[FF] TWINS part 8
Note: Maaf kalo ada typo yang bertebaran dan mungkin jalan
ceritanya membingungkan atau mungkin agak tijel mohon dimaklumi ;;)
Happy reading Chingu-deul ^^
Kwangmin mengikuti langkah beberapa perawat yang mendorong bangsal
dengan Youngmin yang terbaring lemah di atasnya. Peluh Kwangmin menetes dari
keningnya. Jantungnya berdegup sangat kencang, dengan tangan yang gemeteran
ikut mendorong bangsal.
“Mianhae, kau harus menunggu diluar.” Perintah salah satu perawat saat
Kwangmin hendak ikut masuk ke ruang UGD
“Tapi aku ingin berada disisinya! Aku ingin tau keadaannya!”
“Mianhae, Eobseoyo. Kami akan segera memeriksanya. Jika sudah selesai,
kami akan segera menemuimu. Tolong menjauhlah dari pintu.”
Kwangmin mundur beberapa langkah hingga pintu itu tertutup rapat. Ia
menyenderkan tubuhnya ke dinding. Ia
mengusap wajah dengan kedua tangannya. Pikirannya terus tertuju ke
Youngmin. Betapa jelasnya ia melihat saudara kembarnya sendiri yang ditabrak
oleh sebuah mobil yang sedang lewat. Ia terus membayangkan darah yang mengucur
dari kepala Youngmin.
“Kuharap keadaanmu baik-baik saja Hyung..”
Kwangmin merogoh kantung celananya. Ia memencet beberapa nomor lalu
menghubunginya.
“Yeoboseyo..” Ucap Kwangmin pelan
“Yeoboseyo..” Jawab seseorang diseberang telepon
“Hyunmin-ah.. Aku di RS. Youngmin kecelakaan.. Aku tidak tau bagaimana
keadaannya. Ia masih dalam pemeriksaan, dan aku tidak berani untuk bilang ke
Eomma dan Appa tentang hal ini.”
Dirumah..
Hyunmin sontak kaget saat mendengar ucapan Kwangmin baru saja lewat
telepon. Ia tak sengaja menjatuhkan handphone yang ada digenggamannya. Eomma
yang sedang lewat tak sengaja melihat Hyunmin dengan heran.
“Hyunmin-ah, waeyo..”
“Eomma..” Gumam Hyunmin pelan, saat ia menyadari kedatangan Eomma nya.
Eomma melihat handphone yang tak sengaja dijatuhkan Hyunmin dilantai. Ia
meraih handphone itu dan melihat ke layarnya.
“Kwangmin? Yeoboseyo?”
Di RS..
Kwangin berdiri dengan rasa terkejut saat mendengar suara Eomma nya di
telepon. Jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Ia mulai panik.
“Y-yeoboseyo Eomma..”
“Aku tidak sengaja melihat Hyunmin menjatuhkan hadphone nya saat
menerima telepon darimu. Waeyo?”
Kwangmin menundukkan kepalanya. Ia makin merasa takut untuk membeitahu
kepada Eomma nya tentang kecelakaan yang di alami Youngmin.
“Yeoboseyo.. Kwangmin-ah, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Ada
apa sebenarnya?” Tanya Eomma yang merasa cemas
“Mianhae.. Aku tidak bisa menjaga Youngmin dengan baik.”
“Mworago? Aku tidak mengerti dengan perkataanmu. Tolong jelaskan
Kwangmin-ah! Jangan membuatku semakin cemas dengan keadaan kalian!”
“Y-youngmin.. Kecelakaan..”
“M-mwoya? Bagaimana bisa ia kecelakaan? Lalu, bagaimana keadaannya?”
“Kuharap kalian cepat datang ke RS dekat taman kota.”
Tuuuuut… Tuuuut..
Kwangmin segera menutup teleponnya. Ia menjatuhkan dirinya lagi sembari
menyenderkan tubuhnya di dinding. Semua yang tidak ingin ia ungkapkan kepada
Eomma nya justru harus ia ungkapkan. Kwangmin hanya tidak ingin membuat Eomma
dan Appa nya khawatir. Tapi justru pemikirannya salah. Eomma dan Appa nya akan
lebih khawatir jika Kwangmin tidak memberitahukan yang sebenarnya.
“Mianhae.. Ini salahku..”
Tak sampai lima belas menit, seorang pria paruh baya yang menggunakan
pakaian serba putih keluar dari ruang UGD, dan menghampiri Kwangmin.
“Shillye hamnida..” Sapanya.
Kwangmin menoleh dan segera bangkit.
“Bagaimana dengan keadaan Youngmin? Apa dia baik-baik saja? Cepat
katakan padaku!”
“Kau saudara kembarnya ya? Wajahmu mirip dengannya.”
“Nde. Cepat katakan padaku, bagaimana keadaannya!?”
“Ah, mianhae.. Keadaannya kritis. Luka dikepalanya cukup parah. Dan ia
sempat kehilangan banyak darah. Kami sudah mentransfusikan darah kepadanya.
Tapi ternyata itu tidak menolongnya untuk melewati masa kritisnya.”
Kwangmin menatap dengan lekat pria paruh baya itu yang ternyata adalah
dokter.
“Mworago?”
Eomma, Appa dan Hyunmin tiba-tiba datang membuat Kwangmin terkejut.
Mereka menghampiri Kwangmin dan dokter.
“Katakan sekali lagi tentang keadaan anakku! Katakan padaku!” Perintah
Eomma dengan agak berteriak dihadapan dokter
Appa menyentuh lengan Eomma dan membawa kesisinya, menjauh dari dokter
itu.
“Eomma, sabarlah..”
“Bagaimana aku bisa sabar!? Aku baru saja mendengar tentang keadaan
anakku yang kritis. Hatiku hancur Appa!”
“Mianhae, kami sudah berusaha agar anak anda tidak masuk kedalam masa
kritis. Tapi ternyata tidak bisa.”
Tubuh Eomma tiba-tiba terhuyung dipelukkan Appa.
“Eomma..” Teriak Hyunmin dengan kaget
“Aku akan membawa Eomma kalian. Sebaiknya kalian tunggu disini.”
Perintah Appa.
Appa dibantu dokter membawa Eomma ke sebuah ruang perawatan yang kosong
tak jauh dari ruang UGD. Sementara Kwangmin dan Hyunmin tetap berada
ditempatnya sekarang.
“Ini semua salahku..”
“Kenapa kau berbicara seperti itu?”
“Jika aku tidak mengajaknya ke taman, semuanya tidak akan seperti ini
Dongsaeng!”
“Memangnya apa yang sudah terjadi sebelum ia kecelakaan? Hingga Youngmin
bisa seperti ini!?”
Kwangmin menceritakan semua yang sudah terjadi hari ini. Semuanya tanpa
terkecuali.
“Pabo!”
Hyunmin menyentuh pundak Kwangmin. Ia tersenyum.
“Sudahlah..”
Kwangmin menatap Hyunmin.
“Jangan menyalahkan dirimu seperti itu. Semua ini bukan salahmu. Memang
sudah jalannya seperti ini. Namanya juga kecelakaan. Siapapun bisa
mengalaminya, bukan!? Yang terpenting sekarang, kita doakan saja agar keadaan
Youngmin bisa cepat membaik. Agar ia bisa menghabiskan waktu lagi bersama kita.
Agar kita bisa selalu melihat senyuman manisnya lagi.”
Author
POV end
Kwangmin
POV
Aku heran. Sungguh, sangat heran. Ia bisa tersenyum dengan sangat tulus
dalam keadaan seperti ini. Tapi aku mengerti apa maksud dari senyumannya itu.
Ia mencoba menghiburku. Mencoba agar aku melupakan semua rasa bersalah yang
sedang kurasakan saat ini. Bodoh sekali aku ini. Hyunmin saja bisa berpikiran
dewasa seperti itu. Sedangkan aku!? Aku terus dirundung rasa takut dan
kecemasan luar biasa. Terlebih saat Eomma mengetahui kalau Youngmin kecelakaan.
Hhh, aku terlihat seperti orang bodoh.
“Mianhae Hyunmin.. Hhh, aku hanya tidak bisa mencerna semua kejadian
hari ini. Niatnya hanya ingin bersantai dengannya ditaman setelah aku bertemu
dengan anggota basket lainnya di sebuah rumah makan. Tapi justru semuanya
bertolak belakang.”
Hyunmin tiba-tiba memelukku.
“Keluhkan saja semuanya padaku, jika itu memang harus. Anggap saja aku
adalah buku diary mu yang siap untuk menunggu dan menampung semua ceritamu,
Hyung..”
Mataku terbelalak. Baru kali ini ia bersikap seperti ini padaku.
Hyunmin, tidakkah kau merasakan apa yang kurasa saat ini? Aku sungguh menyesal.
Tidakkah kau merasa kalau akulah yang menyebabkan Youngmin menjadi kritis? Ah,
tentu saja kau tidak merasakannya, ya!? Karena kau tidak mengalaminya. Karena
kau tidak berada diposisiku, seperti saat ini. Seandainya aku bisa memutar
waktu.. Aku tak akan membiarkan kecelakaan itu menimpa Youngmin. Sungguh,
kepalau rasanya ingin meledak. Tangisku makin menjadi ketika kuingat kecelakaan
itu terjadi. Bagaimana kecelakaan itu terjadi tepat didepan mataku, tapi aku
tidak bisa berbuat apa-apa. Dan aku hanya bisa menyaksikan saudara kembarku
sendiri dihantam oleh sebuah besi keras yang besar hingga ia harus
mempertaruhkan nyawanya.
“Mianhae.. Jo Youngmin..”
Kupejamkan kedua mataku dan membiarkan air mataku tetap menetes.
***
Aku membuka kedua mataku. Kepalaku masih terasa pusing. Mungkin karena
semalaman aku tidak berhenti menangis. Setelah Youngmin dipindahkan ke ruangan
perawatan, aku terus menunggunya. Hingga aku tertidur dikursi disaping ranjang
Youngmin.
Kuperhatikan wajahnya yang tanpa senyuman. Kulirik tangan kirinya yang
dipasang selang infus. Sementara hidungnya harus dipakai alat bantu pernapasan.
Tubuhku seketika menjadi lemas. Aku tersenyum getir. Kuusap rambutnya dengan
perban yang menutupi sebagian kepalanya. Tak terasa air mataku menetes lagi.
“Tak bisakah aku menggantikan posisimu Hyung?”
“Tentu saja tidak bisa.”
Aku menoleh. Hyunmin memperhatikanku. Kualihkan pandanganku darinya.
“Tak bisakah kau berhenti menangis?”
“Kenapa kau bericara seperti itu?”
“Cengeng..”
Aku mulai geram padanya. Bisa-bisanya ia berbicara seperti itu padaku.
Aku tau ia tidak bisa merasakan rasanya menjadi diriku saat ini. Ia tidak bisa
merasakan bagaimana besarnya penyesalan didalam diriku ini.
“Kau tidak bisa seperti ini terus! Jika kau terus menangis, kau tidak
akan bisa untuk memberi semangat kepada Youngmin!”
Aku membalik badanku.
“Pabo! Bagaiman bisa aku memberinya semangat jika keadaannya saja
seperti ini!?” Ujarku agak berteriak
“Tentu saja bisa. Youngmin kan saudara kembarmu. Kau bisa memberinya
semangat. Kau bisa memberinya kekuatan. Lewat jiwa kalian. Lewat hati kalian.
Itu kan gunanya saudara kembar!?”
Hyunmin membalikkan badannya dan pergi keluar. Kutatap kepergiannya. Aku
menunduk. Ada benarnya ucapan Hyunmin baru saja. Bodoh sekali aku ini. Tapi
jika mengingat hari kemarin, aku jadi teringat akan sesuatu. Sebelum Youngmin
kecelakaan, kami sempat bertemu dengan Chorong. Lalu Chorong pergi, dan
Youngmin berusaha untuk mengejarnya. Dan aku menyimpulkannya.
“Jadi semua ini karena Chorong..”
Pandanganku lurus kedepan. Dengan tatapan kosong namun serius. Aku
bangkit dan meninggalkan RS.
Langkahku berhenti ketika melihat sebuah umah yang aku tuju. Aku
memasuki halaman rumah itu dan mengetuk pintunya. Tak lama seseorang membukakan
pintu untukku.
“Kwangmin-ah.. Mau apa kau menemuiku? Belum puas kau dan Youngmin
membuatku kecewa?”
“Karena kau.. Keadaan Youngmin kritis!”
“Mworago? A-apa yang kau bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti!”
“Karena kau pergi, dan Youngmin berusaha mengejarmu! Hingga kecelakaan
itu tidak dapat dihentikan!” Kataku dengan nada agak kasar
“M-mworago?”
“Jika kemarin kau tidak pergi, Youngmin tidak akan mengejarmu. Dan
kecelakaan itu tidak akan terjadi. Ia pasti akan baik-baik saja!”
Chorong terhenyak. Ia menutup mulutnya denga salah satu yelapak
tangannya.
“Kau harus bertanggung jawab atas semua ini!”
Aku segera pergi meningalkan rumahnya. Kuputuskan untuk kembali ke RS.
Kwangmin
POV end
Chorong
POV
Kwangmin tiba-tiba datang ke rumahku. Ia memberikan sebuah kabar buruk.
Bahkan sangat buruk. Setelah itu ia langsung pergi. Aku tidak bisa
menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya. Bahwa hatiku terluka saat mendengar
kabar buruk itu. Ternyata saat ditaman kemarin, Youngmin sempat mengejarku saat
aku pergi dengan rasa kecewa yang sangat besar. Dan Youngmin mengalami
kecelakaan saat berusaha mengejarku. Oh Tuhan, apa itu salahku? Salahku jika
Youngmin mengalami kecelakaan hingga keadaannya sekarang kritis? Aku jatuh
terduduk dilantai. Kusandarkan kepalaku di pintu yang masih terbuka. Dadaku
begitu sangat sesak. Kenapa semua ini bisa terjadi?
Kuambil handphone ku disaku bajuku. Aku memencet beberapa nomor dan
menghubunginya. Tak lama seseorang yang kutelpon mengangkat teleponku. Aku
menceritakan semuanya yang baru saja terjadi. Ku utarakan semua yang ada
dihatiku, masih dengan tangisan yang membuatku makin merasa sesak dan sakit.
Chorong
POV end
Kwangmin
POV
Langkahku berhenti tepat didepan taman tempat dimana Youngmin mengalami
kecelakaan. Garis polisi masih bertengker disana. Masih banyak orang berlalu
lalang yang memperhatika garis polisi itu. Dadaku agak sesak. Kupejamkan kedua
mataku sejenak. Kutarik napas panjang lalu membuangnya dengan perlahan. Setelah
merasa lebih baik, aku melanjutkan langkahku menuju RS.
“Kau habis dari rumah Chorong ya?” Tanya Hyunmin saat aku baru saja
memasuki ruang rawat Youngmin.
Aku menoleh ke arahnya yang tengah duduk dan memperhatikanku. Tatapan
matanya begitu tajam. Aku tau jika ia sedang marah padaku. Aku bisa membaca
dari tatapan matanya.
Aku hanya mengangguk dan duduk dikursi, disebelah ranjang Youngmin.
Sudah bisa kutebak jika Hyunmin habis menerima telepon dari Chorong. Aku juga
tidak tau bagaimana ia bisa mendapatkan nomor handphone Hyunmin.
Ia bangkit dan menatapku lagi.
“Tidak bisakah kau bersikap dewasa? Kemarin kau menyalahkan dirimu sendiri.
Sekarang kau justru menyalahkan Chorong dalam kejadian ini. Dan bagaimana bisa
kau menyimpulkan jika Chorong yang menjadi penyebab utama dalam kecelakaan yang
di alami oleh Youngmin!?” Ujar Hyunmin agak berteriak yang membuatku seketika
terhenyak.
“Kau
tidak bisa merasakan apa yang aku rasakan Hyunmin-ah! Aku yang bearda ditempat
kejadian, aku yang melihat kecelakaan itu terjadi! Dan aku saudara kembarnya
Youngmin!” Aku menegaskan kalimat terakhirku.
Ia mengepalkan kedua tangannya lalu pergi keluar. Kuusap dadaku beberapa
kali sambil menhembuskan napas. Mianhae Hyunmin. Aku tidak bermaksud seperti
itu. Tapi kau tidak bisa merasakan seperti apa jika berada diposisiku saat ini.
Kwangmin
POV end
Author
POV
Naeun tersenyum sembari memasuki halaman
rumah Chorong. Namun senyumnya memudar ketika melihat Chorong yang sedang
menangis didepan pintu. Ia bergegas menghampiri Chorong
“Eonni!? Kau kenapa? Ada apa denganmu? Kenapa kau menangis seperti ini?
Katakana padaku!”
Chorong menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Naeun datang. Datang
disaat yang tepat. Ia memeluknya hingga sebuah plastik berisi sesuatu yang
Naeun bawa terlepas dari genggamannya.
“Dongsaeng.. Youngmin-ah..”
“Y-youngmin? Ada apa dengannya?”
Sebelum Chorong menjawab pertanyaannya, Naeun membawaku masuk ke dalam.
Ia membaringkan tubuh Chorong di sofa ruang tengah dan mengambilkanku air minum.
“Minumlah Eonni..”
Chorong meminumnya sedikit dan masih terus menangis.
“Ceritakanlah padaku. Ada apa dengan Youngmin? Apa yang sebenarnya
terjadi?”
Chorong mulai menceritakan semuanya pada Naeun. Terlihat keterkejutannya
saat ia bilang kalau Youngmin mengalami kecelakaan dan keadaannya sekarang
kritis. Chorong juga mengatakan kalau kekasihnya telah menuduhnya sebagai
penyebab utama kecelakaan itu terjadi. Hatinya benar-benar sakit saat Kwangmin
mengatakan hal itu padanya. Tapi tak bisa
ia pungkiri kalau perkataan Kwangmin ada benarnya.
“Aku ingin melihat keadaan Youngmin.”
Naeun mengangguk.
TBC~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar