berada dihatiku selamanya.”
Youngmin ikut
tersenyum. Ia membantu Kwangmin berdiri dan meningalkan tempat itu lalu kembali
ke rumah.
Author POV end
***
TBC~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar