Hyeonji POV
Tidak biasanya hari ini Youngmin tidak masuk sekolah. Aku sudah memastikannya dengan bertanya kepada teman-teman dekatnya. Tapi tak satupun dari mereka yang tau Youngmin kemana, sampai harus tidak masuk sekolah. Tapi aku tidak terlalu memperdulikannya. Karena berarti, Youngmin tidak akan mengusikku setiap saat.
Ini sudah hari ketiga dimana Youngmin tidak masuk sekolah. Dan aku mulai mengkhawatirkan nya. Karena selama ini Youngmin tidak pernah tidak masuk sekolah. Kecuali jika ada kegiatan bersama Boyfriend. Tapi kali ini sama sekali tidak ada kabar. Dia juga tidak memberi kabar padaku.
"Minwoo-ya.." Aku berlari menghampiri Minwoo
"Hyeonji-ya. Waeyo?"
"Apa kau tau kemana Youngmin? Tiga hari dia tidak masuk sekolah, dan sama sekali tidak ada kabar. Dia juga tidak pernah menghubungiku lagi. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"
Minwoo kelihatan gugup. Bahkan Ia tidak berani menatap mataku.
"Waeyo Minwoo-ya? Apa benar, kau menyembunyikan sesuatu padaku? Marhaebwa!"
"A-ani. Aku tidak tau kenapa Youngmin tidak masuk sekolah tiga hari ini. Sudah ya, aku ada keperluan!" Minwoo berlalu dariku tanpa memberikan penjelasan tentang Youngmin. Aku kecewa. Sangat kecewa. Tapi aku yakin dia menyembunyikan sesuatu dariku.
"Hyeonji-ya. Waeyo?"
"Apa kau tau kemana Youngmin? Tiga hari dia tidak masuk sekolah, dan sama sekali tidak ada kabar. Dia juga tidak pernah menghubungiku lagi. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"
Minwoo kelihatan gugup. Bahkan Ia tidak berani menatap mataku.
"Waeyo Minwoo-ya? Apa benar, kau menyembunyikan sesuatu padaku? Marhaebwa!"
"A-ani. Aku tidak tau kenapa Youngmin tidak masuk sekolah tiga hari ini. Sudah ya, aku ada keperluan!" Minwoo berlalu dariku tanpa memberikan penjelasan tentang Youngmin. Aku kecewa. Sangat kecewa. Tapi aku yakin dia menyembunyikan sesuatu dariku.
Akhirnya, aku memutuskan untuk kerumahnya sepulang sekolah.
"Annyoenghaseyo. Mianhae Ahjumma, apa Youngmin ada dirumah?"
Seorang pembantu rumah tangga membuka pintu rumah Youngmin.
"Annyeonghaseyo. Mianhae, Youngmin dan orang tuanya sedang pergi. Mereka pergi dari tiga hari yang lalu. Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Kalau boleh tau, mereka pergi kemana?"
"Mollayo. Mereka tak memberi tahu ku akan pergi kemana."
Jujur aku sangat kecewa mendengarnya, "Baiklah, gamsahamnida. Mianhae telah mengganggu waktumu."
"Cheonmaneyo.. Kau sama sekali tidak mengganggu waktuku."
"Annyoenghaseyo. Mianhae Ahjumma, apa Youngmin ada dirumah?"
Seorang pembantu rumah tangga membuka pintu rumah Youngmin.
"Annyeonghaseyo. Mianhae, Youngmin dan orang tuanya sedang pergi. Mereka pergi dari tiga hari yang lalu. Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Kalau boleh tau, mereka pergi kemana?"
"Mollayo. Mereka tak memberi tahu ku akan pergi kemana."
Jujur aku sangat kecewa mendengarnya, "Baiklah, gamsahamnida. Mianhae telah mengganggu waktumu."
"Cheonmaneyo.. Kau sama sekali tidak mengganggu waktuku."
Aku segera meninggalkan rumah Youngmin dan kembali kerumah. Ditengah perjalananku menuju rumah, tak sengaja aku bertemu dengan Donghyun dan Hyunseong. Mereka mengajakku untuk mengobrol disebuah cafe tak jauh dari dimana tempat kami berada sekarang.
"Kau tau? Seketika Youngmin berubah semenjak ia kenal denganmu. Dia menjadi kepribadian yang lebih penyabar dan tidak mudah terpancing emosi lagi. Yang perlu kau tau Hyeonji-ya, Youngmin menyayangimu. Maka dari itu dia selalu melindungi dan menjagamu."
"Donghyun benar Hyeonji.. Dulu Youngmin selalu mengeluh dengan penyakitnya, tapi sekarang Youngmin justru ingin cepat-cepat sembuh. Itu semua dia lakukan demi kau Hyeonji-ya.." Hyunseong menambahkan
"Penyakit?" Aku mengerutkan keningku
"Sekarang Youngmin sedang menjalani operasi penggantian salah satu ginjalnya yang sudah tidak berfungsi lagi." Donghyun memejamkan matanya sebentar "M-worago? Operasi penggantian ginjal? Kenapa dia tidak memberitahuku? Kenapa selama ini dia tidak pernah bilang padaku jika dia sakit ginjal?"
"Kami tidak tau mengapa Youngmin menutupinya darimu.." Hyunseong menjawab.
"Mungkin Youngmin tak ingin kau memikirkannya. Tapi selama ini dia sudah berjuang untuk melawan sakitnya, dan itu hanya demi kau. Kami berterima kasih banyak padamu Hyeonji-ya. Karenamu, Youngmin mau melakukan operasi. Sebelum dia bertemu denganmu, dia sama sekali tidak mau di operasi. Kami semua juga tidak tau kenapa alasannya.." Donghyun sedikit tersenyum.
"Ya ya.. Aku pernah dengar jika Youngmin ingin sekali bertemu dengan Kwangmin lagi. Mungkin itu sebabnya ia tidak ingin melakukan operasi." Ucap Hyunseong yang membuatku agak terkejut.
"Kau tau? Seketika Youngmin berubah semenjak ia kenal denganmu. Dia menjadi kepribadian yang lebih penyabar dan tidak mudah terpancing emosi lagi. Yang perlu kau tau Hyeonji-ya, Youngmin menyayangimu. Maka dari itu dia selalu melindungi dan menjagamu."
"Donghyun benar Hyeonji.. Dulu Youngmin selalu mengeluh dengan penyakitnya, tapi sekarang Youngmin justru ingin cepat-cepat sembuh. Itu semua dia lakukan demi kau Hyeonji-ya.." Hyunseong menambahkan
"Penyakit?" Aku mengerutkan keningku
"Sekarang Youngmin sedang menjalani operasi penggantian salah satu ginjalnya yang sudah tidak berfungsi lagi." Donghyun memejamkan matanya sebentar "M-worago? Operasi penggantian ginjal? Kenapa dia tidak memberitahuku? Kenapa selama ini dia tidak pernah bilang padaku jika dia sakit ginjal?"
"Kami tidak tau mengapa Youngmin menutupinya darimu.." Hyunseong menjawab.
"Mungkin Youngmin tak ingin kau memikirkannya. Tapi selama ini dia sudah berjuang untuk melawan sakitnya, dan itu hanya demi kau. Kami berterima kasih banyak padamu Hyeonji-ya. Karenamu, Youngmin mau melakukan operasi. Sebelum dia bertemu denganmu, dia sama sekali tidak mau di operasi. Kami semua juga tidak tau kenapa alasannya.." Donghyun sedikit tersenyum.
"Ya ya.. Aku pernah dengar jika Youngmin ingin sekali bertemu dengan Kwangmin lagi. Mungkin itu sebabnya ia tidak ingin melakukan operasi." Ucap Hyunseong yang membuatku agak terkejut.
Aku tidak tau jika Youngmin begitu menyayangiku. Seharusnya aku bersyukur karena Tuhan telah memberi pengganti Kwangmin yang sama baiknya dan juga sama tulusnya seperti Kwangmin. Youngmin tetap menyayangiku dan sama sekali tidak membenciku, sekalipun sikapku padanya tidak begitu baik. Aku sangat menyesal telah menyia-nyiakannya selama ini. Terlebih, sekarang ini Youngmin sedang menjalani operasi. Aku berharap agar opearsinya berhasil dan Youngmin bisa terlepas dari sakitnya itu.
***
Hari ini aku menjenguk Youngmin. Aku mendengar kabar dari Donghyun, setelah operasi dilakukan, Youngmin mengalami koma, walaupun operasinya berjalan dengan lancar dan berhasil. Aku melihat Ahjumma sedang duduk dikursi tepat disebelah ranjang Youngmin. Ia mengelus tangan Youngmin dengan lembut. Tatapannya sendu, dan matanya terlihat agak bengkak. Ia menyambutku penuh senyuman. "Apa kabar Ahjumma?"
"Kabarku baik. Gomawo telah menyempatkan waktumu untuk kesini." Ahjumma mengelus kepalaku sembari tersenyum.
"Selama ini aku tidak pernah tau kalau Youngmin mempunyai penyakit separah ini.."
"Dia tidak ingin memberitahumu karena dia tidak mau terlihat lemah didepanmu. Dan Youngmin juga tidak ingin membuatmu terlihat khawatir dengan keadaannya."
"Aku sangat menyesal Ahjumma.. Mianhaeyo.. Jeongmal mianhae.." Aku menangis.
Ahjumma mengusap-usap pundakku lalu memelukku. Aku membalas pelukkannya.
"Sudahlah kau tak perlu menyesalinya. Yang terpenting sekarang, kau banyak berdoa saja untuk kesembuhan Youngmin." Ahjumma melepaskan pelukkannya.
"Kabarku baik. Gomawo telah menyempatkan waktumu untuk kesini." Ahjumma mengelus kepalaku sembari tersenyum.
"Selama ini aku tidak pernah tau kalau Youngmin mempunyai penyakit separah ini.."
"Dia tidak ingin memberitahumu karena dia tidak mau terlihat lemah didepanmu. Dan Youngmin juga tidak ingin membuatmu terlihat khawatir dengan keadaannya."
"Aku sangat menyesal Ahjumma.. Mianhaeyo.. Jeongmal mianhae.." Aku menangis.
Ahjumma mengusap-usap pundakku lalu memelukku. Aku membalas pelukkannya.
"Sudahlah kau tak perlu menyesalinya. Yang terpenting sekarang, kau banyak berdoa saja untuk kesembuhan Youngmin." Ahjumma melepaskan pelukkannya.
Aku menyeka air mataku yang berlinang sambil mengangguk, "Jika Ahjumma memerlukan bantuan, hubungi aku saja. Kalau begitu aku pamit dulu.."
Ahjumma mengangguk lalu kembali memelukku sebentar sebelum aku pergi.
Ahjumma mengangguk lalu kembali memelukku sebentar sebelum aku pergi.
Aku memasuki ruang musik. Jika aku sedih, Youngmin selalu membawaku kesini. Ia selalu menyanyikan beberapa lagu dengan alunan piano yang ia mainkan secara bersamaan. Sesekali ia memintaku untuk memainkan piano, tapi aku selalu menolaknya. Karena permainan pianonya begitu indah, aku tidak ingin permainan piano indah itu berhenti beralun dan digantikan olehku.
Kusentuh piano itu lalu kubuka tutupnya dan memaikan lagu Don’t Touch My Girl secara perlahan. Itu adalah lagu favorit Youngmin di Boyfriend. Ia sangat menyukai lagu itu. Baginya, lagu itu mempunyai arti sendiri dalam kehidupannya. Perlahan tapi pasti aku terus memainkan piano itu hingga lagunya selesai. Mataku terpejam, air mataku kembali berlinang. Sungguh, aku terlalu kekanak-kanakan bila mengingat sikapku yang kasar kepada Youngmin selama ini. Hanyalah penyesalan yang hinggap dihati kecilku sekarang ini. Kumainkan sekali lagi piano itu sambil memejamkan mata. Tak lupa aku merekam permainan pianoku lewat handphone.Sekilas aku melihat sesosok lelaki yang memakai pakaian serba putih. Perlahan sosok itu mulai mendekatiku. Digenggamnya setangkai mawar putih, lalu ia memberikan mawar itu untukku. sebelum ia pergi, ia menyampaikan sesuatu kepadaku,
'You’re My Lady.. You’re My Lady.. You’re My Lady.. With You..’
Aku membuka kedua kelopak mataku. Antara kaget dan tidak percaya, setangkai mawar putih sudah ada diatas piano, tepat dihadapanku. Ternyata Kwangmin benar-benar datang dan memberikan mawar ini untukku. Aku berjanji mulai dari sekarang, aku akan selalu menjaga Youngmin sesuai amanat dari Kwangmin. aku berjanji akan selalu membuatnya bahagia dan tidak akan pernah mengecewakannya.
'You’re My Lady.. You’re My Lady.. You’re My Lady.. With You..’
Aku membuka kedua kelopak mataku. Antara kaget dan tidak percaya, setangkai mawar putih sudah ada diatas piano, tepat dihadapanku. Ternyata Kwangmin benar-benar datang dan memberikan mawar ini untukku. Aku berjanji mulai dari sekarang, aku akan selalu menjaga Youngmin sesuai amanat dari Kwangmin. aku berjanji akan selalu membuatnya bahagia dan tidak akan pernah mengecewakannya.
Dengan semangat yang menggebu, aku menghentikan rekaman suara itu lalu kembali ke RS. Langkahku makin cepat, aku tidak sabar ingin memperdengarkan rekaman suara piano ini kepada Youngmin. Semoga saja dengan rekaman suara ini, Youngmin bisa segera sadar dari koma nya. Aku membuka pintu kamar rawat Youngmin. Hanya ada Donghyun dan Jeongmin saat aku datang. Mereka tersenyum saat aku datang.
"Hyeonji-ya!?"
"Bukankah tadi kau sudah kesini?" Tanya Jeongmin
"Ne.. Tadi memang aku kesini dan sekarang aku kembali lagi. Aku ingin memperdengarkan sesuatu kepada Youngmin." Aku mengangkat handphone ku
"Tapi bukankah Youngmin...."
Tanpa menunggu Jeongmin menyelesaikan kata-katanya, aku segera mendekati ranjang Youngmin lalu menyalakan rekaman suara yang ada di handphoneku. Aku menaruhnya disisi telinga kanan Youngmin. Donghyun dan Jeongmin terlihat bingung dan saling memandang satu sama lain.
Tak ada reaksi saat rekaman suara itu selesai kuputar. Aku mencobanya sekali lagi. Aku mencoba memejamkan mata sambil terus berdoa agar Youngmin sadar.
"Hey lihat, Youngmin meneteskan air matanya." Ucap Jeongmin
Aku membulatkan mataku, memastikan yang dikatakan oleh Jeongmin itu benar.
"Coba putar lagi rekaman suaranya Hyeonji-ya!" Donghyun memintaku. Hyunseong, Minwoo dan juga orang tua Youngmin kebingungan saat melihat kami sedang sibuk sendiri.
"Hey, ada apa? Tadi aku dengar Jeongmin seperti berteriak." Tanya Hyunseong panik
"Apa keadaan Youngmin semakin memburuk?" Ahjumma terlihat khawatir
"Tadi Hyeonji memperdengarkan rekaman suara piano yang ia mainkan ke telinga Youngmin. Memang, saat rekaman itu diputar sekali tidak ada reaksi, namun saat rekaman lagu itu diputar yang kedua kalinya, Youngmin meneteskan air matanya." Tutur Jeongmin
"Apakah itu suatu kemajuan?" tanya Minwoo dengan wajah polosnya.
Terlihat senyum diwajah Ahjumma dan Ahjussi merekah. Sekali lagi aku berdoa agar rekaman yang aku putar untuk yang ketiga kalinya Youngmin bisa sadar.
"Tak ada reaksi apa-apa." Minwoo memastikan.
"Hyeonji-ya!?"
"Bukankah tadi kau sudah kesini?" Tanya Jeongmin
"Ne.. Tadi memang aku kesini dan sekarang aku kembali lagi. Aku ingin memperdengarkan sesuatu kepada Youngmin." Aku mengangkat handphone ku
"Tapi bukankah Youngmin...."
Tanpa menunggu Jeongmin menyelesaikan kata-katanya, aku segera mendekati ranjang Youngmin lalu menyalakan rekaman suara yang ada di handphoneku. Aku menaruhnya disisi telinga kanan Youngmin. Donghyun dan Jeongmin terlihat bingung dan saling memandang satu sama lain.
Tak ada reaksi saat rekaman suara itu selesai kuputar. Aku mencobanya sekali lagi. Aku mencoba memejamkan mata sambil terus berdoa agar Youngmin sadar.
"Hey lihat, Youngmin meneteskan air matanya." Ucap Jeongmin
Aku membulatkan mataku, memastikan yang dikatakan oleh Jeongmin itu benar.
"Coba putar lagi rekaman suaranya Hyeonji-ya!" Donghyun memintaku. Hyunseong, Minwoo dan juga orang tua Youngmin kebingungan saat melihat kami sedang sibuk sendiri.
"Hey, ada apa? Tadi aku dengar Jeongmin seperti berteriak." Tanya Hyunseong panik
"Apa keadaan Youngmin semakin memburuk?" Ahjumma terlihat khawatir
"Tadi Hyeonji memperdengarkan rekaman suara piano yang ia mainkan ke telinga Youngmin. Memang, saat rekaman itu diputar sekali tidak ada reaksi, namun saat rekaman lagu itu diputar yang kedua kalinya, Youngmin meneteskan air matanya." Tutur Jeongmin
"Apakah itu suatu kemajuan?" tanya Minwoo dengan wajah polosnya.
Terlihat senyum diwajah Ahjumma dan Ahjussi merekah. Sekali lagi aku berdoa agar rekaman yang aku putar untuk yang ketiga kalinya Youngmin bisa sadar.
"Tak ada reaksi apa-apa." Minwoo memastikan.
Kepalaku agak sedikit pusing, mungkin karena efek kelelahan. Aku menahan kepalaku yang sakit. Seketika tubuhku terhuyung. Dengan sigap Doghyun menangkap tubuhku yang hampir terjatuh. Ia menopangku dan membaringkan tubuhku di sofa tak jauh dari ranjang. Sekali lagi rekaman itu diputar kembali dengan bantuan Jeongmin.
Dengan perlahan Youngmin membuka kedua kelopak matanya. Matanya menyapu ke sekeliling ruangan.
"Eomma.. Appa.."
"Youngmin-ah.. K-kau sudah sadar!?" Ahjumma menangis haru melihat Youngmin
"Youngmin-ah.."
Semua member Boyfriend tersenyum. Diam-diam aku tak sadarkan diri. Tak ada yang tau jika aku pingsan, semua perhatian tertuju kepada Youngmin.
"Hyeonji mana?"
"Hey Hyeonji-ya, Youngmin sudah..." senyum Jeongmin menghilang saat melihatku pingsan, "Hey Hyeonji pingsan." Lanjutnya
"Hyeonji pingsan? Sejak kapan ia pingsan?"
"Tak ada yang mengetahuinya jika ia pingsan. Kita terlalu senang karena Youngmin sudah sadar dari koma nya."
Dengan perlahan Youngmin membuka kedua kelopak matanya. Matanya menyapu ke sekeliling ruangan.
"Eomma.. Appa.."
"Youngmin-ah.. K-kau sudah sadar!?" Ahjumma menangis haru melihat Youngmin
"Youngmin-ah.."
Semua member Boyfriend tersenyum. Diam-diam aku tak sadarkan diri. Tak ada yang tau jika aku pingsan, semua perhatian tertuju kepada Youngmin.
"Hyeonji mana?"
"Hey Hyeonji-ya, Youngmin sudah..." senyum Jeongmin menghilang saat melihatku pingsan, "Hey Hyeonji pingsan." Lanjutnya
"Hyeonji pingsan? Sejak kapan ia pingsan?"
"Tak ada yang mengetahuinya jika ia pingsan. Kita terlalu senang karena Youngmin sudah sadar dari koma nya."
***
Aku tidak ingat apa-apa lagi setelah malam itu aku melihat Youngmin yang menteskan air matanya walau masih koma. Aku membuka mataku dan memperhatikan yang ada disekitarku. Kusentuh hidungku yang dipakaikan selang oksigen. Kepalaku rasanya masih terasa sakit.
"Annyeonghaseyo.." sapa seorang namja yang tersenyum kepadaku
"Y-Youngmin-ah.. Kau?"
Aku mencoba bangun tapi kepalaku justru tambah sakit.
"Jangan bangun dulu, kau kan masih sakit. Dua hari penuh kau tak sadarkan diri. Aku fikir koma ku pindah ke kau Hyeonji-ya.." Youngmin tertawa kecil,
"Gamsahamnida Hyeonji... Karena kau sudah membuatku sadar dari koma ku dengan rekaman suara piano itu. Permainan pianomu sangat indah.."
Aku menangis tersedu, "Mianhae Youngmin-ah, aku sudah membuatmu kecewa. Dan aku sudah berkali-kali menyakiti hati dan perasaanmu Youngmin, jeogmal mianhae.."
Youngmin memelukku, "Jangan khawatir, sebelum kau minta maaf, aku sudah memaafkanmu terlebih dahulu. Sampai kapanpun, aku akan selalu menyayangimu Hyeonji.."
"J-jinjja?"
"Tentu saja.." Youngmin mengusap kepalaku dengan lembut, "Aku berjanji akan selalu menjagamu Hyeonji-ya.."
"Aku juga Youngmin.."
"Mworago?"
"Aku juga berjanji akan selalu menjagamu. Dan aku akan selalu membahagiakanmu."
"Geuraeyo?"
"Ne.."
"Hmm.. Tadinya aku ingin ikut bersama Kwangmin ke surga. Namun, aku teringat dirimu. Makanya aku berusaha untuk kembali agar aku selalu bisa menjagamu seperti dulu."
"Jinjja? Jangan pernah tinggalkan aku lagi Youngmin oppa. Aku tidak akan sanggup jika harus kehilangan orang yang aku sayang untuk yang kedua kalinya.." Tidak terasa air mataku mengalir deras
"Aku janji untuk tidak akan meninggalkanmu lagi. Saraneghae.." Youngmin mengecup keningku, matanya terpejam.
Mataku ikut terpejam, "Saranghae Youngmin oppa.."
"Annyeonghaseyo.." sapa seorang namja yang tersenyum kepadaku
"Y-Youngmin-ah.. Kau?"
Aku mencoba bangun tapi kepalaku justru tambah sakit.
"Jangan bangun dulu, kau kan masih sakit. Dua hari penuh kau tak sadarkan diri. Aku fikir koma ku pindah ke kau Hyeonji-ya.." Youngmin tertawa kecil,
"Gamsahamnida Hyeonji... Karena kau sudah membuatku sadar dari koma ku dengan rekaman suara piano itu. Permainan pianomu sangat indah.."
Aku menangis tersedu, "Mianhae Youngmin-ah, aku sudah membuatmu kecewa. Dan aku sudah berkali-kali menyakiti hati dan perasaanmu Youngmin, jeogmal mianhae.."
Youngmin memelukku, "Jangan khawatir, sebelum kau minta maaf, aku sudah memaafkanmu terlebih dahulu. Sampai kapanpun, aku akan selalu menyayangimu Hyeonji.."
"J-jinjja?"
"Tentu saja.." Youngmin mengusap kepalaku dengan lembut, "Aku berjanji akan selalu menjagamu Hyeonji-ya.."
"Aku juga Youngmin.."
"Mworago?"
"Aku juga berjanji akan selalu menjagamu. Dan aku akan selalu membahagiakanmu."
"Geuraeyo?"
"Ne.."
"Hmm.. Tadinya aku ingin ikut bersama Kwangmin ke surga. Namun, aku teringat dirimu. Makanya aku berusaha untuk kembali agar aku selalu bisa menjagamu seperti dulu."
"Jinjja? Jangan pernah tinggalkan aku lagi Youngmin oppa. Aku tidak akan sanggup jika harus kehilangan orang yang aku sayang untuk yang kedua kalinya.." Tidak terasa air mataku mengalir deras
"Aku janji untuk tidak akan meninggalkanmu lagi. Saraneghae.." Youngmin mengecup keningku, matanya terpejam.
Mataku ikut terpejam, "Saranghae Youngmin oppa.."
'Ketika berawal dari kebencian.. Dan cinta hadir secara perlahan, lalu mampu menghapus kebencian itu menjadi sesuatu yang sangat indah.'
-Hyeonji-
The end..................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar