Sabtu, 08 November 2014

[FF] Sayonara Part 8



[FF] Sayonara Part 8




             Hari ini Eomma, Appa dan Youngmin membiarkanku beristirahat dirumah. Aku dan Youngmin tidak berani untuk bercerita tentang Sura ke Eomma dan Appa. Tentang aku yang menyukai seseorang yang sudah meninggal dua tahun silam. Aku yakin Eomma dan Appa tidak akan percaya jika aku menceritakan kepada mereka.
             Aku tidak bisa beristirahat dengan tenang. Pikiranku selalu tertuju ke Sura. Aku tidak bisa menepisnya. Setiap kali aku mencoba untuk menepisnya, semakin aku terpikirkan tentang hal itu.

             “Kwangmin-ah..” Sapa Youngmin setelah membuka pintu kamarku. Ia masuk ke dalam kamarku.
             “Hyung.. Kau sudah pulang!?”
             Youngmin mengangguk. Ia duduk disampingku.
             Saat disekolah, banyak yang menanyakan dirimu. Kebanyakan murid yeoja.
             “Mwo?”
             “Kau tau? Kau semakin dikenal oleh murid-murid disekolah kita. Sepertinya banyak yeoja yang mulai menyukaimu. Kurasa karena penampilan dance mu saat di acara pentas seni lalu.”
             “Hhhh.. Aku tidak akan bisa seperti itu jika tanpa Sura.”
             “Aigoo.. Kau masih saja memikirkannya.”
             Aku menekuk lututku dan kubiarkan kedua tanganku menopang daguku.
             “Aku tidak bisa menepis pikiranku tentangnya. Tentang hal itu.”
             “Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?”
             “Aku ingin berhenti mengunjungi atap saja Hyung..”
             “Mwo? Kenapa seperti itu? Bukankah itu tempat favoritmu?”
             Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya. Seketika air mataku kembali menetes.
             “Apa kau takut jika bertemu dengan Sura, karena ternyata dia…”
             “Ani!”
             Aku menyela perkataan Youngmin. Aku sudah tau apa yang akan Youngmin katakan.
             “Aku hanya tidak ingin terpaku dengannya. Dengan semua kenanganku bersamanya.”
             Youngmin menghapus air mata dipipiku. Ia meraih kedua tanganku dan menggenggamnya. Kedua matanya yang berbinar menatapku.

             Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kupeluk Youngmin dengan erat. Akhirnya air mataku tumpah. Aku tidak bisa menahannya. Rasanya ingin sekali aku berteriak sekencang mungkin. Tapi dengan aku menangis seperti ini dipelukkan Youngmin pun, kurasa sudah cukup.

***

             Aku duduk dikursiku dan membenamkan wajahku diatas meja. Rasanya aku tidak ingin melakukan apa-apa. Tapi kata Youngmin, hari ini sudah mulai belajar seperti biasa, setelah acara pentas seni itu diadakan. Itu artinya aku harus fokus menerima setiap materi pelajaran dari Songsaengnim hari ini. Tapi apa aku bisa? Sementara pikiranku selalu mengarah kepada Sura.

             “Kwangmin-ah.. Kau kenapa? Apa kau sakit?” Tanya salah seorang temanku.
             Aku mengangkat kepalaku. Kuperhatikan wajah yeoja dihadapanku.
             “Sura?”
             “Mwo? Sura? Siapa dia?”
             Aku terkekeh. Ternyata yeoja dihadapanku ini bukanlah Sura. Hhh, ternyata Sura masih saja memenuhi pikiranku.
             “Ah, mianhae.. Nan gwaenchanayo.”
             “Kukira kau sakit. Aku bisa mengantarmu ke klinik jikakau memang benar-benar sakit.”
             “Ah, tidak perlu.”
             “Baiklah. Kau bisa datang padaku jika kau memerlukan bantuan.”
             Aku mengangguk. “Gomawo.”
             Lee Saeun. Itu nama yeoja yang tadi menanyakan apa aku sakit atau tidak. Dia sama baiknya dengan Sura. Tapi Saeun tidak bisa menggantikan sosok Sura walaupun sifat mereka memiliki banyak kemiripan. Aku tersenyum kecil.


             Benar saja. Aku tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik hari ini. Meski aku sudah berusaha untuk memperhatikan setiap Songsaengnim yang menjelaskan materi pelajaran dikelasku, tapi tetap saja pikiranku selalu tertuju ke Sura. Kau memang benar-benar hebat Sura. Kau selalu bisa menyita seluruh perhatianku.

             Aku memutuskan untuk pergi ke atap. Mungkin untuk yang terakhir kalinya. Sebelum aku benar-benar akan melupakan semua yang pernah kulalui bersama Sura di atap.
             Kulahkan kakiku hingga sampai dipagar pembatas. Udaranya masih sama seperti biasanya. Aku memejamkan mataku. Kuhirup udaranya sekali lagi dengan penuh perasaan. Kuhempaskan perlahan lalu kubuka mataku.
             Aku agak terkejut saat melihat seseorang yang tiba-tiba saja muncul dihadapanku. Jantungku berdegup kencang sekali. Dadaku juga terasa sedikit sesak. Aku tidak mampu berucap. Aku hanya mampu memperhatikannya dari tempatku.
             “Annyeonghaseyo Kwangmin-ah..”
             Ia tersenyum begitu manis. Bahkan jauh lebih manis dari sebelum-sebelumnya. Senyuman yang membuatku jatuh cinta padanya.
             “S-sura..”
             “Mianhae..” Ia menunduk
             “W-waeyo?”
             Ia kembali menatapku. “Kau sudah mengetahui semuanya dari Donghyun!? Aku benar-benar minta maaf. Aku menyesal.”
             “Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau tidak salah Sura!”
             “Jeongmal mianhae..”
             Aku mengalihkan pandanganku darinya.
             “Sekarang aku tau. Alasan kenapa kau tidak menerima cintaku. Alasan mengapa kau menyuruhku untuk megubur rasa cintaku padamu. Dan sekarang aku tau. Alasan kenapa kau tidak ingin membuatku sedih dan menangis karenamu.”
             Aku menghela napas panjang.
             “Bisakah aku memelukmu?” Kataku lalu teresnyum kecil
             Sura menatapku penuh arti. Dengan binaran matanya yang indah.
             Aku mendekatkan diriku padanya. Kupeluk ia dengan erat. Ia membalas pelukkanku. Jika bisa, aku ingin menghentikan waktu walau hanya satu jam. Aku tidak ingin melepas pelukkannya. Aku benar-benar tidak mau.
             Aku bisa mendengar tangisannya dengan jelas. Oh, Sura, kumohon jangan menangis seperti itu. Aku tidak bisa melihatmu menangis lagi. Setelah aku pernah membuatnya menangis karena aku menyatakan perasaanku padanya.
             “Uljjima Sura.. Aku tidak bisa melihatmu menangis seperti ini. Aku tidak sanggup! Kumohon, hentikanlah tangisanmu..”
             “Ini hari terakhirku..”
             “Mwo?” Aku melepaskan pelukkanku. “Geotjimal!”
             “Mianhae..”
             “Jadi, itu tandanya kita tidak akan bertemu lagi?”
             Sura tidak menjawab. Ia hanya menunduk dengan tetesan demi tetesan air matanya yang jatuh ke bawah.
             Aku meraih rahangnya. Kunaikan sedikit hingga aku bisa menatapnya.
             “Tak bisakah kau menetap disini? Agar aku selalu bisa bertemu denganmu.”
             “Ani. Duniaku bukan disini Kwangmin-ah.. Kalaupun bisa, aku akan menetap disini. Demi kau.. Karena.. Karena.. Aku mencintaimu..”
             Air mataku tumpah. Aku benar-benar tidak percaya jika ternyata Sura mencintaiku. Tuhan, kenapa harus hari ini ia mengatakannya padaku? Kenapa tidak semenjak aku menyatakan perasaanku padanya? Atau bahkan sebelum aku menyatakan perasaanku. Kenapa harus hari ini? Disaat Sura akan benar-benar pergi meninggalkanku.
             Kupeluk kembali tubuh Sura. Aku tidak mau kehilangannya secepat ini. Aku masih membutuhkannya. Aku masih mau bersamanya. Bahkan untuk selamanya.
             Ia melepaskan pelukkanku.
             “Berjanjilah padaku Kwangmin-ah.. Kau harus terus menjalani hidupmu dengan penuh rasa optimis. Kau harus menjadi kebanggaanku. Kau harus bisa membuat orang tuamu bahagia. Tidak ada seorang manapun didunia ini yang tidak memiliki kemampuan. Kau pasti bisa berhasil. Kau pasti bisa jauh lebih hebat dari Youngmin, atau bisa jauh lebih hebat dari orang-orang hebat diluar sana. Percaya padaku..”
             “Terimakasih banyak Sura. Karenamu aku bisa bangkit. Karenamu aku bisa merubah pola pikirku. Dan karenamu, aku mengerti apa itu artinya cinta. Aku beruntung bisa mengenalmu. Aku beruntung bisa bertemu denganmu. Dan aku beruntung, bisa menicintaimu. Dan yang jauh lebih beruntung, aku bisa dicintai olehmu. Saranghaeyo..”
             Aku kembali memeluknya lagi. Aku ingin memeluknya untuk yang terakhir kalinya sebelum ia pergi meninggalkanku. Walaupun sebenarnya hatiku terasa sakit. Sangat sakit.
             “Aku janji Sura. Aku janji akan mewujudkan cita-citamu yang sempat sirna. Aku akan ikut audisi untuk trainee di Starship Entertainment. Aku akan menyalurkan semua bakatmu disana. Yaksokhae!”
             “Gomawo Kwangmin-ah..” Ia kembali melepaskan pelukkanku.
             Sura terseyum. Meski wajahnya kini basah karena air matanya.
             “Terimakasih banyak atas semuanya Sura. Aku tidak akan melupakanmu seumur hidupku. Yaksok!”
             Sura mengangguk. “Terimakasih karena kau bisa menerima kehadiranku selama ini Kwangmin-ah..” Ia tersenyum. “Hhh.. Sudah waktunya aku pergi..”
             Kugenggam kedua tangan Sura. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Kupejamkan kedua mataku dan bibirku menyentuh bibirnya.
             Selamat tinggal Sura.. Apapun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu.

Kwangmin POV end


Author POV

             Cahaya matahari sudah benar-benar tenggelam, hingga membuat langit menjadi gelap.
             Youngmin akhirnya menemukan Kwangmin yang tengah pingsan di atap, setelah ia mencari saudara kembarnya kemana-mana. Ia mengangkat kepala Kwangmin ke atas pangkuannya.
             “Aigoo.. Kwangmin-ah, ireona.. Ireona..”
             Youngmin terus menepuk-nepuk pipi Kwangmin, agar ia bisa bangun.
             “Kwangmin-ah.. Kumohon bangunlah! Jangan buat aku semakin khawatir seperti ini..”
             Youngmin memperhatikan kesekelilingnya. Tidak ada siapa-siapa yang bisa ia mintai pertolongan. Ia kembali menatap Kwangmin.
             “H-hyung..”
             Youngmin merekahkan senyumannya ketika Kwangmin sadar.
             “Kwangmin-ah.. Syukurlah kau sudah sadar. Neo gwaenchanayo? Aku sangat mengkhawatirkanmu Dongsaeng..”
             “Mianhaeyo Hyung..”
             Kwangmin yang berusaha bangkit dibantu oleh Youngmin.
             “Hhhh.. Sekarang aku sudah lega Hyung..”
             “Mwo? Kau ini bicara apa, eoh?”
             “Aku sudah bertemu dengannya. Ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Ia mencintaiku juga. Walaupun pada akhirnya kami harus berpisah. Dan sekarang aku mengerti, kenapa Sura tidak bisa menerima cintaku saat itu. Sekarang aku lega Hyung..”
             “Apa kau akan tetap mencintainya?”
             Kwangmin tersenyum pada Youngmin, lalu mengangguk.
             “Sura akan tetap berada dihatiku selamanya.”
             Youngmin ikut tersenyum. Ia membantu Kwangmin berdiri dan meningalkan tempat itu lalu kembali ke rumah.

Author POV end

***
 

TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength