[FF] Sayonara Part 5
Sura terus
memperhatikanku dengan senyumnya yang tak pernah lepas dari wajah cantikya. Aku
membalas senyumannya sambil terus menyelesaikan latihan dance ku hari ini.
Setelah kupikir-kupikir lagi, hari ini juga aku akan menyatakan perasaanku
padanya. Aku selalu teringat oleh kata-kata Youngmin. Aku tidak mau menyesal
nantinya, jika aku tidak secepatnya menyatakan perasaanku pada Sura. Lagi pula
aku kan seorang namja. Jadi aku harus berani untuk menyatakan perasaanku pada
yeoja yang selama ini aku suka.
Aku menghampiri Sura
yang tengah berdiri.
“Sepertinya geraka
dance mu itu sudah mengalami banyak perubahan. Aku bangga padamu.”
“Gomawo. Ng.. Sura,
aku ingin membicarakan sesuatu padamu.”
“Mwoya?” Sura Nampak
mengerutkan keningnya.
Aku berusaha untuk
berdiri tepat dihadapannya, lalu kutatap kedua matanya.
“Aku menyukaimu.”
“Heh? Mworago?”
“Aku menyukaimu Sura!
Dari semenjak aku bertemu denganmu disini. Dari semenjak aku menatap kedua mata
indahmu. Mendengar tawamu dan mendengar suara indahmu. Juga saat senyumanmu
mampu memenuhi seluruh pikiranku. Aku menyukaimu.” Kataku menegaskan
“G-geotjimal. Kumohon
jangan bercanda seperti ini!”
“Aku tidak bercanda!
Dan aku sama sekali tidak berbohong padamu. Seluruh semangat yang kau berikan
padaku, membuat aku jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan semua yang sudah kita
lakukan disini. Aku mulai mencintaimu.”
“Ani! Kau tidak boleh
mencintaiku!” Sura mengelengkan kepalanya. “Kau harus mengubur rasa cintamu
padaku!”
Seperti sebuah pukulan
yang tepat mengenai wajahku, bahkan seluruh tubuhku. Dadaku terasa sesak.
Sangat sesak. Aku tidak mampu bernapas dengan baik. Setelah mendengar apa yag
baru saja Sura katakan.
“Tapi kenapa? Apa kau
tidak menyukaiku? Atau kau justru menyukai Hyung ku? Kau mencintainya, eoh!?
Katakan padaku!”
“Ani! Aku sama sekali
tidak mencintai Hyung mu. Menyukainya pun tidak! Aku hanya tidak ingin
membuatmu sedih! Aku tidak ingin melihat air matamu!”
“Maksudmu apa? Aku
sama sekali tidak mengerti.”
“Kumohon..” Sura
meneteskan air matanya, “Jangan mencintaiku Kwangmin-ah!”
Aku berusaha untuk
menghapus air mata dipipinya, namun Sura menutup mulutnya dengan mengguakan
salah satu tangannya lalu pergi menjauh dariku.
Aku sama sekali tidak
mengerti. Ia menyuruhku untuk mengubur rasa cintaku padanya. Hanya karena ia
tidak ingin melihat air mataku. Ia tidak ingin aku sedih. Tapi ia memberi
alasan yang mebuatku bingung. Kenapa ia mengatakan hal itu? Memangnya ada hal
apa yang membuatku akan sedih, hingga ia berani mengatakan hal itu padaku!? Aku
benar-benar tidak mengerti. Kuharap Sura datang dan mencabut kembali kata-katanya
tadi. Tapi ia benar-benar sudah pergi.
Aku memegangi kepalaku
dengan kedua tangan. Aku tidak mampu membendung air mataku yang langsung jatuh
ke pipiku. Aku menjatuhkan diriku hingga kedua lututku sedikit membentur
lantai.
“Aaaaaarrrrrggghhhh…”
“Kwangmin-ah.. Neo
gwaenchanayo? Hhhh..” Youngmin datang dan mengatur nafasnya. “Saat aku
menyusulmu kesini, aku mendengar suara
teriakkanmu. Aku sangat mengkhawatirkanmu.”
Aku tidak tau lagi
harus bagaimana. Kutatap Youngmin dengan penuh arti.
“Kau kenapa? Jawab
pertanyaanku Kwangmin-ah! Jangan membuatku tambah mengkhawatirkanmu!” Youngmin
memegang kedua pundakku
“Dia mengatakan kalau
aku tidak boleh mencintainya, Hyung..”
“Mwo?”
“Dia pergi. Dia
menyuruhku untuk mengubur perasaanku padanya.”
“Kau sudah menyatakan
perasaanmu padanya!?”
Aku mengangguk pelan.
“Dia hanya tidak ingin
membuatku sedih. Dan dia tidak ingin melihat air mataku. Aku tidak mengerti
Hyung..”
Youngmin sedikit
menunduk. Mungkin ia sedang berpikir tentang hal yang sama sepertiku.
“Ini aneh. Seharusnya
ia bisa memberi alasan yang lebih jelas padamu. Kita harus menyelidikinya
Dongsaeng..”
Aku menunduk. Kutepis
air mataku yang hendak jatuh ke pipiku.
“Aku lelah. Aku ingin
pulang.”
“Baiklah.”
Youngmin membantuku
untuk berdiri dan mengambilkan tasku.
Ditengah perjalan
menuju rumah, aku mengurungkan niatku untuk pulang. Aku meminta Youngmin untuk
menemaniku ke taman.
Aku duduk di salah satu
kursi taman. Kutatap langit dengan rembulan yang memancarkan cahayanya.
Pikiranku masih terngiang kejadian tadi sore. Rasa kecewa mulai menghantuiku.
mulai dari kecewa dengan jawaban Sura, hingga kecewa pada diriku sendiri yang
sudah menyatakan perasaanku padanya, hingga ia menangis dan pergi seperti tadi.
“Mianhaeyo, Sura. Aku
sudah membuatmu menangis.”
Aku mendesah.
Kupejamkan kedua mataku. Tak terasa mataku terasa basah.
“Setidaknya kau sudah
berani menyatakan perasaanmu kepada yeoja yang kau suka.”
Aku membuka mataku
yang masih basah.
“Tapi aku menyesal.”
“Tidak ada yang perlu
disesalkan. Seharusnya kau sudah memikirkan konksekuensinya sejak awal. Aku
tidak pernah mengatakan hal itu padamu ya? Ah, mianhaeyo. Aku jadi merasa
bersalah padamu.”
“Ani Hyung. Selama ini
kau sudah banyak membantuku. Terimakasih banyak. Tanpa semua arahan darimu,
mungkin aku tidak akan pernah menyatakan perasaanku padanya. Aku hanya ingin ia
tau tentang perasaanku yang sebenarnya. Kau benar. Seharusnya aku memikirkan
konsekuensinya terlebih dahulu sebelum aku melakukan hal itu. Tapi semuanya
sudah terlambat. Sura sudah tau tentang perasaanku padanya. Dan itu hak nya
untuk bisa menerima perasaanku atau tidak. Aku tidak boleh memaksanya untuk
mencoba mencitaiku, kan Hyung?”
Youngmin mengangguk.
Ia menghampiriku lalu menepuk pundakku. Tanpa kata-kata lagi, aku langsung memeluknya
dengan erat. Youngmin membalas pelukkanku sambil beberapa kali mengusap
punggungku. Aku terus menangis dipelukkannya. Dadaku terasa sangat sesak. Entah
apa yang bisa kulakukan lagi selain hanya memeluk Youngmin seperti ini.
“Malam ini kau tidur
bersamaku, ya!?” Pinta Youngmin. Aku hanya mengangguk dengan pelan.
Rasanya aku tidak
ingin melepas pelukkannya ini. Kalau sudah memeluknya, rasa nyaman pun selalu
hinggap pada diriku. Tapi aku memaksa untuk melepaskan pelukkanku, setelah aku
merasa agak lebih baik dari sebelumnya.
“Aku lelah Hyung..”
Youngmin
membelakangiku lalu membungkukkan tubuhnya.
“Naiklah! Aku akan
menggendongmu.”
“Mwo?” Tanyaku pelan.
Youngmin
mengisyaratkanku untuk segera naik ke punggungnya. Perlahan, kusentuh kedua pundaknya
lalu memeganggnya dengan erat. Sementara aku naik ke punggung Youngmin. Kami
mulai melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah.
“Aku berat ya Hyung?”
“Ani Dongsaeng.”
“Mianhae Hyung.. Aku
selalu merepotkanmu.”
“Kenapa kau berbicara
seperti itu? Kau kan saudara kembarku. Jadi tidak masalah dengan semua yang
sudah kulakukan padamu.”
“Aku bangga memiliki
Hyung sepertimu. Bangga memiliki saudara kembar sepertimu. Terimakasih banyak
Jo Youngmin.”
Aku menyandarkan
kepalaku dipundak Youngmin, hingga perlahan mataku terpejam.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar