TWINS Part 9
Setelah
mendapatkan informasi dari Hyunmin tentang keberadaan dimana Youngmin dirawat,
Chorong dan Naeun segera pergi ke Rumah Sakit.
Naeun
terus mendekap Chorong sambil berjalan menuju kamar rawat Youngmin yang berada
dilantai 3 Rumah Sakit. Jantung Chorong berdegup sangat kencang. Wajahnya
terlihat sendu dengan air mata yang terus mengalir dari sudut matanya.
Ckleek..
Naeun
membuka pintu kamar rawat Youngmin. Tatapan matanya tertuju ke arah tiga namja
didalam ruangan itu. Ia menyunggingkan senyumnya dan menghampiri mereka.
“Kupikir
kau tidak akan datang!” Celetuk Kwangmin dengan tatapan sinis ke arah Chorong.
Chorong
hanya menunduk dan terdiam. Kini seluruh penyesalannya memuncak ketika kedua
matanya menatap seseorang yang ia cintai sedang terbaring lemah di tempat tidur
RS. Air matanya kembali jatuh. Sekelebat bayangan terngiang dipikirannya. Saat
ia mengetahui kalau kedua anak kembar itu telah membohonginya. Telah
mengecewakannya dan telah mempermainkan cintanya. Tapi jauh didasar hatinya,
siapapun Youngmin, ia tetap mencintainya. Walau bagaimanapun, Youngmin tetaplah
cinta pertamanya. Sekalipun ia sudah menyakitinya.
“Aku
menyesal..” Gumam Chorong
“Tak
ada gunanya lagi kau menyesalinya.” Ujar Hyunmin pelan. “Semuanya sudah
terjadi.”
“Kau
egois! Naeun saja bisa langsung memaafkan kami, kenapa kau tidak bisa, eoh!?”
Chorong
memasang wajah sinis. Seluruh amarahnya kini memuncak. Ia mengepalkan kedua
tangannya dan memandang Kwangmin tanda tak suka.
“Jangan
banding-bandingkan aku dengan Naeun! Aku ini Chorong! Bukan Naeun! Bukan yeoja
yang bisa langsung memaafkan orang yang telah menyakitiku! Kau pikir aku tidak
memiliki hati? Kau pikir hatiku bisa langsung menerima semuanya? Tidak semudah
itu Kwangmin-ah!!”
Air
mata Chorong mengalir deras. Ia menutupi mulutnya dengan salah satu tangannya
lalu berlari keluar ruangan. Naeun dan Hyunmin memperhatikannya. Sementara
Kwangmin hanya menunduk.
Hyunmin
mengalihkan pandangannya ke arah Youngmin. Kedua mata Hyunmin terbelalak saat
pandangannya tak sengaja melihat sebuah alat dengan layar yang seperti
menggambarkan beberapa garis dengan warna yang berbeda, di sebuah meja tak jauh
dari ranjang Youngmin. Layar di alat itu menunjukkan garis yang terlihat
berbeda dari sebelumnya dengan mengeluarkan sebuah bunyi yang membuat Hyunmin
yang melihatnya semakin panik.
“Waeyo
Hyunmin-ah?” Tanya Naeun yang terlihat bingung.
Hyunmin menunjuk ke arah alat itu.
Naeun
memperhatikan apa yang ditunjuk oleh Hyunmin. Ia segera keluar dan memanggil
dokter diruangannya.
“Youngmin-ah,
apa yang terjadi padamu? Kau baik-baik saja kan!? Berjanjilah padaku untuk
tidak meninggalkanku. Aku mohon Youngmin-ah!! Aku mohon, bertahanlah!” Kwangmin
menggenggam salah satu tangan Youngmin dengan erat. Kepalanya sudah terasa
pusing karena ia kurang istirahat. Tapi ia tidak mempedulikannya. Ia terus
menatap Youngmin dengan penuh harap. Kwangmin tak mampu membandung air matanya
yang mulai jatuh dengan perlahan.
Eomma
dan Appa mereka masuk diikuti ke empat sahabat Jo Twins. Mereka nampak heran
saat melihat tingkah kedua anak laki-lakinya yang terlihat panik.
“Ada
apa ini? Apa yang terjadi?”
Tak lama Naeun
datang dengan seorang dokter dan beberapa perawat yang segera memeriksa keadaan
Youngmin.
“Ku
mohon menjauhlah darinya. Aku akan memeriksa keadaannya.”
Dokter
itu segera memeriksa keadaan Youngmin sementara yang lain menunggu dengan
perasaan gelisah dan penuh kekhawatiran. Sementara Naeun menatap ke arah pintu.
Ia keluar dan mencari dimana keberadaan Chorong.
Author
POV end
Chorong
POV
Aku
tidak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini. Aku tidak bermaksud untuk
melukai Youngmin. Karena dia sendiri pun telah menyakitiku dengan cara
membohongiku. Dan memang seharusnya ia megetahui kalau aku sangat kecewa
padanya, juga kepada saudara kembarnya. Tapi kenapa ia justru menjadi seperti
ini? Apa jika saat itu aku tidak pergi dan Youngmin tak mengejarku lalu
kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi!?
Tuhan,
apa yang harus aku lakukan saat ini? Aku benar-benar bingung. Apa yang
dikatakan Kwangmin benar? Apa semua ini memang salahku? Salahku hingga keadaan
Youngmin menjadi kritis seperti ini? Walaupun sebenarnya aku tidak suka dengan
perkataan Kwangmin yang membanding-bandingkanku dengan Naeun.
Aku
menatap ke langit-langit lewat balkon. Masih di lantai yang sama dengan kamar
rawat Youngmin. Hingga aku terpaksa menoleh karena ada seseorang yang
memanggilku.
“Eonni..
Kau disini rupanya. Ayo, kita kembali ke kamar rawat Youngmin! Keadaannya
mengalami sebuah masalah.”
“Mwoya?
M-maksudmu apa?”
“Kaja!
Sebaiknya kau ikut aku!”
Naeun
meraih tanganku dan menariknya. Aku terus mengikuti langkahnya. Entah kenapa
jantungku berdegup sangat kencang. Dan perasaanku mulai tidak enak. Ya Tuhan,
apa yang sebenarnya terjadi? Aku mohon, jangan buat semuanya menjadi lebih
buruk. Aku ingin semuanya kembali seperti semula. Dimana kami semua berada
dalam situasi yang baik-baik saja.
Aku
melihat Hyunseong dan Jeongmin keluar dari kamar rawat Youngmin. Raut wajah
mreka sangat menampakan kesedihan. Tiba-tiba air mata jatuh dari sudut mata
mereka. Mereka menatapku dengan iba lalu Jeongmin menunduk.
Aku
benar-benar heran. Kenapa tiba-tiba mereka menangis? Apa yang membuat mereka
menangis? Tuhan, aku mohon kuatkan hatiku jika sesuatu terjadi pada Youngmin.
Kami
memasuki ruangan yang terdapat banyak orang. Kuperhatikan setiap wajah-wajah
yang sendu. Tangisan mulai memecahkan keheningan. Eomma Jo Twins menangis
histeris dipelukkan suaminya. Sementara Hyunmin, Donghyun, Minwoo, Dokter dan
beberapa perawat hanya menundukkan kepala. Hyunmin nampak sedih, dengan air
mata yang berurai. Mereka juga sempat menatapku. Ya, dengan tatapan sendu dan
raut wajah yang menampakan iba padaku. Aku menatap ke arah Kwangmin. Ia menangis
tepat didepan ranjang Youngmin.
“A-apa
yang terjadi?” Tanyaku
“Kau
harus mengikhlaskannya Chorong..” Donghyun membuka suara
“M-maksudmu
a-apa? Y-youngmin baik-baik saja kan!? T-tapi kenapa ia ditutupi dengan kain
putih? Ia akan kesulitan bernapas!” Ujarku dengan terbata-bata
“Dia
sudah pergi. Dia sudah bahagia di Surga. Kau harus bisa menerimanya.”
Air
mataku kembali jatuh. Beberapa kali aku menggelengkan kepalaku. Kudekati
ranjang Youngmin dan membuka kain putih itu dengan gemetar. Kubiarkan wajahnya
bisa kulihat. Ia terlihat damai. Dengan kedua mata yang tertutup rapat, juga
mulutnya. Aku menyentuh rahangnya dan mengelus pipinya. Aku membaringkan
kepalaku didadanya yang sudah tak terdengar lagi detakkan jantungnya. Tak bisa
lagi kurasakan nafasnya. Ia terdiam. Terbujur kaku dan tak dapat bergerak lagi.
aku tidak mengerti kenapa secepat ini.
“Gajima!
Gajima!” Teriakku tanpa peduli dengan orang-orang yang ada disekitarku.
Kupikir
teriakanku bisa membuat Youngmin bisa bangun. Tapi ternyata dugaanku salah. Ia
tetap terdiam dan tidak bangun.
“Kenapa
kau pergi? Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau…” Aku tak dapat lagi
meneruskan kata-kataku.
Seseorang
menarik tubuhku dari belakang. Memaksaku untuk menjauh dari Youngmin.
“Lepaskan
aku! Biarkan aku bersama Youngmin! aku ingin bersama Youngmin! Lepaskan!” Aku
memberontak. Tapi kedua tangan itu sangat kokoh saat menarik tubuhku untuk
menjauh dari Youngmin.
Aku
memperhatikan ke arah pintu. Semua orang ikut keluar bersamaku dan juga Donghyun
yang ternyata menarik tubuhku dari belakang.
“Aku
mohon tenanglah Chorong!”
“Lepaskan..
Lepaskan aku!” Teriakku sambil terus menangis
“Aku
tidak akan melepaskanmu jika kau tidak mau tenang!”
Aku
melewatkan hari ini dengan penuh duka yang menyelimutiku. Duka yang seharusnya tak pernah ada didalam hidupku. Semua warna warni
didalam kehidupanku berubah menjadi kelabu. Bahkan menjadi sangat hitam.
***
TBC~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar