Sabtu, 08 November 2014

[FF] Sayonara


 
Title: Sayonara
Author: Han Rae Hwa
Rating: T
Genre: Romance
Main Cast:
-     Kim Sura (OC)
-     Jo Kwangmin ‘BoyFriend’
-     Jo Youngmin ‘BoyFriend’


Kwangmin POV

             Namaku Jo Kwangmin. Aku memiliki saudara kembar bernama Jo Youngmin, yang terlahir enam menit lebih dulu dari aku. Aku dan Youngmin juga memiliki seorang adik laki-laki bernama Jo Hyunmin, yang usianya hanya berbeda dibawah kami sedikit. Appa ku masih bekerja di salah satu perusahan ternama di Seoul, warisan yang diberikan oleh Kakekku. Sementara Eomma hanya sebagai Ibu rumah tangga. Eomma pernah bilang padaku dan juga yang lainnya. Baginya, pekerjaan menjadi seorang Ibu lebih berarti dari pekerjaan-pekerjaan lainnya. Itu sebabnya Eomma lebih senang jika hanya dirumah dan mengurusi suami juga ketiga anak laki-lakinya.

             Aku masih duduk dibangku kelas dua SMA. Bersama dengan Youngmin, kami berada dikelas yang sama semenjak kami memasuki kelas satu SMA.

             “Kwangmin-ah, cepat habiskan sarapanmu. Kita akan berangkat sekolah.” Perintah Youngmin padaku.
             Aku mengangguk dan segera  menghabiskan sarapanku. Setelah menghabiskan satu gelas penuh susu putih hangat, aku segera menyusul Youngmin yang meninggalkan ruang makan. Kuraih sepedaku dan meghampiri Youngmin yang menungguku didepan halaman rumah. Kebetulan jarak rumahku menuju sekolah tidak terlalu jauh. Hanya memerlukan waktu sekitar lima belas menit untuk sampai dengan menggunakan sepeda.


             Aku menaruh tasku diatas meja sesampainya dikelas. Youngmin pun melakukan hal yang sama denganku. Beberapa temanku yang baru saja datang menyambut Youngmin dengan ramah. Beberapa diantaranya juga menyapaku.
             Songsaengnim masuk ke dalam kelas saat bel dibunyikan dari lima menit yang lalu. Kami memulai pelajaran pertama.

             “Perpindahan Jihyun ke sekolah baru membuat kelas ini tidak memiliki ketua kelas. Adakah yang berminat untuk menggantikan posisi Jihyun menjadi ketua kelas?” Tanya Songsaengnim, selaku wali kelas kami saat pelajaran selesai dibahas.
             Aku melirik ke arah teman-temanku yang saling bertanya siapakah yang pantas untuk menggantikan posisi Jihyun sebagai ketua kelas.
             “Bagaimana dengan Youngmin? Dia kan ketua tim basket. Sepertinya dia juga mampu menjadi ketua dikelas. Menurut kalian bagaimana?” Ujar salah satu temanku
             “Aku setuju. Youngmin pasti dapat diandalkan. Dia kan cerdas.” Sahut temanku yang lainnya
             “Bagaimana Youngmin? Apa kau mau menjadi ketua kelas, untuk menggantikan Jihyun?”
             “Bagaimana jika Kwangmin saja? Aku yakin ia memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.”
             Aku terkejut. Secara tiba-tiba Youngmin memilihku untuk menjadi ketua kelas. Lagi pula tidak ada yang memihakku jika aku menjadi ketua kelas.
             “Ani hyung. Benar kata teman-teman yang lain. Kau kan ketua tim basket. Jadi kau sudah terbiasa menjadi pemimpin untuk anggota tim basketmu. Kukira kau juga mampu memimpin kami. Jadi, lebih baik kau saja yang menjadi ketua kelas.”
             “Baiklah, kalau begitu aku putuskan kau untuk menjadi ketua kelas Youngmin-ah.”

             Aku tersenyum getir. Aku cukup senang karena Youngmin sempat mengajukan aku untuk menjadi ketua kelas. Meski pada akhirnya ia sendiri yang menjadi ketua kelas. Youngmin memang bisa diandalkan. Selain baik, ia juga terkenal disini. Sebagai ketua tim basket, tak jarang banyak yeoja yang selalu berusaha untuk mendapatkan perhatiannya. Bahkan banyak juga yang berusaha untuk mendekatinya. Tapi yang kutau, Youngmin tidak mudah tertarik dengan yeoja-yeoja yang selalu mencari perhatiannya itu.

             Sepulang sekolah, aku menyempatkan diri untuk pergi ke atap. Masih digedung yang sama dimana kelasku berada. Aku membuka pintu tralis yang tertutup. Kurentangkan kedua tanganku dan menghirup udara segar sembari memejamkan kedua mataku. Tempat ini menjadi tempat favoritku semenjak dua bulan terakhir. Aku merasa nyaman jika berada disini. Rasanya aku bisa melakukan apapun disini tanpa ada yang mengetahui.
             Kuraih saku celanaku dan merogohnya untuk mengerluarkan ponsel. Aku membuka aplikasi musik dan menyalakan sebuah lagu. Seperti biasanya, aku melakukan pemanasan sebelum aku memulai latihan dance. Ya, sudah dua bulan terakhir aku mencoba untuk melatih kemampuan dance ku. Entah kenapa, aku sangat tertarik dengan dunia dance. Ku kira aku tidak memiliki bakat. Tapi setelah aku berlatih dance, rasanya duniaku ada disana. Maka dari itu, aku selalu berlatih dance sepulang sekolah di atap. Aku masih belum berani jika berlatih dance dirumah. Mungkin karena aku malu jika aku mengungkapkan bakat terpendamku kepada semua keluargaku. Maka kuputuskan memilih atap untuk menjadi tempat berlatih danceku.
             “Wooahh..”
             Seorang yeoja tengah berdiri tepat dihadapanku. Dan hal itu membuat aku terkejut hingga aku kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh.
             “Ah, mianhaeyo.. Biar aku bantu..”
             Yeoja itu membantuku untuk berdiri.
             “Gomawo. Kau siapa?” Tanyaku sembari membersihkan bajuku yang sedikit kotor.
             “Aku Kim Sura. Kedatanganku mengejutkanmu ya? Sekali lagi aku minta maaf.” Yeoja itu membungkukkan badannya.
             “Gwaenchana. Ku kira, hanya aku yang tau tempat ini.”
             Aku mematikan musik diponselku lalu duduk menghadap ke arah lapangan. Yeoja itu duduk disampingku.
             “Tidak sedikit yang mengetahui tempat ini. Tapi hanya beberapa yang membuat tempat ini menjadi tempat favoritnya. Termasuk aku. Kau juga ya? Apa kau sering kesini?”
             Aku mengangguk. “Tempat ini menjadi tempat yang nyaman bagiku. Aku beruntung bisa menemukan tempat senyaman ini. Tapi, sepertinya aku harus membagi tempat ini denganmu ya!?”
             Yeoja bernama Sura itu tertawa kecil. “Sepertinya begitu.”
             “Tawamu lucu sekali Sura.” Sebuah kata yang tiba-tiba saja kulontarkan dari bibirku. Aku sedikit menunduk.
             “Jinjja? Aku jadi malu.”
             Aku tersenyum.
             “Namamu siapa?”
             Aku menoleh. “Kau tidak mengenalku ya?” Kualihkan lagi pandanganku darinya. “Aku Kwangmin. Jo Kwangmin. Ternyata tidak semua murid disini mengenalku, ya!?”
             “Mworago?”
             “Saudara kembarku lebih terkenal dari pada aku. Selain tampan, baik dan pintar, ia adalah seorang ketua tim basket disekolah. Memiliki lebih banyak teman dari pada aku. Ia juga digilai oleh banyak yeoja disini. Dan yang paling menyebalkan, murid-murid disini mengenalku karena aku adik kembarnya Youngmin. Karena nama Youngmin yang dikenal banyak orang. Tidak seperti aku.”
             “Geurae..”
             “Terkadang aku iri dengannya. Ia seperti makhluk yang begitu sempurna. Walaupun sebenarnya aku sangat bangga memiliki hyung seperti dirinya. Apa kau juga menyukainya seperti yeoja-yeoja yang lainnya?” Tanyaku ingin tahu.
             Sura menggeleng.
             “Kukira kau sama dengan yang lainnya.”
             “Kau ini, baru pertama kali kenal denganku tapi sudah berpendapat seperti itu.”
             “Mianhae.. Aku tidak bermaksud seperti itu.”

             Kami mulai terdiam. Tak lama ponselku bergetar.
             “Yeoboseyo. Waeyo Hyung?”
             Youngmin menghubungiku lewat ponsel. Ia bilang aku harus segera pulang kerumah karena hari sudah mulai sore.
             “Baiklah, aku akan segera pulang kerumah.” Jawabku lalu menutup telepon. “Mianhae Sura. Aku harus segera pulang kerumah.” Aku bangkit lalu mengambil tasku.
             Sura mengangguk.
             “Apa kau tidak pulang?”
             “Kau duluan saja.”
             “Tidak apa-apa jika aku tinggalkan kau disini sendirian?”
             “Gwaenchana.”
             “Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu.”
             Sura mengangguk lagi lalu tersenyum. Ia melambaikan tangannya ke arahku. Aku tersenyum lalu membalas lambaian tangannya.

             Benar saja, hari sudah semakin sore. Langit yang tadinya berwarna biru muda kini berganti warna menjadi jingga. Warna yang indah sekali. Sepanjang perjalanan, terbayang senyuman Sura yang terngiang-ngiang dipikiranku. Aiishh, ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku selalu terbayang wajahnya, dengan senyumannya yang manis itu? Mungkinkah aku jatuh cinta padanya? Aigoo.. Aku kan baru pertama kali bertemu dengannya. Tidak mungkin aku langsung jatuh cinta padanya hanya karena senyumannya yang membuatku selalu memikirkannya seperti ini.

             Saat hendak berbelok, sepedaku tiba-tiba oleng dan akhirnya menabrak tiang listrik lalu terjatuh.
             “Aaawww..”

             Aku sempat mendengar langkah kaki dari sebuah rumah tak jauh dari tempatku terjatuh.

             “Kwangmin-ah.. Neo gwaenchanayo?”

             Ternyata suara langkah kaki yang kudengar tadi adalah Youngmin. Aku terjatuh tak jauh dari rumahku sendiri. Dan betapa bodohnya aku, aku sama sekali tidak menyadari hal itu sejak tadi. Kalau saja aku tidak jatuh seperti ini, mungkin aku bisa melewati rumahku sendiri karena bayangan wajah Sura yang terngiang dipikiranku.
             “Kakiku sakit.. Sikutku juga..” Rengekku
             “Ayo, biar ku bantu!” Youngmin mengulurkan tangannya dan menopang tubuhku. Youngmin membawaku masuk kedalam rumah.
             “Kwangmin Hyung.. Kau kenapa?” Tanya Hyunmin saat ia membuka pintu
             “Hyunmin-ah, tolong bawa sepeda Kwangmin masuk. Dan simpan didalam garasi.” Perintah Youngmin.
             Hyunmin mengangguk dan langsung bergegas keluar.

             Youngmin membaringkanku disofa panjang yang ada diruang tengah.
             “Kenapa kau bisa seperti ini, eoh?” Tanya Youngmin
            Eomma datang dan duduk disampingku. “Kwangmin-ah.. Apa yang terjadi padamu?” Tanyanya khawatir.
             “Ng..”
             Aku bingung dibuatnya. Tidak mungkin kan, aku bilang kepada mereka kalau aku menabrak tiang listrik dan akhirnya terjatuh hanya karena aku sedang memikirkan Sura!?
             “Ng.. Aku hanya tidak hati-hati saat hendak belok dipertigaan. Aku hilang keseimbangan dan akhirnya aku terjatuh.”
             “Aigoo.. Untung saja kau tidak terluka parah. Biar Eomma obati lukamu.”

             Setelah selesai diobati, Youngmin memapah tubuhku ke kamar. Ia membaringkanku ke tempat tidur.
             “Jika kau butuh bantuan, kau panggil aku saja. Aku akan membantumu. Oh ya, besok, kau naik sepeda bersamaku. Aku akan memboncengmu. Kakimu masih belum pulih.”
             Aku mengangguk. “Gomawo hyung..”

             Pikiranku kembali memikirkan Sura. Ah, tidak. Bukan memikirkannya. Melainkan hanya terpikirkan. Senyuman manis itu tidak bisa menghilang dari pikiranku. Sepertinya sudah mulai melekat dipikiranku.
             “Aiishh.. Aku ini kenapa sih!?”
             Tapi jika kupikir, Sura memang cantik. Senyumannya yang manis itu membuat wajahnya terlihat makin cantik. Dengan postur tubuh yang ideal membuatnya semakin sempurna.
             “Omo!! Kwangmin-ah.. Berhenti memikirkannya!!”
             Kututup wajahku menggunakan bantal. Berusaha untuk menghilangkan pikiranku tentangnya. Kupejamkan mataku hingga aku benar-benar tertidur.

***

TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength