Sabtu, 08 November 2014

[FF] Sayonara Part 5


[FF] Sayonara Part 5



             Sura terus memperhatikanku dengan senyumnya yang tak pernah lepas dari wajah cantikya. Aku membalas senyumannya sambil terus menyelesaikan latihan dance ku hari ini. Setelah kupikir-kupikir lagi, hari ini juga aku akan menyatakan perasaanku padanya. Aku selalu teringat oleh kata-kata Youngmin. Aku tidak mau menyesal nantinya, jika aku tidak secepatnya menyatakan perasaanku pada Sura. Lagi pula aku kan seorang namja. Jadi aku harus berani untuk menyatakan perasaanku pada yeoja yang selama ini aku suka.

             Aku menghampiri Sura yang tengah berdiri.
             “Sepertinya geraka dance mu itu sudah mengalami banyak perubahan. Aku bangga padamu.”
             “Gomawo. Ng.. Sura, aku ingin membicarakan sesuatu padamu.”
             “Mwoya?” Sura Nampak mengerutkan keningnya.
             Aku berusaha untuk berdiri tepat dihadapannya, lalu kutatap kedua matanya.
             “Aku menyukaimu.”
             “Heh? Mworago?”
             “Aku menyukaimu Sura! Dari semenjak aku bertemu denganmu disini. Dari semenjak aku menatap kedua mata indahmu. Mendengar tawamu dan mendengar suara indahmu. Juga saat senyumanmu mampu memenuhi seluruh pikiranku. Aku menyukaimu.” Kataku menegaskan
             “G-geotjimal. Kumohon jangan bercanda seperti ini!”
             “Aku tidak bercanda! Dan aku sama sekali tidak berbohong padamu. Seluruh semangat yang kau berikan padaku, membuat aku jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan semua yang sudah kita lakukan disini. Aku mulai mencintaimu.”
             “Ani! Kau tidak boleh mencintaiku!” Sura mengelengkan kepalanya. “Kau harus mengubur rasa cintamu padaku!”
             Seperti sebuah pukulan yang tepat mengenai wajahku, bahkan seluruh tubuhku. Dadaku terasa sesak. Sangat sesak. Aku tidak mampu bernapas dengan baik. Setelah mendengar apa yag baru saja Sura katakan.
             “Tapi kenapa? Apa kau tidak menyukaiku? Atau kau justru menyukai Hyung ku? Kau mencintainya, eoh!? Katakan padaku!”
             “Ani! Aku sama sekali tidak mencintai Hyung mu. Menyukainya pun tidak! Aku hanya tidak ingin membuatmu sedih! Aku tidak ingin melihat air matamu!”
             “Maksudmu apa? Aku sama sekali tidak mengerti.”
             “Kumohon..” Sura meneteskan air matanya, “Jangan mencintaiku Kwangmin-ah!”
             Aku berusaha untuk menghapus air mata dipipinya, namun Sura menutup mulutnya dengan mengguakan salah satu tangannya lalu pergi menjauh dariku.

             Aku sama sekali tidak mengerti. Ia menyuruhku untuk mengubur rasa cintaku padanya. Hanya karena ia tidak ingin melihat air mataku. Ia tidak ingin aku sedih. Tapi ia memberi alasan yang mebuatku bingung. Kenapa ia mengatakan hal itu? Memangnya ada hal apa yang membuatku akan sedih, hingga ia berani mengatakan hal itu padaku!? Aku benar-benar tidak mengerti. Kuharap Sura datang dan mencabut kembali kata-katanya tadi. Tapi ia benar-benar sudah pergi.

             Aku memegangi kepalaku dengan kedua tangan. Aku tidak mampu membendung air mataku yang langsung jatuh ke pipiku. Aku menjatuhkan diriku hingga kedua lututku sedikit membentur lantai.
             “Aaaaaarrrrrggghhhh…”

             “Kwangmin-ah.. Neo gwaenchanayo? Hhhh..” Youngmin datang dan mengatur nafasnya. “Saat aku menyusulmu  kesini, aku mendengar suara teriakkanmu. Aku sangat mengkhawatirkanmu.”
             Aku tidak tau lagi harus bagaimana. Kutatap Youngmin dengan penuh arti.
             “Kau kenapa? Jawab pertanyaanku Kwangmin-ah! Jangan membuatku tambah mengkhawatirkanmu!” Youngmin memegang kedua pundakku
             “Dia mengatakan kalau aku tidak boleh mencintainya, Hyung..”
             “Mwo?”
             “Dia pergi. Dia menyuruhku untuk mengubur perasaanku padanya.”
             “Kau sudah menyatakan perasaanmu padanya!?”
             Aku mengangguk pelan.
             “Dia hanya tidak ingin membuatku sedih. Dan dia tidak ingin melihat air mataku. Aku tidak mengerti Hyung..”
             Youngmin sedikit menunduk. Mungkin ia sedang berpikir tentang hal yang sama sepertiku.
             “Ini aneh. Seharusnya ia bisa memberi alasan yang lebih jelas padamu. Kita harus menyelidikinya Dongsaeng..”
             Aku menunduk. Kutepis air mataku yang hendak jatuh ke pipiku.
             “Aku lelah. Aku ingin pulang.”
             “Baiklah.”
             Youngmin membantuku untuk berdiri dan mengambilkan tasku.

             Ditengah perjalan menuju rumah, aku mengurungkan niatku untuk pulang. Aku meminta Youngmin untuk menemaniku ke taman.
             Aku duduk di salah satu kursi taman. Kutatap langit dengan rembulan yang memancarkan cahayanya. Pikiranku masih terngiang kejadian tadi sore. Rasa kecewa mulai menghantuiku. mulai dari kecewa dengan jawaban Sura, hingga kecewa pada diriku sendiri yang sudah menyatakan perasaanku padanya, hingga ia menangis dan pergi seperti tadi.
             “Mianhaeyo, Sura. Aku sudah membuatmu menangis.”
             Aku mendesah. Kupejamkan kedua mataku. Tak terasa mataku terasa basah.
             “Setidaknya kau sudah berani menyatakan perasaanmu kepada yeoja yang kau suka.”
             Aku membuka mataku yang masih basah.
             “Tapi aku menyesal.”
             “Tidak ada yang perlu disesalkan. Seharusnya kau sudah memikirkan konksekuensinya sejak awal. Aku tidak pernah mengatakan hal itu padamu ya? Ah, mianhaeyo. Aku jadi merasa bersalah padamu.”
             “Ani Hyung. Selama ini kau sudah banyak membantuku. Terimakasih banyak. Tanpa semua arahan darimu, mungkin aku tidak akan pernah menyatakan perasaanku padanya. Aku hanya ingin ia tau tentang perasaanku yang sebenarnya. Kau benar. Seharusnya aku memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu sebelum aku melakukan hal itu. Tapi semuanya sudah terlambat. Sura sudah tau tentang perasaanku padanya. Dan itu hak nya untuk bisa menerima perasaanku atau tidak. Aku tidak boleh memaksanya untuk mencoba mencitaiku, kan Hyung?”
             Youngmin mengangguk. Ia menghampiriku lalu menepuk pundakku. Tanpa kata-kata lagi, aku langsung memeluknya dengan erat. Youngmin membalas pelukkanku sambil beberapa kali mengusap punggungku. Aku terus menangis dipelukkannya. Dadaku terasa sangat sesak. Entah apa yang bisa kulakukan lagi selain hanya memeluk Youngmin seperti ini.
             “Malam ini kau tidur bersamaku, ya!?” Pinta Youngmin. Aku hanya mengangguk dengan pelan.
             Rasanya aku tidak ingin melepas pelukkannya ini. Kalau sudah memeluknya, rasa nyaman pun selalu hinggap pada diriku. Tapi aku memaksa untuk melepaskan pelukkanku, setelah aku merasa agak lebih baik dari sebelumnya.
             “Aku lelah Hyung..”
             Youngmin membelakangiku lalu membungkukkan tubuhnya.
             “Naiklah! Aku akan menggendongmu.”
             “Mwo?” Tanyaku pelan.
             Youngmin mengisyaratkanku untuk segera naik ke punggungnya. Perlahan, kusentuh kedua pundaknya lalu memeganggnya dengan erat. Sementara aku naik ke punggung Youngmin. Kami mulai melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah.

             “Aku berat ya Hyung?”
             “Ani Dongsaeng.”
             “Mianhae Hyung.. Aku selalu merepotkanmu.”
             “Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau kan saudara kembarku. Jadi tidak masalah dengan semua yang sudah kulakukan padamu.”
             “Aku bangga memiliki Hyung sepertimu. Bangga memiliki saudara kembar sepertimu. Terimakasih banyak Jo Youngmin.”
             Aku menyandarkan kepalaku dipundak Youngmin, hingga perlahan mataku terpejam.

***


 TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength