Jumat, 29 Agustus 2014

[CERPEN] Surat Dari Sahabat

Surat Dari Sahabat

   Akhir-akhir ini Cherly menaruh curiga kepada sahabatnya Feby. Kini mereka jarang terlihat bersama, seperti beberapa waktu lalu. Terakhir kali mereka terlihat jalan berdua ke salah satu mall satu minggu yang lalu.

   "Feb, nanti siang ke toko buku yuk!? Pengen beli novel nih.." Ajak Cherly disela-sela makan siang pada jam istirahat
   "Duuhh sorry Cher, gue gak bisa. Gue mau nganterin nyokap belanja bulanan."
   "Yaahh.. Terus kapan dong?"
   "Kapan-kapan deh yaa.."
   Cherly memanyunkan bibirnya sambil mengaduk-aduk jus jeruknya dengan sedotan.

***

   Cherly masuk ke dalam kelas lalu duduk tepat di sebelah Feby.
   "Wooyy.. Asik banget sih pagi-pagi gini udah chattingan. Chattingan sama siapa sih?"
   "Bukan siapa-siapa kok. Hehehe.." Feby mematikan handphone nya lalu memasukannya ke dalam saku baju seragamnya.
   "Ah lo pelit gak mau kasih tau gue."
   "Apasih Cher, orang gak penting kok."
   Lagi-lagi Cherly hanya cemberut.

   Mata Cherly seketika berbinar saat pandangannya tertuju ke salah satu laki-laki yang sedang bermain basket dilapangan.
   "Eh Feb.. Dimas lagi main basket tuh dilapangan. Keren banget yaa!?" Gumam Cherly pelan saat berjalan menuju ke kantin bersama Feby
   "Ah biasa aja."
   "Ah elo.. Dimas tuh ganteng tau.."
   "Iya deh iya. Gue akuin Dimas emang ganteng. Tapi dia buka  tipe cowok idaman gue."
   "Bagus deh, kan gue gak mesti bersaing sama lo buat dapetin dia."
   "Yee siapa juga yang mau bersaing sama lo cuma gara-gara cowok doang. Gak penting lagi. Gue mau menjaga persahabatan kita. Gue gak mau ya perdahabatan kita rusak cuma gara-gara cowok doang." Feby merangkul Cherly
   "Ihh lo kok sweet banget sih Feb.. Jadi makin sayang sama lo.." Jawab Cherly sambil membalas rangkulan Feby.

***

   "Feby.." Sapa Cherly yang baru saja datang
   "Apaan?" Jawab Feby tanpa menoleh
   "Ke mall yuk.. Pengen beli sepatu nih.."
   "Sorry Cher, gue gak bisa. Mesti nganterin nyokap belanja bulanan." Jawab Feby sekenanya.

   Cherly mengerutkan keningnya. Ia menautkan jari telunjuk didagunya lalu duduk disamping Feby.

   'Ada yang aneh.' Pikir Cherly.

   Cherly terus melangkahkan kakinya sambil menunduk. Tiba-tiba ia teringat kata-kata Feby tadi pagi yang menurutnya ada yang janggal.

   Cherly berlari menuju rumahnya yang letaknya tak jauh dari sekolah.

   Setelah berganti pakaian, ia mengambil sepeda nya digudang. Ia mengendarai sepeda itu ke salah satu perumahan yang sering ia kunjungi. Dengan perlahan, Cherly mengintip dari balik pohon. Matanya terus memperhatikan seorang perempuan yang hendak keluar bersama sepedanya. Dengan pelan tapi pasti, Cherly mengikutinya tanpa sepengetahuan perempuan itu.

   Mata Cherly terbelakak saat melihat perempuan itu bertemu dengan salah satu laki-laki ditaman masih di dalam perumahan itu. Mereka terlihat sangat ceria saat bertemu satu sama lain.

   Ada perasaan yang membuat hati Cherly sakit. Bahkan membuat dadanya sangat sakit. Bulir air mata mulai mengumpul disudut matanya. Cherly segera meninggalkan taman dan kembali ke rumah.

***

   Feby masuk ke dalam kelas lalu duduk dibangkunya, tepat disamping Cherly. Ia memperhatikan sahabatnya yang murung sejak ia datang. Bahkan menyapanya seperti biasa pun tidak.
   "Lo kenapa Cher? Tumben diem aja." Tanya Feby sembari menaruh tas di atas mejanya.
   Cherly tidak menjawab. Ia justru hanya menggeleng pelan.

   'Gue gak nyangka lo kayak gini Feb..' Batin Cherly.

   Cherly bangkit lalu mengambil tasnya dan menghampiri temannya yang duduk dibarisan sebelah.
   "Mulai hari ini gue duduk disini sama lo ya Sin.."
   Tanpa menunggu jawaban dari Sindy, Cherly langsung duduk disebelahnya.
   "Eh iya. Boleh kok. Emangnya kenapa? Lo lagi marahan ya sama Feby?"
   Cherly hanya menggeleng pelan.

   Feby yang melihatnya dibuat terkejut oleh sahabatnya. Ia bahkan heran dengan Cherly yang tiba-tiba pindah duduk.

   Feby meraih tangan Cherly lalu menggenggamnya saat Cherly hendak keluar kelas.
   "Lo kenapa sih Cher? Pake pindah duduk segala. Lo ada masalah? Cerita sama gue!"
   "Bukannya lo yang seharusnya cerita semuanya ke gue?" Jawab Cherly pelan
   "Maksud lo apaan sih? Gue gak ngerti."
   "Udahlah Feb!! Lo gak usah belagak gak tau. Lo kemaren ketemuan kan sama Dimas ditaman perumahan lo!? Pake segala bohong lagi ke gue!!"
   "Hah!?"
   "Kemaren gue minta lo buat nemenin gue ke mall. Tapi lo bilang, lo mau anterin nyokap lo belanja bulanan. Minggu lalu juga lo kasih gue alasan yang sama pas gue ngajakin lo ke toko buku. Emangnya nyokap lo belanja bulanan berapa minggu sekali sih!?"
   "Lo.. Lo tau dari mana kalo gue ketemuan sama Dimas ditaman?"
   Cherly menatap Feby dengan sinis.
   "Bener kan, lo ketemuan sama Dimas ditaman!? Akhirnya ngaku juga. Lagian gak penting lo tau dari mana tentang hal itu."
   "Gue bisa jelasin semuanya kok Cher.."
   Cherly melepaskan genggaman Feby dengan kasar.
   "Gue mau pulang!!"

   Feby menatap kepergian sahabatnya yang mulai kecewa dengannya. Ia merasa bersalah tentang hal itu.

   Siangnya Feby berjanjian untuk bertemu dengan Dimas ditempat biasa. Feby menceritakan tentang kejadian hari ini bersama Cherly disekolah kepada Dimas.
   "Dia udah tau?"
   Feby mengangguk.
   "Kayaknya kita gak bisa ketemuan lagi Dim.. Gue takut.."
   "Nggak Feb! Gak bisa kayak gitu!!"
   "Tapi Cherly..."
   Dimas menepuk pundak Feby dengan pelan.

   Sepasang mata tengah memperhatikan mereka berdua dari kejauhan. Dengan amarah yang menggebu dihatinya.

***

   "Cher.. Gue mau ngomong sama lo.."
   "Mau ngomong apa lagi? Lo mau ngomong kalo lo suka sama Dimas?"
   "Nggak.. Bukan begitu Cher.."
   "Halah.. Udahlah Feb. Gak usah mengelak lagi!" Cherly mengibaskan salah satu tangannya lalu pergi meninggalkan Feby.

   "Cherly.." Panggil Dimas sambil berlari mengejar Cherly.
   "Kenapa?" Jawab Cherly ketus
   "Lo kenapa sih, jadi kayak gini? Lo kenapa jadi bersikap kasar sama Feby? Gue mohon jangan salahin Feby. Dia gak salah apa-apa Cher.."
   "Oh, jadi lo ngebela dia?"
   "Bukan begitu. Gue bisa jelasin semuanya Cher.."
   "Jelasin apalagi sih Dim? Jelasin kalo lo sama Feby udah pacaran!? Lo berdua tuh sama aja tau nggak!?"
   Cherly berlari menjauh dari hadapan Dimas.

   Wajahnya mulai basah karena air matanya. Cherly tidak bisa berpikir jernih saat ini.

***

   "Cher.." Sapa Feby
   "Padahal gue udah bahagia banget waktu lo bilang kalo lo nggak mau ngerusak persahabatan kita cuma karena cowok. Gue pikir lo sahabat terbaik gue Feb.. Tapi lo malah nusuk gue dari belakang kayak gini. Gue bener-bener nggak nyangka Feb.."
   "Lo cuma salah paham Cher.. Lo salah paham!!"
   "Udahlah Feb. Gue capek!!"

   Cherly melepaskan gelang persahabatannya bersama Feby lalu menaruh di salah satu telapak tangan Feby.
   "Mulai hari ini, lo bukan sahabat gue lagi!"
   Cherly meninggalkan Feby yang masih terdiam mematung.

   Bagai petir yang menghantamnya saat itu juga, Feby merasakan hatinya bagai ditusuk-tusuk beribu-ribu jarum tajam. Dadanya terasa sesak. Sungguh, bukan ini yang Feby inginkan. Hanya sebuah kesalah pahaman hingga membuat persahabatannya menjadi rusak.

   "Gue minta maaf Cher.."

   Dan mulai hari ini Cherly memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu. Cherly lebih memfokuskan belajar untuk ujian kelulusan nanti.

***

   Cherly dan seluruh murid disekolahnya dinyatakan lulus ujian sekolah dengan nilai yang memuaskan. Cherly sangat bahagia.

   Matanya menoleh ke salah satu laki-laki yang sedang tertawa bersama teman-temannya di barisan paling ujung. Cherly menyunggingkan senyum kecilnya.

   Cherly berjalan menuju kelasnya untuk bertemu teman-temannya. Seketika telinganya mendengar sedikit obrolan beberapa temannya didepan kelas.

   "Denger-denger Feby pindah ya?"
   "Pindah? Pindah kemana? Baru juga lulus."
   "Iya dia mau pindah ke Australia. Katanya sih Ayahnya dipindah tugaskan ke sana. Makanya sekeluarga pindah dan menetap disana. Tapi gak tau deh sampe berapa lama."
   "Iya, Feby juga bilang kayak gitu ke gue. Katanya hari ini dia lagi ngurusin perpindahannya gitu."

   'Feby pindah ke Australia? Pantas aja Feby nggak masuk hari ini.' Batin Cherly.

***

   Cherly dinyatakan lulus dalam tes masuk perguruan tinggi negeri. Mulai hari ini, Cherly sudah resmi menjadi mahasiswi.

   "Cherly.."
   "Dimas!? Lo kuliah disini juga?"
   "Iya. Nggak nyangka yaa kita bisa satu kampus. Oh yaa.. Mengenai peristiwa di SMA dulu..."
   "Gue udah tau semuanya.."
   "Maksud lo?"

   Cherly dan Dimas duduk disalah satu kursi yang ada ditaman di kampusnya.

   Pagi-pagi sekali Cherly sudah menerima paket dari salah satu jasa pengiriman barang. Ia terkejut saat membuka paket itu. Sebuah gelang berwarna cokelat dengan ukiran nama LyBy, singkatan nama Cherly dan Feby. Dibalik ukiran singkatan nama mereka, ada ukiran lain dengan kata 'Forever Friend'.

   Cherly membawa masuk paket itu kedalam kamarnya. Ia menemukan beberapa fotonya bersama Feby saat membuka paket itu. Ia tersenyum kecut saat memperhatikan setiap foto mereka berdua.
   Cherly juga menemukan sebuah surat saat hendak mengambil foto-foto itu. Ia membuka amplop yang berwarna merah muda itu lalu mulai membacanya.

   Dear Cherly.. My Bestfriend..

   Hai Cher.. Apa kabar? Gue harap lo selalu dalam keadaan baik. Maaf ya gue gak bilang ke lo kalo gue pindah ke Australia. Jujur gue takut pas mau bilang ke elo nya Cher. Waktu itu juga kan lo masih marah sama gue.
   Oh ya, denger-denger lo diterima di universitas negeri ya? Terus denger-denger juga lo sekampus sama Dimas kan!? Gue turut bahagia ya Cher ({}) Ciiee yang jadi mahasiswa :P

   Lo mau tau gak, kenapa gue sama Dimas sering ketemuan ditaman? Sampe gue harus bohong sama lo. Sebelumnya gue minta maaf ya Cher. Gue gak ada maksud buat khianatin lo, buat nusuk lo dari belakang. Itu sama sekali bukan niatan gue. Gue juga gak mau persahabatan kita rusak cuma karena cowok!!

   Tujuan gue sering ketemuan sama Dimas karena gue mau comblangin lo sama Dimas. Gue mau lo sama Dimas bersatu dan pacaran. Karena itu Dimas sering minta info ke gue tentang lo. Karena Dimas suka sama lo. Tapi dia bingung gimana caranya buat deketin lo.

   Cherly menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Tak terasa air matanya membasahi pipinya.

   Gue mohon sama lo Cher.. Terima Dimas jadi pacar lo. Dia selalu mikirin lo setiap saat. Gue gak mau usaha dia sia-sia. Jujur saat ini pun dia masih sering hubungin gue cuma buat bilang kalo dia masih suka sama lo. Bahkan dia cinta sama lo.

   Sekali lagi gue minta maaf ya Cher.. Gue sayang banget sama lo. Gue gak mau kehilangan lo. Gue mau sahabatan lagi sama lo Cher, kayak dulu. Cuma lo yang bisa ngertiin gue.

   Gue sayang lo Cher......

                                                        Feby

   Air mata Cherly terus jatuh berlinang ke pipinya. Cherly tidak menyangka kalau selama ini Feby berusaha untuk menyatukan cintanya dengan Dimas. Cinta pertamanya saat ia duduk dibangku SMA.

   "Gue minta maaf Feb.. Gue minta maaf. Sebenernya gue juga sayang banget sama lo Feb. Cuma lo sahabat terbaik gue. Gue nyesel. Gue bener-bener minta maaf."

   "Bagus deh kalo lo udah tau semuanya. Sekarang lo tau kan, betapa gue mencintai lo!?"
   Cherly mengangangguk agak malu.
   "Jadi lo mau kan terima cinta gue?"
   "Iya, gue mau. Gue minta maaf ya Dim.. Selama ini gue udah salah paham sama lo, sama Feby juga."
   Dimas mengangguk. Ia menggenggam tangan Cherly lalu menciumnya.

***

   Cherly memutuskan untuk pergi mengunjungi Feby ke Australia. Ia tidak sabar untuk bertemu sahabat karibnya.

   "Feb.."
   Feby menoleh.
   "Cher.. Cherly.."
   Cherly menyunggingkan senyumnya. Buliran air mata disudut matanya jatuh ke pipinya. Cherly berlari menghampiri Feby.

   Cherly memeluk Feby dengan erat. Feby pun membalas pelukan Cherly. Air matanya pun jatuh membasahi pipinya.
   "Maafin gue Feb.. Gue udah salah paham sama lo. Gue bener-bener minta maaf."
   "Nggak Cher.. Lo gak salah. Gue yang seharusnya minta maaf. Seharusnya gue bisa jelasin semuanya ke lo. Maafin gue Cher.. Gue sayang banget sama lo. Gue gak mau kehilangan lo!!"
   "Gue juga sayang banget sama lo Feb. Gue juga gak mau kehilangan lo.."

   Mereka merenggangkan pelukannya.

   Mata Feby beralih ke laki-laki yang berdiri tak jauh dibelakang Cherly.
   "Jadi sekarang kalian..."
   Cherly mengangguk. Sementara laki-laki itu hanya tersenyum.

   "Gue seneng banget Cher, Dim..."
   Feby menoleh ke arah Cherly.
   "Jadi, kita sahabatan lagi kan kayak dulu!?"
   Cherly mengangguk sambil tersenyum lalu memeluk Feby lagi. Begitupun dengan Feby.

   Dimas ikut bahagia atas persahabatan antara pacar nya dan juga sahabatanya.

   'PERSAHABATAN YANG TULUS ADALAH PERSAHABATAN YANG BISA SALING MENGERTI SATU SAMA LAIN. PERSAHABATAN YANG TIDAK MENUTUPI SEGALA SESUATUNYA DARI SAHABAT KITA. APAPUN YANG HARUS KITA BAGI KEPADA SAHABAT KITA, BAGILAH. JANGAN PERNAH KAU MEMBUAT KECEWA SAHABATMU SEDIKIT SAJA. KARENA SESUNGGUHNYA KEKECEWAAN BISA SAJA MEMBUAT PERSAHABATANMU RETAK.'

                                             -LyBy-

The end..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Strength

My Strength