Jumat, 14 November 2014

[FF] TWINS part 9


TWINS Part 9



                Setelah mendapatkan informasi dari Hyunmin tentang keberadaan dimana Youngmin dirawat, Chorong dan Naeun segera pergi ke Rumah Sakit.

                Naeun terus mendekap Chorong sambil berjalan menuju kamar rawat Youngmin yang berada dilantai 3 Rumah Sakit. Jantung Chorong berdegup sangat kencang. Wajahnya terlihat sendu dengan air mata yang terus mengalir dari sudut matanya.

Ckleek..
                Naeun membuka pintu kamar rawat Youngmin. Tatapan matanya tertuju ke arah tiga namja didalam ruangan itu. Ia menyunggingkan senyumnya dan menghampiri mereka.
                “Kupikir kau tidak akan datang!” Celetuk Kwangmin dengan tatapan sinis ke arah Chorong.
                Chorong hanya menunduk dan terdiam. Kini seluruh penyesalannya memuncak ketika kedua matanya menatap seseorang yang ia cintai sedang terbaring lemah di tempat tidur RS. Air matanya kembali jatuh. Sekelebat bayangan terngiang dipikirannya. Saat ia mengetahui kalau kedua anak kembar itu telah membohonginya. Telah mengecewakannya dan telah mempermainkan cintanya. Tapi jauh didasar hatinya, siapapun Youngmin, ia tetap mencintainya. Walau bagaimanapun, Youngmin tetaplah cinta pertamanya. Sekalipun ia sudah menyakitinya.

                “Aku menyesal..” Gumam Chorong
                “Tak ada gunanya lagi kau menyesalinya.” Ujar Hyunmin pelan. “Semuanya sudah terjadi.”
                “Kau egois! Naeun saja bisa langsung memaafkan kami, kenapa kau tidak bisa, eoh!?”
                Chorong memasang wajah sinis. Seluruh amarahnya kini memuncak. Ia mengepalkan kedua tangannya dan memandang Kwangmin tanda tak suka.
                “Jangan banding-bandingkan aku dengan Naeun! Aku ini Chorong! Bukan Naeun! Bukan yeoja yang bisa langsung memaafkan orang yang telah menyakitiku! Kau pikir aku tidak memiliki hati? Kau pikir hatiku bisa langsung menerima semuanya? Tidak semudah itu Kwangmin-ah!!”
                Air mata Chorong mengalir deras. Ia menutupi mulutnya dengan salah satu tangannya lalu berlari keluar ruangan. Naeun dan Hyunmin memperhatikannya. Sementara Kwangmin hanya menunduk.

                Hyunmin mengalihkan pandangannya ke arah Youngmin. Kedua mata Hyunmin terbelalak saat pandangannya tak sengaja melihat sebuah alat dengan layar yang seperti menggambarkan beberapa garis dengan warna yang berbeda, di sebuah meja tak jauh dari ranjang Youngmin. Layar di alat itu menunjukkan garis yang terlihat berbeda dari sebelumnya dengan mengeluarkan sebuah bunyi yang membuat Hyunmin yang melihatnya semakin panik.
                “Waeyo Hyunmin-ah?” Tanya Naeun yang terlihat bingung.

                Hyunmin menunjuk ke arah alat itu.
                “Cepat panggil dokter!”
                Naeun memperhatikan apa yang ditunjuk oleh Hyunmin. Ia segera keluar dan memanggil dokter diruangannya.

                “Youngmin-ah, apa yang terjadi padamu? Kau baik-baik saja kan!? Berjanjilah padaku untuk tidak meninggalkanku. Aku mohon Youngmin-ah!! Aku mohon, bertahanlah!” Kwangmin menggenggam salah satu tangan Youngmin dengan erat. Kepalanya sudah terasa pusing karena ia kurang istirahat. Tapi ia tidak mempedulikannya. Ia terus menatap Youngmin dengan penuh harap. Kwangmin tak mampu membandung air matanya yang mulai jatuh dengan perlahan.

                Eomma dan Appa mereka masuk diikuti ke empat sahabat Jo Twins. Mereka nampak heran saat melihat tingkah kedua anak laki-lakinya yang terlihat panik.
                “Ada apa ini? Apa yang terjadi?”

                Tak lama Naeun datang dengan seorang dokter dan beberapa perawat yang segera memeriksa keadaan Youngmin.
                “Ku mohon menjauhlah darinya. Aku akan memeriksa keadaannya.”

                Dokter itu segera memeriksa keadaan Youngmin sementara yang lain menunggu dengan perasaan gelisah dan penuh kekhawatiran. Sementara Naeun menatap ke arah pintu. Ia keluar dan mencari dimana keberadaan Chorong.
Author POV end

Chorong POV
                Aku tidak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini. Aku tidak bermaksud untuk melukai Youngmin. Karena dia sendiri pun telah menyakitiku dengan cara membohongiku. Dan memang seharusnya ia megetahui kalau aku sangat kecewa padanya, juga kepada saudara kembarnya. Tapi kenapa ia justru menjadi seperti ini? Apa jika saat itu aku tidak pergi dan Youngmin tak mengejarku lalu kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi!?
                Tuhan, apa yang harus aku lakukan saat ini? Aku benar-benar bingung. Apa yang dikatakan Kwangmin benar? Apa semua ini memang salahku? Salahku hingga keadaan Youngmin menjadi kritis seperti ini? Walaupun sebenarnya aku tidak suka dengan perkataan Kwangmin yang membanding-bandingkanku dengan Naeun.

                Aku menatap ke langit-langit lewat balkon. Masih di lantai yang sama dengan kamar rawat Youngmin. Hingga aku terpaksa menoleh karena ada seseorang yang memanggilku.
                “Eonni.. Kau disini rupanya. Ayo, kita kembali ke kamar rawat Youngmin! Keadaannya mengalami sebuah masalah.”
                “Mwoya? M-maksudmu apa?”
                “Kaja! Sebaiknya kau ikut aku!”
                Naeun meraih tanganku dan menariknya. Aku terus mengikuti langkahnya. Entah kenapa jantungku berdegup sangat kencang. Dan perasaanku mulai tidak enak. Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? Aku mohon, jangan buat semuanya menjadi lebih buruk. Aku ingin semuanya kembali seperti semula. Dimana kami semua berada dalam situasi yang baik-baik saja.

                Aku melihat Hyunseong dan Jeongmin keluar dari kamar rawat Youngmin. Raut wajah mreka sangat menampakan kesedihan. Tiba-tiba air mata jatuh dari sudut mata mereka. Mereka menatapku dengan iba lalu Jeongmin menunduk.
                Aku benar-benar heran. Kenapa tiba-tiba mereka menangis? Apa yang membuat mereka menangis? Tuhan, aku mohon kuatkan hatiku jika sesuatu terjadi pada Youngmin.
                Kami memasuki ruangan yang terdapat banyak orang. Kuperhatikan setiap wajah-wajah yang sendu. Tangisan mulai memecahkan keheningan. Eomma Jo Twins menangis histeris dipelukkan suaminya. Sementara Hyunmin, Donghyun, Minwoo, Dokter dan beberapa perawat hanya menundukkan kepala. Hyunmin nampak sedih, dengan air mata yang berurai. Mereka juga sempat menatapku. Ya, dengan tatapan sendu dan raut wajah yang menampakan iba padaku. Aku menatap ke arah Kwangmin. Ia menangis tepat didepan ranjang Youngmin.
                “A-apa yang terjadi?” Tanyaku
                “Kau harus mengikhlaskannya Chorong..” Donghyun membuka suara
                “M-maksudmu a-apa? Y-youngmin baik-baik saja kan!? T-tapi kenapa ia ditutupi dengan kain putih? Ia akan kesulitan bernapas!” Ujarku dengan terbata-bata
                “Dia sudah pergi. Dia sudah bahagia di Surga. Kau harus bisa menerimanya.”
                Air mataku kembali jatuh. Beberapa kali aku menggelengkan kepalaku. Kudekati ranjang Youngmin dan membuka kain putih itu dengan gemetar. Kubiarkan wajahnya bisa kulihat. Ia terlihat damai. Dengan kedua mata yang tertutup rapat, juga mulutnya. Aku menyentuh rahangnya dan mengelus pipinya. Aku membaringkan kepalaku didadanya yang sudah tak terdengar lagi detakkan jantungnya. Tak bisa lagi kurasakan nafasnya. Ia terdiam. Terbujur kaku dan tak dapat bergerak lagi. aku tidak mengerti kenapa secepat ini.
                “Gajima! Gajima!” Teriakku tanpa peduli dengan orang-orang yang ada disekitarku.
                Kupikir teriakanku bisa membuat Youngmin bisa bangun. Tapi ternyata dugaanku salah. Ia tetap terdiam dan tidak bangun.
                “Kenapa kau pergi? Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau…” Aku tak dapat lagi meneruskan kata-kataku.

                Seseorang menarik tubuhku dari belakang. Memaksaku untuk menjauh dari Youngmin.
                “Lepaskan aku! Biarkan aku bersama Youngmin! aku ingin bersama Youngmin! Lepaskan!” Aku memberontak. Tapi kedua tangan itu sangat kokoh saat menarik tubuhku untuk menjauh dari Youngmin.
                Aku memperhatikan ke arah pintu. Semua orang ikut keluar bersamaku dan juga Donghyun yang ternyata menarik tubuhku dari belakang.
                “Aku mohon tenanglah Chorong!”
                “Lepaskan.. Lepaskan aku!” Teriakku sambil terus menangis
                “Aku tidak akan melepaskanmu jika kau tidak mau tenang!”


                Aku melewatkan hari ini dengan penuh duka yang menyelimutiku. Duka yang seharusnya tak pernah ada didalam hidupku. Semua warna warni didalam kehidupanku berubah menjadi kelabu. Bahkan menjadi sangat hitam.

***


TBC~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength